Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sumber Air Bah Nabi Nuh Masih Kontroversial?

18 Juni 2014   23:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:12 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14030743031939191985


Hasil riset terbaru yang dilakukan oleh University of Mexico baru-baru ini, menguatkan asumsi ilmiah tentang pertanyaan besar yang sering diajukan oleh umat manusia termasuk anak-anak dari sejak kecil, air itu berasal dari mana-kah?

Yuk ,mengenang sejenak pelajaran ilmu bumi di bangku sekolah. Berdasarkan acuan geografis, laut sebenarnya merupakan bagian dari struktur daratan, berhubung lebih rendah dari permukaan bumi, ‘cekungan’ itu kemudian diisi oleh air dan wilayah itu kita kenal dengan namanya laut.

Seperti yang kita ketahui bersama, tidak-lah mengherankan lagi adanya penemuan geografis berupa gunung, lembah bahkan sungai di dalam laut. Artinya apa? Secara simpel, yang membedakan istilah daratan dan lautan adalah bahan ‘pengisi’nya. daratan itu kering dengan bahan ‘pengisi’nya adalah udaratetapi laut itu basah dengan bahan ‘pengisi’ utama-nya adalahAIR, selain udara yang juga terkandung di dalamnya.

Kisah abadi tentang Nabi Nuh dan Air Bah adalah kisah yang mewariskan nilai religi dan moralitas di antara para penganut ajaran Ketuhanan Monoteis turun temurun hingga kini. Kita tidak sedang membahas turunan cabang agama yang menganut paham tersebut. Yang menarik dari kisah Nabi Nuh tersebut adalah pernyataan-pernyataan sains yang dirangkai bersamaan dengan untaian kalimat demi kalimat yang membuat Kisah itu sangat menarik khususnya bagi anak-anak.

Kembali sejenak ke hasil riset terbaru itu. Dari catatan-catatan ilmuwan seperti StevenDJacobsen, Brandon Schmandt, jejak dan petunjuk asal usul air adalah fokus utama penelitian mereka. Harapan terbesar adalah menjawab dugaan bahwa air itu memang berasal dari dalam bumi. Seorang penulis sains, Brian Thomas dari Institute for Creation Research justru menyatakan catatan para ilmuwan di atas hanya mengkonfirmasi asal usul air khususnya asal usul air bah yang sudah dijawab tuntas oleh Kitab Suci.

Mari kita lihat kajian Brian Thomas yang menggunakan Kitab Genesis atau Kejadian dalam Alkitab sebagai nara sumbernya.

Kejadian 7 : 11 :

“In the six hundredth year of Noah’s life, in the second month, the seventeenth day of the month, the same day were all the fountains of the great deep broken up, and the windows of heaven were opened” ( King James Version )

“Pada waktu Nuh berumur 600 tahun, pada tanggal tujuh belas bulan dua, pecahlah segala mata air di bawah bumi. Segala pintu air di langit terbuka” ( terjemahan versi BIS )

Berdasarkan Kitab Suci tersebut, air bah itu berasal dari dua sumber : mata air di bawah bumi dan pintu air di langit. Kita tidak sedang mengkaji asal usul kata apalagi istilah sains zaman kitab tersebut dituliskan. Kita tidak sedang memperdebatkan istilah bahasa dan penggunaannya oleh penduduk bumi zaman itu. Agama tidak untuk sains, dan sains tidak untuk agama, walau terkadang ada beberapa pihak yang mencoba menyelaraskan keduanya.

Brian Thomas sah-sah saja mempertahankan pendapatnya, dan kaum ateis juga sah-sah saja menolak informasi kitab suci dan mempercayai pernyataan ilmiah dari para ilmuwan tersebut. Kisah Nabi Nuh tidak hanya sekedar berbicara tentang asal usul air, jauh lebih dari itu, banjir besar yang melanda zaman itu menegaskan :

1.Prestasi terbesar umat manusia khususnya kemajuan peradaban tidak akan ada artinya jika dibangun dalam kesombongan, keangkuhan dan sifat yang cenderung merendahkan sesama kaum-nya, memanfaatkan sesama-nya untuk kepentingan diri dan kelompoknya. Siapa pun kita, pada akhirnya tidak dapat menghindari peristiwa dahsyat dari alam yang membinasakan peradaban kita sendiri.

2. Ancaman untuk kehancuran peradaban kita masih nyata. Kisah air bah zaman Nabi Nuh hanyalah sebagian kisah yang memperlihatkan ancaman tersebut. Umat manusia hanya berusaha untuk mencegah dua sumber ancaman yang dinyatakan jelas oleh Kitab Suci: dari kita sendiri dan lingkungan sekitarnya (dalam bumi) dan dari luar bumi (langit). Sehubungan dengan langit, sains & astronomi dengan kajian ilmiahnya terus menerus memperingatkan potensi bahaya tersebut.

Kembali ke kita masing-masing, isu kontroversial sumber air bah zaman Nabi Nuh mau dibawa ke mana? Monggomau-nya bapak ? ibu ? saudara-saudari ? adik-adik ? Silahkan di-lanjutkan di kolom komentar. Yup ! masukan Anda sangat berarti untuk kelangsungan hidup peradaban kita hari ini dan hari esok mendatang.

Sekian dulu ya, sampai disini aja, salam damai, salam Kompasiana.

sumber ilustrasi : disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun