Kemarin hari Kamis, 14 Januari 2016 Jakarta diserang oleh sekelompok ekstrimis.
Beberapa orang terluka, termasuk WNA, dan juga aparat keamanan dari Polri. Serangan yang tidak diduga ini dilancarkan kelompok ini di pusat kota MH. Thamrin, yang merupakan pusat bisnis Indonesia bersama dengan SCBD/Sudirman Central Business District.
Muncul pertanyaan, mengapa serangan terjadi begitu mendadak? Ternyata tidak! BIN/Badan Intelijen Negara juga sudah mengendus keberadaan kelompok ini. Namun apadaya, kelompok ini bersembunyi layaknya tikus, dan mengigit penduduk Jakarta. Polri, Densus 88 Anti-teror, TNI langsung merespon dengan cepat. 4 orang tersangka berhasil dilumpuhkan pada hari yang sama.
Serangan ekstrimis juga dilancarkan lewat sosial media, dengan menebar isu yang membuat panik warga Jakarta.
Namun, kelompok ini salah jika menyangka penduduk Jakarta akan takut dengan serangan ini. Kami berbeda dengan penduduk kota lain yang pernah diserang seperti Paris, Lebanon. Kami selalu berhasil bertahan dan membangun kembali apa yang telah rusak dan hancur. Lihat saja Ritz Carlton Hotel dan JW Marriot Hotel, yang rusak saat dibom beberapa tahun silam. Berkat tindakan tersebut hotel menjadi lebih aman, satpam dan aparat keamanan lebih sigap dan serius dalam menjalani tugasnya. Serangan kelompok ini memang membuat ketakutan.
Tetapi, dari puing-puing yang hancurlah dimulai sebuah konstruksi yang baru. Rakyat Indonesia sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk dari serangan ini. Masyarakat Aceh bertahan dari Tsunami, masyrakyat Jogja bertahan dari Gempa Bumi. Masyarakat Sinabung bertahan dari letusan gunung berapi. Demikian halnya warga Jakarta bertahan dari banjir. Kami warga Jakarta bertahan dari teriknya matahari tiap pagi, disusul macet di malam hari kala pulang ke rumah. Macet tidak membuat kami lesu, karena tahu keluarga menunggu di rumah.
Jika kelompok ini berharap warga Jakarta takut, mereka salah. Penduduk Jakarta selalu bertahan dari ancaman, walau teror bom sekalipun. Kami menghargai perbedaan, dan menjadikan perbedaan sebagai simbol masyarakat beradab. Kami hidup di kota yang berkembang menjadi kota yang lebih baik. Kami selalu bertahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H