Sepenggal percakapan anak muda tentang urusan cinta.
“Menjadi orang ketiga ?”
“No Way “
“Simpel aja yang nge-jawab. Coba deh, loe yang jalani”
“Emang-nya kenapa ?”
“……….”
Cinta antara kamu atau dia. Ibaratnya, saya adalah orang berikutnya yang hadir di tengah-tengah cinta mereka berdua. Betul ! Itu maksud saya, jadi orang ketiga ( kok susah ya sebutin angka 3 hihihihiiii ). Langsung aja ya, ada pengalaman dikit buat di-share ke teman-teman muda.
Orang ketiga itu bumbu pelengkap rasa. Blak-blakan aja, ini terbuka, apalagi dua sejoli yang sedang bertengkar, menghadapi konflik. Orang ketiga hadir untuk sekedar mendengarkan curhat saja-pun sudah pasti melegakan hati, apalagi nemani-nya sambil menikmati makanan, bener-bener komplit maknyus, kenyang urusan otak dan perut hihihihihihiiii
Orang ketiga itu bukan orang yang di-dua-kan. Ini bukan soal urutan nomor. Kalo kamu cinta dia (orang pertama), lantas cinta saya di-nomor-dua-kan toh? Tunggu dulu ! Jangan terlalu cepat di-ambil kesimpulan seperti itu. Tak usah ber-pikiran yang pendek. Penasaran? Liat deh poin ketiga di bawah.
Orang ketiga itu menjadi pilihan terakhir. Siapa tau? Terkadang kita tak pernah menyadari jodoh pilihan itu ada di sekitar kita dan statusnya sebagai : orang ketiga, memang terdengar mirip pecundang, tukang kompor, dan sederet istilah miris lainnya, tapi kalo berjodoh, Selamat ! Orang ketiga yang terpilih menjadi pendamping hidup di bahtera pernikahan suci.
Berminat jadi Orang Ketiga? Hehehehe (jawab sendiri yaa)
Gitu aja dulu, ceritanya. Sekian.
WARNING ! :
Tulisan ini khusus hanya untuk anak muda, bagi yang sudah menikah, orang ketiga adalah bencana perusak rumah tangga !
Tulisan ini ter-inspirasi oleh lagu ini :
https://soundcloud.com/agunkfedora/hivi-orang-ketiga-ost-cinta
sumber ilustrasi : disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H