Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Saatnya Non Tunai Daripada Menghitung Kembali Lembaran Uang Rupiah Ini

24 April 2015   15:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14298639021127177048

Kejahatan yang dilakukan terhadap teknologi ATM semakin hari semakin meresahkan masyarakat khususnya yang tinggal di perkotaan. Setiap hari, minggu berganti bulan bahkan dari tahun ke tahun, tidak akan pernah ada berita yang dapat meyakinkan siapapun terkait kejahatan dengan modus seperti ini dapat dihilangkan atau minimal telah terjadinya pengurangan kasus serupa.

Pembaca pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai aksi licik yang dilakukan oleh para pelaku tindak kejahatan ini. Ada yang menggunakan alat scammer, dengan menyalin semua data di kartu ATM yang kita masukkan saat bertransaksi, mereka berhasil menggandakan data yang diinginkan, dan cerita selanjutnya sudah dapat ditebak. Ada juga yang berpura-pura menawarkan membantu mengeluarkan kartu ATM kita yang tertelan karena mesin ATM yang ‘nge-hang’ tiba-tiba, atau masih ingat dengan aksi penempelan nomor call center bank yang palsu dengan memanfaatkan kepanikan kita saat mesin ‘nge-hang’ dengan kartu ATM yang sudah tertelan?

Sekilas membaca judul di atas, terbesit di pikiran, mengapa harus menghitung kembali lembaran uang rupiah yang ditarik melalui mesin ATM ? Bukankah secara otomatis mesin sudah bekerja dan tidak ada kemungkinan untuk melakukan salah hitung terhadap nominal transaksi yang sudah disepakati pada saat menekan tombol ? Inilah kejadian nyata yang dialami oleh rekan penulis di hari Rabu (23/04) pada saat melakukan dinas ke luar kota.

Bagi sebagian orang, melakukan perjalanan dinas tanpa membawa cash tunai dipastikan mengalami kesulitan, pertimbangannya cash tunai cukup berguna saat menggunakan fasilitas jalan tol, atau ketika singgah di sebuah tempat makan, termasuk untuk keperluan mengisi bahan bakar kendaraan di stasiun pengisian bahan bakar(SPBU). Ceritanya,kami berdua berangkat di waktu pagi dengan ditemani oleh driver. Berhubung kawan saya merasa membutuhkan tambahan cash tunai di tengah perjalanan, akhirnya kami mampir ke sebuah SPBU yang terletak di sebuah jalan lintas antar kota. Sang driver mengisi bahan bakar dan kawan saya memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan transaksi di mesin ATM yang terletak di dalam areal SPBU tersebut.



Apa yang terjadi selanjutnya? Sang kawan keluar dari ruangan kecil ber-AC tersebut dengan ekspresi wajah yang jengkel bercampur marah. Hal ini dikarenakan nilai transaksi yang terjadi tidak sesuai dengan lembaran rupiah yang diterima melalui mesin ATM tersebut. Sang kawan mengitung kembali lembaran demi lembaran rupiah yang dikeluarkan oleh ATM. Transaksi pertama, saat tombol dipilih untuk nominal satu juta rupiah, lembaran rupiah yang keluar dengan pecahan Rp. 50,000 tersebut berjumlah sepuluh lembar, penasaran, transaksi kedua pun dilakukan, saat tombol dipilih untuk nominal lima ratus ribu rupiah, lembaran rupiah yang keluar dengan pecahan Rp. 50,000 tersebut berjumlah enam lembar, semakin penasaran, untuk ketiga kalinya, dilakukan sebuah transaksi dengan nominal seratus ribu rupiah dan akhirnya sang kawan memperoleh dua lembar rupiah pecahan Rp.50,000.

Sampai tulisan ini selesai dibuat, apakah sang kawan punya niat yang sungguh-sungguh untuk melaporkan kejadian ini ke pihak bank terkait dan juga melaporkannya ke polisi? Masih menjadi sebuah pertanyaan bersama. Dengan tidak menyebutkan nama sang kawan yang menjadi korban termasuk nomor rekening, nama bank, dan lokasi kejadian, tulisan ini dibuat memang bukan untuk menyusun kronologis kejadian demi sebuah laporan ke pihak berwajib. Andaikan saja kejahatan ini tidak dialami oleh sang kawan dan dapat dihindari oleh warga masyarakat lainnya dengan memilih transaksi non tunai.

Dengan transaksi non tunai, masyarakat tidak perlu lagi repot-repot membawa banyak lembaran rupiah kemana-mana, tidak antri lagi di ATM termasuk menghindari resiko tindak kejahatan saat mengambil cash tunai melalui ATM.

Kejadian buruk tersebut di atas akhirnya semakin memberikan kesadaran penuh untuk lebih memilih dan segera beralih ke transaksi non tunai. Gerakan Nasional Non Tunai(GNNT) yang dicanangkan pada tanggal 14 Agustus 2014 adalah sebuah gerakan mendorong masyarakat menggunakan sistem pembayaran dan instrumen pembayaran non tunai dalam melakukan transaksi pembayaran. Dengan memilih transaksi non tunai, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut :

1.Praktis

Dengan transaksi non tunai, masyarakat tidak perlu lagi repot-repot membawa banyak lembaran rupiah kemana-mana, tidak antri lagi di ATM termasuk menghindari resiko tindak kejahatan saat mengambil cash tunai melalui ATM.



2.Akses Lebih Luas

Transaksi non tunai menggunakan media berupa kartu kredit, kartu ATM dan atau kartu debet. Saat ini juga sudah diperkenalkan Uang Elektronik untuk transaksi dengan nominal kecil, frekuensi transaksi yang sering, digunakan secara massal dan untuk memperoleh transaksi yang cepat. Akses yang lebih luas ke dalam sistem pembayaran dan menyentuh berbagai tempat transaksi seperti mini market, transportasi massal, belanja online, pulsa. Semakin mudah, bukan?



3.Transparansi Transaksi

Transaksi non tunai memberikan ruang transparansi penggunaan dana dalam kehidupan masyarakat di kota dan di desa sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya tindakan kriminal. Transaksi yang tercatat memberikan informasi jelas untuk membantu proses penyelidikan seandainya tindak kejahatan tidak dapat dihindari.

Masih ada yang ragu-ragu memilih transaksi ini? Daripada menghitung kembali lembaran uang Rupiah Anda, kini saatnya non tunai !

Salam Kompasiana

sumber ilustrasi : di-sini



Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun