Peluang Metaverse melalui Dunia Pendidikan, Metaverse University?
Dunia pendidikan yang telah menghadapi berbagai tantangan seperti saat pandemi ini mampu beradaptasi dan menghasilkan solusi-solusi dalam melewati tantangan sehingga meskipun proses belajar mengajar di sekolah kurang efektif, namun tetap berusaha berkinerja dengan baik, apalagi dengan adanya masa pandemi yang membatasi manusia untuk keluar dari rumah sehingga terpaksa harus bisa produktif walaupun dalam rumah. Para pengembang teknologi pun berlomba-lomba untuk menciptakan konsep dan mewujudkan sarana agar mempermudah manusia di masa pandemi ini tentunya dengan sentuhan teknologi yang semakin hari semakin canggih, karena dengan peningkatan teknologi yang canggih dan mempermudah aktifitas manusia maka harapannya SDM juga akan meningkat.
walaupun mungkin generasi tua akan kesulitan dalam mengikutinya namun mau tidak mau dunia akan terus berkembang, jadi dari dalam diri kita sendiri harus mau untuk ikut berkembang juga, terutama untuk generasi muda yang harus meneruskan generasi sebelumnya untuk mengembangkan teknologi. Pada masa kini telah berkembang fitur-fitur dan konsep trknologi yang canggih dan salah satunya adalah dengan adanya teknologi Metaverse yang dikenalkan oleh Mark Zuckerberg, mungkin masih banyak yang asing dengan kata Metaverse namun istilah metaverse bukanlah hal baru. Istilah ini sudah dikenal sejak tahun 1992.
Orang pertama yang menciptakan istilah metaverse itu adalah Neal Stephenson. Dalan novelnya, Neal Stephenson menyebut metaverse di tahun 1992 yang berjudul Snow Crash. Dalam novel tersebut, istilah metaverse merujuk pada dunia virtual 3D yang dihuni oleh avatar orang sungguhan. Menurut pakar Kajian Media Universitas Airlangga (Unair) Rachman Ida, konsep metaverse sendiri merupakan perkembangan dari konsep yang telah ada sebelumnya. “Konsep Metaverse bukan benar-benar baru, sebab pada tahun 2003 sudah ada dunia virtual bernama Second Life yang menawarkan adanya konsep virtual community yang dibuat dengan maksud menghubungkan orang tanpa harus bertemu secara langsung,” ungkap Ida dikutip dari laman Unair.
Metaverse adalah sebuah rancangan yang menggabungkan dunia nyata dan dunia digital. Dalam arti yang lebih luas, Metaverse berupa ruang virtual di mana orang-orang dari seluruh dunia dapat berkumpul dan berkomunikasi menggunakan teknologi virtual dan augmented reality. Pada dunia pendidikan saat ini yang sudah terbiasa menggunakan pembelajaran online maupun offline dan juga Beberapa sekolah mengajar setiap hari melalui aplikasi Google Meet atau Zoom karena sumber daya yang tersedia untuk sekolah yang mengharuskan guru dan siswa untuk mengajar baik di grup WhatsApp maupun di kelas terbatas.
Tentunya ada dampak positif yang bisa diperoleh yaitu peningkatan kompetensi guru yang harus merusaha menjadikan pembelajaran secara daring tetap bisa dipahami oleh anak didiknya dan juga peningkatan kompetensi guru dalam mengikuti dan menguasi teknologi internet yang harus digunakan dalam sarana pembelajaran, contohnya sekolah yang akses internetnya tidak terjangkau mengunakan pendekatan pembelajaran melalui titik kumpul dan proses ini sudah dilaksanakan pada masa pandemi COVID 19.
Melaui rancangan konsep dunia virtual yang diusung oleh Metaverse, pembelajaran secara daring dapat dilakukan dengan lebih menarik yang mana nantinya kelas-kelas akan berinterkasi melalui dunia virtual dengan avatar diri kita sendiri dan dengan adanya Metaverse ini nantinya mungkin akan mempermudah pengajar untuk memberikan ilmu kepada para pendidiknya, misalnya dalam pelajaran sejarah kita tidak perlu mengunjungi langsung ke tempat bersejarah namun melalui dunia virtual kita bisa melihat dan mengunjungi tempat bersejarah tersebut dan bahkan bisa sampai ke luar angkasa. Tidak hanya dalam pembelajaran sama namun urusan administrasi sekolah atau kampus mungkin akan dimudahkan melalui Metaverse ini.
Metaverse menyediakan dukungan pada pembelajaran online dengan tidak menghilangkan pengalaman belajar di sekolah atau kampus. Bahkan beberapa kampus di dunia mulai menerapkan konsep metaverse ini, Mereka menyebut hal ini dengan istilah Metaverse University. Kampus-kampus berlomba untuk berinovasi dan menjadi pionir dalam pembelajaran metaverse. Karena dengan melangkah lebih cepat maka akan menuai hasil yang lebih baik, walaupun mungkin ada kegagalan tapi kita akan segera juga mengetahuinya dan berusaha untuk memperbaikinya.
Terdapat beberapa kampus yang telah mencoba menerapkan konsep Metaverse ini antara lain Khon Kaen University yang berada di Thailand mulai mengembangkan proyek Metaverse Experience yaitu dengan perangkat VR Headset yang membuat para siswa dan pengajar dalam melakukan interaksi tidak hanya di dunia nyata namun juga pada dunia digital, lalu ada BrainSTEM University dari yang salah satu pengajar di universitas ini yang bernama Ricky Mason mencoba untuk membawa konsep Metaverse di dalam pembelajarannya walaupun belum banyak yang tertarik akan tetapi Ricky Mason akan tetap mengembangkan konsep Metaverse di pembelajarnnya dan juga mentargetkan 200 siswa yang akan terdaftar di musim semi 2022, kemudian ada CEU University, Amman Arab University, University Of Nicosia, University Of Nigeria, bahkan di Indonesia sendiri terdapat UHAMKA yang telah memulai untuk memperbanyak kajian terkait tekonologi Metaverse.
Konsep Metaverse ini tentunya akan menjadi peluang pada kemajuan di dunia pendidikan yang mana pada dunia pendidikan terutama pada tingkat universitas yang mungkin akan mengembangkan konsep Metaverse menjadi konsep yang lebih canggih lagi, mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan juga kreatif dalam menciptakan sesuatu. Karena dunia pendidikan tidak bisa menolak kemajuan tenologi maka kita wajib ikut serta mempersiapkan diri kita untuk maju dan jangan sampai tertinggal. Karena perubahan datang dari dalam diri kita, sehingga harus kita perjuangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H