Mohon tunggu...
Reidhia Salsabila
Reidhia Salsabila Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negosiasi dalam Politik Indonesia

5 Juli 2023   07:18 Diperbarui: 5 Juli 2023   07:22 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Komponen dalam negosiasi politik Indonesia adalah:

Indonesia adalah negara demokrasi dengan sistem presidensial. Sistem politiknya didasarkan pada konstitusi yang memberikan kekuasaan kepada tiga lembaga pemerintah yang independen, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Partai politik memainkan peran penting dalam negosiasi politik di Indonesia. Partai politik memperjuangkan kepentingan masing-masing dan seringkali terlibat dalam perundingan untuk membentuk koalisi atau mendukung calon presiden atau perdana menteri.

Dalam praktik negosiasi politik di Indonesia, koalisi politik sering terbentuk untuk memperoleh mayoritas suara dalam parlemen atau membangun dukungan untuk calon presiden atau perdana menteri. Koalisi politik bisa terdiri dari beberapa partai politik yang memiliki agenda bersama atau kepentingan politik yang saling mendukung.

Negosiasi politik di Indonesia juga terjadi dalam konteks pemilihan umum. Pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan pemilihan kepala daerah adalah momen penting di mana partai politik dan calon-calon politik berupaya untuk memperoleh dukungan publik dan negosiasi terjadi dalam rangka membangun aliansi dan mendapatkan dukungan partai politik lainnya.

Dalam negosiasi politik, kompromi adalah elemen penting. Para politisi sering kali terlibat dalam perundingan yang kompleks untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Kompromi ini bisa melibatkan berbagai isu politik, kebijakan publik, atau pembagian kekuasaan.

Indonesia memiliki keberagaman etnis dan budaya yang signifikan. Negosiasi politik sering melibatkan kepentingan regional dan etnis yang beragam, serta mempertimbangkan kepentingan daerah yang berbeda-beda di seluruh Indonesia.

Elite politik Indonesia, termasuk tokoh-tokoh politik, partai politik, dan kelompok kepentingan, memiliki pengaruh besar dalam praktik negosiasi politik. Mereka sering kali memiliki jaringan dan kekuatan politik yang memengaruhi proses negosiasi dan pengambilan keputusan politik.

 

Dampak Positive dari praktek negosiasi politik Indonesia

Praktik negosiasi politik di Indonesia memiliki beberapa dampak positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Pertama, negosiasi politik memungkinkan adanya representasi yang lebih inklusif. Melalui proses negosiasi, kepentingan dan aspirasi masyarakat yang beragam dapat diwakili dalam pengambilan keputusan politik. Ini membantu menciptakan sistem politik yang lebih demokratis, di mana berbagai kelompok dan lapisan masyarakat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan memberikan suara mereka. Representasi yang lebih inklusif memungkinkan kebijakan publik yang lebih mewakili kebutuhan dan kepentingan seluruh masyarakat.

 

Selanjutnya, negosiasi politik juga dapat menghasilkan kompromi yang menguntungkan. Dalam proses negosiasi, berbagai kepentingan dan pandangan politik saling dipertimbangkan. Para pemimpin politik dapat mencapai kesepakatan kompromi yang mempertimbangkan berbagai faktor dan kepentingan yang ada. Hal ini menghasilkan kebijakan publik yang lebih seimbang dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas. Kompromi ini memungkinkan penyeimbangan antara kepentingan individu, kelompok, dan kepentingan nasional dalam mengambil keputusan politik.

Selain itu, praktik negosiasi politik yang efektif juga berkontribusi pada stabilitas politik yang penting bagi masyarakat. Melalui proses negosiasi, terbentuknya koalisi politik yang stabil dapat menjaga kontinuitas pemerintahan dan stabilitas ekonomi dalam jangka panjang. Stabilitas politik menciptakan lingkungan yang lebih dapat diprediksi dan dapat memberikan kepastian bagi masyarakat dan sektor bisnis. Hal ini menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk pembangunan ekonomi, investasi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dengan demikian, praktik negosiasi politik di Indonesia dapat memberikan dampak positif, seperti representasi yang lebih inklusif, kompromi yang menguntungkan, dan stabilitas politik. Namun, perlu diingat bahwa hasil negosiasi politik tidak selalu sempurna dan tergantung pada konteks politik, kualitas negosiasi, dan partisipasi masyarakat dalam proses politik.

 

Dampak Negative Praktik Negosiasi Politik Indonesia

Namun, praktik negosiasi politik di Indonesia juga dapat memiliki beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Pertama, negosiasi politik yang intens dapat menyebabkan perubahan kebijakan yang sering terjadi. Ketika partai politik atau koalisi berganti kekuasaan, kebijakan publik yang sudah ada dapat diubah atau digantikan dengan kebijakan baru. Perubahan kebijakan yang terlalu cepat dan tidak konsisten dapat menimbulkan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan masyarakat. Masyarakat harus beradaptasi dengan perubahan tersebut dan terkadang sulit untuk mengetahui kebijakan mana yang akan berlaku dalam jangka panjang.

Selanjutnya, dalam beberapa kasus, negosiasi politik dapat menyebabkan dominasi kelompok elit yang memiliki kekuatan politik yang besar. Dalam proses negosiasi, kelompok elit yang memiliki akses ke sumber daya politik dan ekonomi yang signifikan dapat mendominasi pengambilan keputusan politik. Hal ini dapat mengarah pada oligarki politik di mana kepentingan sekelompok kecil mendominasi kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Dominasi kelompok elit ini dapat menghambat kesempatan partisipasi dan pengaruh masyarakat yang lebih luas dalam proses pengambilan keputusan politik.

Selain itu, praktik negosiasi politik juga dapat memberikan peluang bagi praktik manipulasi politik. Ada risiko bahwa beberapa aktor politik dapat menggunakan negosiasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok dengan cara yang tidak etis. Praktik seperti pembelian suara atau penyalahgunaan kekuasaan dapat merusak integritas demokrasi dan mempengaruhi kualitas pengambilan keputusan politik. Manipulasi politik semacam itu dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap proses politik dan menghambat kemajuan demokrasi.

Penting untuk diakui bahwa dampak negatif tersebut bukanlah hal yang pasti atau selalu terjadi dalam setiap praktik negosiasi politik. Namun, kesadaran akan dampak-dampak negatif ini penting agar langkah-langkah dapat diambil untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan kualitas negosiasi politik yang lebih transparan, inklusif, dan bertanggung jawab.

Hasil dari negosiasi politik yang pernah terjadi:

Pemilihan Presiden 2014:

Dalam pemilihan presiden Indonesia pada tahun 2014, terjadi negosiasi politik yang intens untuk membentuk koalisi politik yang mendukung calon presiden. Dua kandidat utama yang bersaing adalah Joko Widodo (Jokowi) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Prabowo Subianto dari Gerindra. Setelah pemilihan legislatif, negosiasi politik dilakukan untuk membentuk koalisi yang cukup untuk memperoleh mayoritas dukungan di parlemen.

Dalam proses negosiasi tersebut, PDIP membangun koalisi dengan beberapa partai politik seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Nasional Demokrat (NasDem). Koalisi ini kemudian dikenal sebagai Koalisi Indonesia Hebat atau Jokowi-JK. Mereka berhasil membentuk koalisi yang cukup kuat untuk mendukung Jokowi sebagai calon presiden.

Negosiasi politik juga terjadi antara partai-partai politik di kubu Prabowo untuk membentuk koalisi yang meliputi Gerindra, Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Koalisi ini dikenal sebagai Koalisi Merah Putih. Prabowo menjadi calon presiden dari koalisi ini.

 

Pemilihan Presiden 2019:

Pada pemilihan presiden 2019, negosiasi politik kembali terjadi untuk membentuk koalisi politik. Jokowi maju kembali sebagai calon presiden dari PDIP dan berhasil membentuk koalisi dengan sejumlah partai politik seperti PKB, NasDem, dan Partai Golkar. Koalisi ini dikenal sebagai Koalisi Indonesia Kerja atau Jokowi-Ma'ruf Amin.

Sementara itu, Prabowo kembali menjadi calon presiden dan membangun koalisi dengan partai-partai politik seperti Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat, yang dikenal sebagai Koalisi Indonesia Adil Makmur.

Negosiasi politik yang intens terjadi untuk membangun koalisi yang kuat dan memperoleh dukungan dari partai politik dalam rangka memenangkan pemilihan presiden.

Contoh-contoh tersebut mencerminkan bagaimana negosiasi politik di Indonesia dapat mempengaruhi pembentukan koalisi politik dan penentuan calon presiden. Selama proses negosiasi, partai politik berupaya untuk mencapai kesepakatan dan membangun dukungan yang memadai untuk mencapai tujuan politik mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun