Mohon tunggu...
Michael Timothy
Michael Timothy Mohon Tunggu... Akuntan - Writer, worker, reader, accountant

Writer, worker, reader, accountant

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

The Fallen Bird

3 Juli 2015   12:02 Diperbarui: 3 Juli 2015   12:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ini Indonesia kembali berduka, (lagi) sebuah pesawat TNI-AU jatuh di Medan, Sumatera Utara. Pesawat TNI-AU C-130B yang jatuh kali ini bukanlah yang pertma kali terjadi. Setidaknya telah terjadi 3 kali kejadian yang serupa dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Yang pertama adalah kecelakaan tahun 2001, pesawat TNI-AU Hercules terbakar saat mendarat di Bandar Udara Malikus Saleh, Aceh. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun belasan penumpang mengalami luka-luka. Yang kedua adalah kecelakaan tahun 2009, di mana pesawat TNI Hercules jatuh di Desa Gemplak, Magetan, Jawa Timur. Korban tewas akibat peristiwa ini mencapai lebih dari 80 orang. Sementara yang terakhir adalah kecelakaan tahun 2015, jatuh di Medan, Sumatera Utara (Liputan6.com).

Lockheed C-130 Hercules

Pesawat buatan Amerika Serikat ini adalah salah satu pesawat kargo dan taktis yang sampai saat ini masih digunakan oleh berbagai negara di dunia. Dengan varian C-130A hingga C-130H yang terbaru, pesawat ini telah diproduksi selama lebih dari 50 tahun. Tentunya negeri pembuat pesawat ini sendiri yaitu Amerika Serikat masih menggunakan C-130.

Hanya saja, AS hanya menggunakan tipe terbaru C-130H, sementara tipe-tipe lama mulai dari seri A-G sudah dipensiunkan dari skuadron, dan di tampilkan di museum.  Sebagai contoh C-130B sudah tidak lagi dipakai sejak tahun 2010 (Wikipedia.com).

Perawatan

Menurut keterangan Kepala Dinas Penerangan TNI-AU, Marsekal Pertama Dwi Badarmanto mengatakan bahwa pesawat dalam kondisi layak terbang, dan faktor usia bukan penyebab jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan A-1310 tersebut. Namun Dwi membenarkan bahwa sebagian alutsisa TNI-AU banyak yang sudah tua (tempo.com)

Analisis

Sejak tahun 2000, TNI-AU memang telah banyak kehilangan pesawat. Dengan rekor lebih dari 10 kecelakaan dalam 15 tahun, tentunya hal ini cukup memprihatinkan. Sebuah angkatan udara yang menjadi pelindung udara Republik Indonesia justru sering masuk headline internasional karena tragedi yang terjadi. Bukan karena kesuksesan sebuah operasi militernya.

Memang benar bahwa dengan perawatan yang memadai, sebuah pesawat bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama. Tapi logika sederhana pun dapat menjawab bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pesawat yang dibuat lebih dari 40 tahun lalu tentunya akan memiliki beragam masalah, mulai dari karat, komponen yang mulai kendor, dll. Meskipun perawatan dapat mengganti sejumlah komponen yang tua, tapi tidak semua komponen bisa digantikan.

Layaknya mobil tua, ketika mobil tersebut rusak, kemungkinan Anda hanya memperbaiki bagian yang rusak saja. Tanpa mengetahui bahwa komponen lain juga sudah rusak namun belum terdeteksi. Akibatnya mobil pun harus sering dibawa ke bengkel untuk di reparasi. Jika dihitung, akumulasi biaya perawatan mungkin bernilai setengah dari harga sebuah mobil baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun