Mohon tunggu...
Rehan Kurniawan
Rehan Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-Sosiologi

Dengan menambah wawasan kita, maka perjalanan hidup akan lebih indah dan juga menjadi manusia bermanfaat bagi seluruh umat manusia beserta lingkungan kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Dampak Penggunaan Styrofoam sebagai Pengemas Makanan bagi Kesehatan Manusia

16 Oktober 2022   18:03 Diperbarui: 16 Oktober 2022   18:12 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dampak Penggunaan Styrofoam Sebagai Pengemas Makanan Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan

Sampah merupakan masalah yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Sangat banyak mendapatkan kesan bahwa masih banyak sampah kecil berserakan di sekitar lingkungan kita masing-masing. Terkadang banyak orang yang mengabaikan sampah kecil ini tanpa mengetahui bahaya yang ditimbulkannya. Sekecil apapun sampah, tetaplah sampah. Styrofoam merupakan bahan yang terbuat dari bahan Expanded Polystyrene yang bisa berbahaya karena zat yang di kandungnya. Styrofoam tergolong sampah plastik yang mengandung zat berbahaya, seperti Benzene dan Styrene. Pengertian itu diungkapkan salah satu Dosen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Enri Damanhuri dalam wawancaranya bersama BBC Indonesia.

Gaya hidup modern membuat segalanya lebih praktis, bahkan dalam hal memasak. Dahulu, bisnis makanan hanya menggunakan peralatan saji berupa piring, mangkok, dan lain-lain untuk menyajikan makanan mereka. Pelanggan yang memesan take away atau membawa pulang pesanannya akan sering membawa wadah sendiri atau menggunakan kemasan plastic tahan panas. Sayangnya, kemasan plastik tahan panas lebih mahal, sehingga mempengaruhi harga jual makanan.

Hal ini memotivasi banyak pengusaha kuliner untuk menggunakan Polysterene/Styrofoam. Kemasan putih yang tersedia dalam berbagai ukuran benar-benar praktis. Tidak hanya untuk pesanan bawa pulang, bahkan pesanan untuk makan di tempat, pedagang lebih memilih Styrofoam. Pasalnya tidak perlu lagi mencuci piring, menghemat waktu dan tenaga. Pertimbangan harganya juga jauh lebih murah dibandingkan jenis kemasan lainnya.

Styrofoam adalah salah satu jenis plastik atau polimer. Bahan ini mengandung monomer termasuk styrene, benzene, dan formalin yang diketahui memiliki sejumlah efek negatif bagi kesehatan tubuh. Misalnya, kadar styrene yang tinggi dapat mengurangi produksi sel darah merah yang  dibutuhkan tubuh untuk mengangkut  pati makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Akibatnya fungsi saraf seseorang dapat terganggu, akan mudah merasa lelah, gelisah, dan sulit tidur. Styrene juga dapat mempengaruhi status janin di seluruh plasenta ibu dan berpotensi mencemari ASI.

Kandungan benzene juga sangat berbahaya. Benzene saat masuk ke dalam tubuh akan disimpan di jaringan darah. Kandungan ini tidak  larut dalam air, sehingga tidak dapat dikeluarkan melalui urin dan feses dan akan menumpuk sebagai lemak  tubuh. Itulah yang menyebabkan  kanker. Komponen benzene akan bermigrasi dengan cepat ketika terkena uap panas dari makanan yang dimasukkan ke dalam Styrofoam.

Sampah Styrofoam sulit terurai seperti  sampah plastik lainnya. Namun, jika  plastik lain banyak dicari pemulung karena dapat didaur ulang, Styrofoam tidak. Karena itu, limbah Styrofoam terus menumpuk dan mengganggu lingkungan. Jika dibuang ke sungai atau selokan, Styrofoam dapat menyumbat saluran air dan menyebabkan banjir.

Sampah merupakan penyebab utama  banjir di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung dan lain-lain. Di antara tumpukan sampah, pihak berwenang menemukan sampah kemasan menjadi yang paling umum. Sebenarnya limbah Styrofoam bisa didaur ulang, namun proses daur ulangnya belum bisa maksimal. Partikel yang pecah akan terus menyebar dan menyebabkan polusi udara. Memang, itu adalah mikroplastik, sehingga serpihan polistiren menjadi tidak terlihat. Jika sampah ini sampai ke laut dan mencemari ikan yang bisa dikonsumsi masyarakat, kesehatan masyarakat bisa terganggu.

Menurut penelitian para ahli, Styrofoam terurai hanya setelah 500 tahun. Bayangkan berapa banyak limbah Styrofoam yang akan menumpuk di generasi mendatang jika penggunaan Styrofoam tidak dihentikan. Selain berbahaya bagi kesehatan, Styrofoam juga berperan dalam pemanasan global, karena Styrofoam hanya dapat terurai selama periode 500 tahun. Jadi cobalah untuk menghindari penggunaan polystyrene saat membeli makanan.

Dengan melakukan tindakan seperti tidak  menggunakan Styrofoam lebih dari sekali. Setelah sekali pakai, segera hancurkan dan buang. Pastikan makanan tidak bersentuhan langsung  dengan Styrofoam. Hindari memanaskan makanan dengan wadah Styrofoam atau menuangkan makanan  panas ke dalam wadah Styrofoam. Untuk makanan  berlemak, berminyak dan mengandung alkohol, Styrofoam tidak boleh digunakan sebagai wadah. Membeli produk ramah lingkungan dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Produk ramah lingkungan meliputi kain katun, kapas, dan tisu basah yang dapat terurai secara hayati dan tidak menggunakan Styrofoam.

Daftar Pustaka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun