Malam geladi resik terakhir. Pesan singkat pengingat itu masuk ke handphone Dona di waktu pagi. Setelah mengatur ulang kegiatan hariannya, Dona memutuskan untuk tiba lebih awal di tempat latihan persiapan perayaan Natal Christian Youth Community (CYC). Di sela-sela sesi latihan, Dona diajak untuk berkenalan dengan seorang pria asing yang baru pertama kali hadir di sana. Sebagai seorang Master of Ceremonies (MC), Dona cukup kaget dengan maksud kehadiran sang pria yang didaulat oleh panitia untuk nge-MC di acara besok.
Belasan pertanyaan mulai menghinggapi pikiran Dona. Kinerja panitia jelas dipertanyakan. Susunan acara yang direvisi sampai beberapa kali semakin menguatkan dugaan Dona adanya perubahan yang telah terjadi termasuk kemungkinan dirinya di-coret dari daftar petugas MC. Sepertinya waktu berputar terlalu cepat dan mulai tak bersahabat dengannya. Pupus sudah harapan Dona untuk terlibat nge-MC dalam perayaan Natal mahasiswa-mahasiswi gabungan dari beberapa kampus di kota kecil ini. Air mata berderai membasahi pipinya. Melihat Dona yang sedang menangis, seorang panitia Natal segera menghampiri, mencoba menjelaskan duduk perkara sebenarnya sambil mengajak Dona bergabung dengan si pria asing yang tampak asik berdiskusi dengan panitia yang lain.
“Sebelumnya sudah pernah tampil nge-MC secara berpasangan, mohon maaf nama panggilannya siapa ya?”, pertanyaan singkat ditujukan si pria asing ke Dona. Dona langsung menyebutkan nama sambil mengiyakan pertanyaan tersebut. Dugaan awal Dona ternyata meleset, si pria berambut panjang melewati bahu ini mendampingi dirinya untuk nge-MC bersama. Dona sudah tidak mampu berkomentar apa-apa lagi dengan keputusan final panitia acara, perasaan di hati bercampur aduk antara marah, kesal, kaget dan rasa sedih yang masih tersisa.
***
Dona menghadiri perayaan Natal CYC sore hari ini dengan mengenakan gaun kebaya merah pemberian ibunya. Rambut panjangnya tidak dibiarkan terurai seperti hari biasanya. Disanggul dengan sederhana, sangat rapi tak lupa sepasang sepatu high heels pelengkap busana, padanan yang sangat serasi, membuat iri mata kaum hawa yang memandanginya. Pria asing itu sudah tiba terlebih dahulu di lokasi acara. Duduk sendirian sambil melihat susunan acara yang telah di-cetak hasil revisi terakhir.
“Selamat Hari Natal, Bapak !”
“Hi ! Dona, Selamat Hari Natal, wahhh saya kaget, hampir saja tidak mengenal…kamu cantik”
“Terima kasih Pak, maaf ya Pak sudah mengagetkan”
Mereka berdua tampak asik terlibat pembicaraan untuk memastikan rancangan yang terbaik setelah adanya revisi terakhir itu. Sesekali, Dona mencoba menggali rasa penasarannya terhadap identitas si pria asing.
“Bapak pengerja di gereja ini juga ya?
“Iya Dona, tapi saya volunteer saja kok”
“Apa itu volunteer Pak?”
“Pengerja sukarela, Dona”
“Bapak tinggalnya dimana Pak, jauh dari sini?”
Pertanyaan Dona yang terakhir di atas belum dijawab oleh si pria asing. Percakapan mereka berdua berhenti karena panitia sudah memberikan kode untuk segera memulai acara. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore waktu setempat.
Setelah selesai memandu acara selama satu setengah jam, tiba giliran Dona untuk beristirahat, namun permintaan panitia belum dapat ditolaknya, karena sesuatu hal, pemandu acara berikutnya memohon untuk digantikan sekitar lima belas menit lamanya. Si pria asing tersebut juga sedang beristirahat sejenak sebelum berpamitan meninggalkan acara hiburan yang tak dapat diikutinya hingga sesi terakhir. Sebelum Dona naik kembali ke atas panggung, si pria asing itu mendekati dirinya, bersalaman untuk terakhir kalinya sebelum berpisah.
“Dona, saya pamit dulu ya, masih ada acara latihan koor persiapan Natal di tempat lain”
“Hati-hati di jalan ya Pak, terima kasih banyak sudah membantu CYC di sini. Tuhan memberkati.”
Dona dan teman-teman merasa puas dengan perayaan Natal malam ini. Undangan yang hadir di luar perkiraan, teman-teman yang hadir dari kelompok-kelompok doa beberapa kampus itu sangat antusias mengikuti perayaan Natal CYC yang baru pertama kali diadakan di kota kecil itu.
***
Dona masuk ke dalam kamar tidur sambil menutup pintu dan jendela. Setelah berganti pakaian, pikirannya masih tertuju ke perayaan Natal malam ini, termasuk sosok pria asing itu. Tiba-tiba, secara tidak disengaja, Al Kitab yang dikeluarkannya dari dalam tas terjatuh dari genggaman. Al Kitab yang dibawa Dona dari rumah ke perayaan Natal CYC ukurannya lumayan besar. Dona penasaran dengan isi amplop tertutup yang terselip di antara lembaran halaman Al Kitab.
Amplop berwarna hijau tua yang belum pernah dilihatnya, dibuka dengan perlahan-lahan, sebuah kartu ucapan selamat Natal berwarna merah keemasan dengan hiasan ilustrasi berupa kumpulan sinterklas tampak sedang duduk rapi di atas meja makan bulat besar, rombongan sinterklas sepertinya hendak memulai santapan makan malam sebelum menunaikan tugas rutin tahunan menuju ke rumah anak-anak di seluruh dunia.
Kartu ucapan itu disertai selembar surat yang ditujukan untuk teman-teman mahasiswa CYC. Isi suratnya demikian,
Untuk teman-temanku,
di Christian Youth Community.
Salam Damai Sejahtera,
Terima kasih telah mengundangku menjadi bagian dari CYC malam ini,
saling berbagi sukacita dan damai Natal bersama-sama.
Aku turut berbahagia melihat keceriaan teman-teman malam ini,
tampak wajah-wajah muda berseri, senyum manis yang menghiasi.
Semangat dan antusias yang ditularkan dari atas panggung sangat kuat,
nyanyian vokal yang menggetarkan hati,
rangkaian lakon Natal yang amat menyentuh perasaan batin,
sungguh luar biasa.
Aku mencoba mengerti dengan situasi teman-teman,
dalam larut kegembiraan mungkin terselip rasa kecewa amarah bahkan penyesalan,
wajar saja dan janggan ditanggapi secara berlebihan ya,
ini semua bagian dari instropeksi diri untuk perbaikan dan kemajuan di hari mendatang.
Bersyukurlah untuk setiap hal yang dapat dinikmati hingga hari ini.
Jujur, aku sebenarnya iri dengan gedungmu yang indah untuk bersekutu bersama,
seandainya aku dan keluargaku dapat merayakan Natal seperti teman-teman,
Natal kami tahun ini, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya,
kami masih berjuang dengan panas terik untuk merayakan Natal besok Jumat siang ini.
Panitia perayaan bahkan mengingatkan kami untuk membawa payung ke lokasi acara,
inilah senjata andalan kami,
menghadapi sinar mentari pembakar kulit,
terkadang tetesan-tetesan air turut menemani, hujan bisa saja datang tanpa diundang.
Kami masih merayakan Natal di luar gedung di seberang Istana,
bersabar menunggu kebaikan dari Sang Penghuni Istana.
Kami masih akan terus menunggu dan menunggu di luar gedung di seberang Istana,
Menunggu jawaban pasti dari Sang Penghuni Istana,
doakan kami ya teman-teman semoga harapan kami segera menjadi kenyataan
Selamat Hari Natal semua
Tuhan memberkati
Dona kembali menangis malam ini setelah membaca pesan dari amplop hijau tua. Surat dari si pria asing tersebut meluluhlantakkan setiap keegoan yang timbul di dalam hati. Dona tak pernah menyangka di luar sana masih ada yang lebih menderita daripada dirinya. Dona menyesal dengan setiap kekecewaan yang pernah timbul, dirinya harusnya lebih bersyukur dengan semua yang telah diterimanya.
Setelah berdoa mencurahkan setiap perasaan yang masih berkecamuk dari dalam diri, tak lupa juga Dona mendoakan si pria asing dan keluarganya yang beribadah di luar gedung di seberang Istana. Malam ini, Dona tidur dengan senyum termanisnya, bersyukur untuk makna Natal yang diperolehnya di tahun ini.
--0O0--
ilustrasi : dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H