Mohon tunggu...
Rehansyah Pratama
Rehansyah Pratama Mohon Tunggu... Polisi - Pelajar

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bertahan di Masa Modern: Keunikan dan Sejarah Budaya Botram dari Sunda, Jawa Barat

28 Februari 2024   12:42 Diperbarui: 28 Februari 2024   13:02 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Rehansyah Pratama

 12 IPS 4 , SMAN 3 kABUPATEN TANGERANG


 

          Kearifan lokal yang ada di setiap daerah menjadi ciri khas daerah dan diibaratkan sedah mengalir didalam daerah penduduk lokal. Botram merupakan salah satu kearifan lokal dari Indonesia, tepatnya tradisi ini berkembang di tengah masyarakat Sunda, Jawa Barat . Tradisi ini merekatkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan bagi mereka yang terlibat di dalamnya karena momennya bertepatan dengan Hari Raya Idulfitri.

          Salah satu hal yang menarik dari acara botram ini adalah acara ini sarat dengan sajian tradisional. Hal ini dimulai dengan alas makan yang biasanya memakai daun pisang yang disusun berjejer yang bisa menambah nikmat makan. Selain itu, lauk yang disajikan juga sarat dengan hidangan Pasundan seperti nasi liwet, ikan goreng, ikan asin, tempe orek, sambel, kerupuk, dan lalapan. Biasanya, mereka yang melaksanakan botram memasak hidangan sendiri-sendiri dan ketika sudah berada di lokasi berkumpul, semuanya akan disusun dan digabungkan. Sebelum dimulai, biasanya sesepuh atau seseorang yang paling dihormati akan menyampaikan satu atau dua patah kata dan diikuti oleh berdoa bersama, lalu acara makan bersama pun dimulai.

SEJARAH BOTRAM

          Botram atau sering disebut dengan ngabotram merupakan acara makan bersama dengan keluarga, tetangga, maupun sahabat. Acara ini dilaksanakan tidak hanya di rumah, tetapi juga bisa dilakukan di tempat lain, misalnya di pantai, halaman, maupun tempat-tempat wisata. Acara makan-makan seperti ini identitk dengan piknik dan ternyata di sinilah sejarah asal-usul kata botram, yaitu boterham yang artinya irisan roti isi mentaga dan ham yang berasal dari bahasa Belanda. Roti isi merupakan sajian praktis yang dibawa ketika piknik sehingga tidak mengherankan kalau acara botram mirip dengan piknik dan makan bersama. Karena tema acara ini adalah berkumpul bersama, tentunya acara ini bisa dijadikan sebagai ajang silaturahmi dan temu kangen bagi mereka yang jarang bertemu dalam suasana Idulfitri.

           Asal kata botram sendiri masih menjadi dalam bentuk tanda tanya. Dari sekian banyak tentang kesundaan tak satu pun menjelaskan tentang sejarah botram. Saya menduga "Botram" kata yang diserap dari bahasa asing. Entah dari bahasa apa, kata tersebut diserap namun botram telah menjadi suatu tradisi makan bersama masyarakat Sunda yang menarik perhatian saya.

BUDAYA BOTRAM YANG BERTAHAN DIMASA MODERN
          Menariknya, botram atau liwetan merupakan salah satu tradisi yang masih lestari dan banyak dilakukan hingga saat ini. Tak sulit untuk menemukan atau merealisasikan jika ingin melakukan kegiatan makan bersama ini bahkan di perkotaan sekalipun. Alasan yang membuat botram masih banyak dilakukan adalah karena kepraktisannya. Dengan menggunakan daun pisang, setelah selesai kita tidak perlu repot mencuci piring kotor sebanyak apapun orang yang ikut berpartisipasi. Bicara soal lauk, bentuk menu yang disajikan saat ini pun tidak jauh berbeda dari zaman dulu, di mana tentu makanan yang disantap adalah makanan khas Sunda. Mulai dari nasi liwet dengan aroma rempah yang khas, berbagai macam sayur lalap, sambal, ikan asin, dan lain sebagainya. Bukan cuma itu, kini tradisi botram tak hanya bisa dijumpai di rumah-rumah warga. Kekinian banyak dijumpai restoran di perkotaan dengan konsep makanan Sunda,,

BUDAYA YANG MASIH BERTAHAN DI ERA MODERN

         Tradisi botram merupakan tradisi yang harus dipertahankan karena bisa menjadi wadah untuk berkumpul bersama serta menambah kekompakan para anggota. Lewat kearifan lokal seperti inilah kedekatan secara fisik bisa dirasakan karena adanya tawa dan kebahagiaan yang nyata dibandingkan dengan komunikasi lewat media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun