Presiden Joko Widodo telah tiba di Tanah Air, hari ini Rabu (02/12). Presiden Jokowi bertolak ke Jakarta dari bandara Le Bourget, Paris, Prancis pada pukul 10.20 waktu setempat. Setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Conference of Parties (COP) ke 21 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Paris, Perancis, Senin (30/11). Presiden pulang membawa kejutan-kejutan yang menghebohkan dari Paris. Seperti apakah kejutannya? Yuk, disimak ulasan ringkas di bawah ini.
Dalam event COP21, seratus lima puluh kepala negara dan kepala pemerintahan berkumpul bersama-sama dan menyatakan dukungan yang serius dalam usaha mencegah perubahan iklim yang membawa berbagai dampak bagi kelangsungan hidup di bumi tercinta.
Melalui pidato dalam sesi Leaders Event on Forest and Climate Change, Presiden Jokowi menyampaikan komitmen Indonesia menurunkan emisi karbon sebesar 29 persen dibawah business as usual pada tahun 2030 dan 41 persen dengan bantuan internasional. Untuk merealisasikan target tersebut, Presiden Jokowi akan melakukan berbagai upaya antara lain dengan mengalihkan subsidi BBM ke sektor produktif, meningkatkan sumber energi terbarukan hingga 23 persen dari konsumsi energi nasional pada tahun 2025 dan segera mewujudkan program pengelolaan sampah menjadi sumber energi.
Isi pidato tersebut memang mengejutkan banyak orang termasuk para pakar energi dan pemerhati masalah lingkungan di Tanah Air. Sebut saja salah satu diantaranya Jalal, Reader on Political Economy and Corporate Governance Thamrin School of Climate Change and Sustainability memberikan tanggapan adanya nuansa kontradiktif dari isi pidato itu. Jalal melihat ketidakjelasan sektor produktif yang akan mendapat pengalihan subsidi BBM. Selain itu, Jalal juga menyebutkan para pakar energi yang dimiliki oleh Indonesia hampir semuanya sepakat menyimpulkan pemerintah tidak menunjukkan keseriusan terkait dengan pengembangan energi baru yang terbarukan.
“Peningkatan energi terbarukan hingga 23 persen” masih memiliki makna bias karena ringkasan yang dimaksud, bisa jadi adalah energi baru(belum tentu terbarukan) dan energi terbarukan. Juga menjadi sorotan terkait hal ini dalam sektor energi adalah mega proyek pembangkit listrik 35000W sebagaimana yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019. Pembangkit listrik baru nantinya lebih banyak yang menggunakan batubara sebagai sumber energinya padahal batubara sudah dicoret, idak diakui oleh dunia internasional karena turut menyumbangkan emisi karbon dalam jumlah yang besar.
Eksekutif Nasional Walhi, Kurniawan Sabar juga mempertanyakan isi pidato tersebut. “Bagaimana mungkin target menurunkan emisi karbon 29 persen pada 2030 dapat tercapai, jika karbon yang dihasilkan dari pembakaran batubara, justru meningkat dua kali lipat dari 201 juta tCO2 pada 2015 menjadi 383 juta tCO2 pada 2024," ujarnya seperti yang diberitakan oleh Antara.
Komitmen Presiden Jokowi yang sangat kuat dan powerful (ada kesamaan karakter dengan si aktor ganteng Tom Cruise dalam film Mission Impossible) ternyata juga menuai tanggapan dari pihak luar, diantaranya oleh media Straits Times milik Singapura. Dalam salah satu artikel-nya pada hari Selasa (01/12), Asisten Editor Luar Negeri David Fogarty, memberikan pernyataan : Presiden Indonesia Kehilangan Kesempatan di Paris ! Dalam isi pidato Presiden Jokowi di COPS21, di bidang tata kelola hutan dan sektor lahan, usaha yang akan ditempuh Presiden dalam upaya penurunan emisi dengan cara : penerapan kebijakan satu peta, menetapkan moratorium dan peninjauan ulang izin pemanfaatan lahan gambut.
Pernyataan David Fogarty memang tidak lepas dari bencana kebakaran yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia baru-baru ini, selain peningkatan gas emisi karbon dalam jumlah berlipat, bencana yang juga mengirimkan asap ke Negeri Singa Putih tersebut telah menjadi sorotan berbagai pihak internal negeri itu.
Fogarty sebenarnya menunggu pernyataan tegas Indonesia, sebagai negara ketiga dengan hutan tropis terbesar di dunia, dengan berbagai langkah konkrit untuk mencegah bencana kebakaran supaya tidak terulang lagi. Fogarty menginginkan, dalam event bergengsi COPS21 di Paris, seharusnya muncul pernyataan Presiden Jokowi yang telah menandatangani instruksi presiden terkait larangan pembukaan lahan gambut baru, larangan pembukaan lahan dengan cara dibakar, instruksi penanaman kembali lahan yang terbakar, termasuk perihal konsesi hutan. Sangat disayangkan bagi Fogarty, Presiden Jokowi melewatkan kesempatan tersebut selama berada di Paris.
Kembali ke isi pidato Presiden Jokowi, dalam bidang maritim, upaya yang akan dilakukan oleh Presiden untuk menurunkan emisi adalah dengan cara mengatasi penangkapan ikan secara ilegal dan memberikan perlindungan keanekaragaman hayati laut. Upaya menjaga kekayaan laut ini juga melibatkan seluruh masyarakat, termasuk masyarakat adat.
Sampai saat ini belum terdengar adanya tanggapan sinis perihal bidang maritim ini, mungkin masyarakat Indonesia dan dunia masih terbuai, takjub dan terheran-heran dengan aksi pengeboman kapal-kapal ilegal ala Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti beberapa waktu lalu.