Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

[Humor] Kepolisian Australia Seharusnya Berterima Kasih Atas Penangkapan “Bali Nine”

5 Mei 2015   14:33 Diperbarui: 19 Juni 2015   12:33 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14308105971970167864

Eksekusi mati terhadap terpidana kasus narkoba di Indonesia akhirnya berbuntut panjang. Setelah Duta Besar Australia dipanggil pulang ke negeri asalnya dengan alasan konsultasi, Kepolisian Australia juga dituduh sebagai biang kerok alias pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap kematian dua warga negaranya yakni Andrew Chan dan Myuran Sukuraman yang terkenal dengan sebutan Duo Bali Nine (DBN).

 

Usulan untuk Kepolisian Australia melakukan permintaan maaf atas kejadian tersebut ditolak oleh pihak kepolisian. Pihak pengacara DBN memang menuding Australian Federal Police (AFP) terkesan tidak peduli dengan nasib DBN. Tidak dapat dipungkiri AFP berperan sebagai sumber informasi pergerakan jaringan narkoba Bali Nine khususnya pada saat DBN 'singgah' di Indonesia. Menurut pihak pengacara DBN, Andrew & Myuran akan sulit tertangkap apabila AFP tidak bekerjasama dengan Kepolisian Negara Kesatuan RepubIik Indonesia (Polri). Apa susahnya DBN dibiarkan saja untuk tiba di Asutralia dan diproses lebih lanjut berdasarkan undang-undang yang berlaku di Australia sehingga bebas dari ancaman hukuman mati yang berlaku di NKRI.

 

Kepolisian Australia alias AFP tidak tinggal diam atas tudingan tersebut. Mereka melakukan pembelaan diri dengan fakta yang sangat jelas. Pertama, AFP tidak memiliki cukup bukti untuk menangkap DBN saat mereka hendak meninggalkan Australia. Kedua, AFP tidak memiliki wewenang untuk ikut campur terkait aturan dan kebijakan yang dimiliki oleh Polri selama kejahatan itu berlangsung di wilayah NKRI.

 

 

 

Fakta-fakta tersebut di atas tidak terbantahkan. Seharusnya AFP berterima kasih kepada Polri karena keberhasilan dalam kasus penangkapan DBN. Mengapa? Pertama, Polri sangat menunjukkan itikad yang baik untuk berkoordinasi dengan AFP memberantas kejahatan narkoba. Kedua, Polri tidak sembarangan menangkap warga negara Australia. Seperti kita ketahui, Bali adalah salah satu destinasi wisata favorit penduduk negeri Kangguru. Untuk menemukan cirri-ciri DBN dengan kelengkapan berupa barang bukti terkait bukan hal yang gampang. Ketiga, Polri khususnya pada saat eksekusi mati dilaksanakan, tidak tergantung dengan AFP Australia. Polri sangat mandiri dengan teknologi yang dimiliki dan mental regu penembak yang kuat dan tangguh, tidak perlu diragukan termasuk dalam hal ini biaya operasional yang diperlukan.

 

Sepertinya para pengacara DBN tidak puas dengan setiap upaya & kerja keras mereka yang membuahkan kegagalan untuk membebaskan kliennya dari hukuman mati. Karena gagal akhirnya mereka juga ikut-ikutan marah dan mencari AFP untuk dijadikan kambing hitam. Daging kambing, kambing yang manapun, entah yang berwarna hitam, cokelat tua atau belang-belang memang enak untuk olahan masakan gulai. Seharusnya para pengacara, pihak-pihak yang merasa marah & kecewa itu sadar se-sadar-sadar-nya  dan membantu AFP untuk melakukan aksi pembalasan berupa ungkapan rasa terima kasih karena Polri telah menjadi partner yang baik, Polri telah melakukan koordinasi tugas dari awal hingga akhir dengan sempurna. Ucapan saja sebenarnya sudah cukup, apalagi ditambah dengan acara makan bersama dengan menu masakan gulai kambing, bakal meningkatkan dan mempererat persahabatan kepolisian duo negara ini.

 

Polri , AFP dan kepolisian di negara lainnya adalah partner dalam pemberantasan jaringan narkoba internasional. Kalau sudah ada upaya mengadu domba, bagaimana dengan nasib kerjasama mereka untuk menghadapi kasus yang jauh lebih besar di masa mendatang?

sumber ilustrasi : di-sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun