Mohon tunggu...
Reidnash Heesa
Reidnash Heesa Mohon Tunggu... Insinyur - Mohon Tunggu....

Penjelajah | Penikmat Sajak | Pecinta Rembulan | Pejalan Kaki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

#RIPLKY : Penghormatan Khusus Lee Kuan Yew Untuk Dua Tokoh Pahlawan Nasional Indonesia

25 Maret 2015   16:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua tokoh Pahlawan Nasional Indonesia sebagaimana yang disebutkan judul tulisan di atas berasal dari anggota Korps Komando Operasi(KKO), sekarang dikenal dengan sebutan Korps Marinir TNI-AL. Mereka adalah Kopral dua KKO (Anumerta) Harun Said bin Muhammad Ali dan Sersan Dua KKO (Anumerta) Usman bin Haji Muhammad Ali. Pemberian gelar Anumerta, kenaikan pangkat satu tingkat kepada Harun alias Thohir dan Usman alias Janatin oleh Presiden RI Soeharto pada Oktober, 1968 sebagai bentuk penghargaan atas jasa mereka dalam operasi Dwikora yang mulai dicetuskan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1964.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk membuka luka lama khususnya untuk keluarga korban baik yang meninggal mapun terluka akibat ledakan bom di gedung MacDonald House yang berlokasi di Orchad Road, Singapura pada tanggal 10 Maret, lima puluh tahun yang lalu. Tulisan ini juga tidak bermaksud untuk mengumbar pernyataan aksi patriotik ala duo heroik Usman Harun yang akhirnya ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Singapura setelah aksi pengeboman tersebut.

Dalam bukunya Soeharto Untold Stories, Abdul Rachman Ramli menuliskan hukuman gantung yang dijalani oleh Usman Harun membawa luka bagi hubungan pemerintah Indonesia – Singapura. Sebagai pemimpin baru di Indonesia waktu itu, Soeharto secara terbuka meminta kepada Perdana Menteri Pertama Singapura Lee Kuan Yew untuk memberikan keringanan hukum buat Usman Harun namun permintaan tersebut ditolak. Setelah hukuman mati dilaksanakan, berdasarkan catatan Abdul Rachman, untuk memulihkan hubungan yang retak, pada tahun 1973, Mr.Lee bersedia memenuhi syarat yang diajukan oleh Soeharto yakni memberikan penghormatan kepada Usman Harun dengan berziarah dan menabur bunga di atas makam dua tokoh pahlawan itu. Sampai buku tersebut diterbitkan, Abdul Rachman yang menjabat sebagai Kepala Perwakilan Indonesia di Singapura waktu itu tidak pernah mengetahui pertimbangan apa yang mendasari Mr.Lee melakukan penghormatan khusus tersebut.

1427275417968038236
1427275417968038236


Dari sudut pandang warga negara Singapura beda lagi. Tulisan Tan Chuan Jin di media sosial kurang lebih sebulan yang lalu menekankan pesan untuk menolak lupa terhadap peristiwa ledakan bom itu. Menurut Tan, sikap yang dimiliki Indonesia sebagai suatu sikap yang aneh karena menganggap para pelaku bom di gedung MacDonald sebagai pahlawan. Apakah reaksi itu semata-mata hanya dipicu oleh profesi Tan yang saat ini menjabat menteri dalam kabinet yang dipimpin oleh putra sulung Mr. Lee sendiri?

Presiden Soekarno, dan penggantinya Soeharto, serta Usman Harun sebagai tokoh heroik atas peristiwa berdarah tersebut telah tiada. Setelah berjuang melawan pneumonia yang bersarang di tubuhnya, Mr. Lee akhirnya juga harus berpulang. Mr. Lee, Sang Legenda negeri Singa meninggalkan dua orang putra bernama Lee Hsien Loong (si sulung), Lee Hsien Yang (si bungsu) dan satu orang putri bernama Dr.Lee Wei Ling. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Singapore General Hospital pada Senin (23/03/2015) dalam usia 91 tahun.

Penghormatan khusus terhadap Usman Harun telah dilakukan oleh Mr. Lee di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Sebagai seorang negarawan, Mr. Lee telah menunjukkan sikap terpuji dan adanya itikad baik untuk menjaga ikatan persahabatan bukan hanya dengan Presiden Soeharto tetapi dengan seluruh rakyat Indonesia. Mungkinkah Mr. Lee harus menelan pil pahit atas peristiwa politik yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh siapapun ? Dibalik kejadian ini, ada hikmah yang bisa diambil dan dipelajari seperti kutipan kata-kata bijak yang diucapkan oleh Mr. Lee sendiri, “….Saya tidak mengatakan semua yang saya lakukan adalah benar, tetapi saya ingin mengatakan bahwa semua yang saya lakukan adalah untuk tujuan yang mulia….”

Rest In Peace, Mr. Lee Kuan Yew

#RIPLKY

sumber gambar : disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun