Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fisika, Disain, dan Siswa Semester Dua

20 Januari 2011   08:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14177468672028730316

Di sebuah kelas, seorang siswa sedang berdebat dengan guru besar-nya. Masalahnya sepele, sang siswa ternyata tidak suka pelajaran Fisika. Apa hubungan pelajaran yang penuh dengan rumus-rumus njelimet dengan jurusan disain yang baru dijalaninya selama dua semester? Pertanyaan ini terus menerus mengusik pikirannya. Siswa ini cerdas, terbukti dengan nilai kelulusannya pada tahun lalu di atas rata-rata pada ujian seleksi penerimaan calon siswa baru di sebuah perguruan yang sangat ternama. Alasan untuk memilih jurusan tersebut karena kegemarannya mencoret-coret dan menuangkan segala jenis gagasan unik-nya di atas kertas.

Sang Guru hanya tersenyum ketika siswa itu berulang kali mencoba mematahkan beberapa bahkan hampir keseluruhan materi yang disampaikan olehnya di hadapan puluhan siswa pada sesi materi kuliah pagi. Mereka hanya terdiam menyaksikan debat yang layak menjadi sebuah tontonan seru menjelang jam makan siang.

Setelah puas dengan argumen tajamnya, siswa itu akhirnya terdiam. Sang Guru perlahan-lahan membimbing dan menjelaskan ulang materi yang ada. "Coba tunjukkan kepada saya, rancangan yang Anda sebutkan tadi. Saya akan menyisihkan waktu yang ada supaya Anda menjelaskan sampai tuntas ", kata Sang Guru. Dengan semangat, siswa itu maju ke depan, diambilnya spidol merah, biru dan hitam untuk memastikan 'coretan'-nya di whiteboard tergambar dengan baik.

Penjelasan sang siswa tentang disain partisi ruangan hasil rancangan-nya di depan kelas terhenti saat Sang Guru bertanya bagaimana disain bisa di-aplikasikan kalau tidak dituntaskan bagian kaki penyangga partisi. "Apakah ini penting ?", tanya sang siswa setengah suara. "Anda kehilangan bagian paling mendasar dalam konsep rancangan ini. Partisi ruangan tidak difungsikan dalam keadaan di-'tidur'-kan. Partisi ini harus 'berdiri' tegak. Supaya rancangan Anda bisa dipakai, Anda harus memastikan benda ini dapat terus 'berdiri' diam pada tempatnya. ", jawab Sang Guru.

Isaac Newton sudah memikirkan hal ini puluhan abad yang lalu. Benda yang sedang diam akan tetap diam. Ini yang disebut dengan hukum kelembaman atau inersia. Kecenderungan benda untuk tetap diam akan terjadi apabila tidak ada gaya yang menganggunya. Teori ini menjadi acuan dasar oleh para disainer untuk memastikan hasil rancangan sebuah partisi ruangan dalam kasus di atas dapat terus 'berdiri' diam dan tegak pada tempatnya. Hal ini tidak gampang. Setiap gaya yang muncul akibat berat benda, maupun gaya yang lainnya dapat mengancam partisi dalam posisi roboh ketika gaya tersebut menganggunya. Peristiwa robohnya partisi ruangan dapat dihindari dengan berbagai cara, salah satunya adalah merancang kaki penahan untuk menopang berat partisi supaya tidak membentuk gaya momen yang dapat menggulingkan partisi, atau dengan cara 'menggantung' atau dengan 'menjepit' partisi tersebut pada sisi atas dan bawahnya.

Jurusan studi disain adalah pertemuan studi sains dan seni. Anda tidak dapat memisahkannya. Anda tidak dapat mengatakan suka pada yang satunya dan benci dengan yang lainnya. Mereka menyatu seperti sekeping logam dengan dua sisi berlainan. Sains dan seni yang telah diaplikasikan, membentuk berbagai metode baru, dan harus dipertanggungjawabkan secara teknis. Hal ini akan membawa Anda masuk ke dalam sebuah dunia baru yang disebut dengan dunia teknik. Wajar bukan, kalau Anda menyelesaikan studi disain, gelar yang Anda terima adalah sarjana Teknik bukan sarjana Sains dan Seni.

Selamat belajar dan teruslah berkarya !

sumber ilustrasi : disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun