Mohon tunggu...
Regita PutriIndriani
Regita PutriIndriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka untuk menulis dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opak Angin sebagai Penunjang Kehidupan 12 Tahun Lamanya

8 Desember 2022   09:56 Diperbarui: 8 Desember 2022   10:13 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip Dokumentasi Penulis

Yogyakarta- "Saya tidak berharap banyak untuk masalah pendapatan, semua saya serahkan dengan Yang Maha Kuasa yang sudah mengatur semua jalan rezeki," tutur Sayem (60), yang sudah berjualan opak angin dan mainan anak selama 12 tahun lamanya. 

Ditengah hiruk pikuk dan panasnya kota Solo ketika berhelatnya acara Muktamar 48 wanita yang berasal dari Klaten itu bercerita tentang perjalanannya selama berjualan dagangannya dengan tulus dan penuh semangat. Dengan semua alur kehidupan yang sudah ia serahkan kepada Yang Maha Kuasa, ia sangat ikhlas dan menjalani hari-harinya dengan penuh rasa syukur. 

Sejak mentari terbit Sayem sudah siap untuk menjual dagangannya hingga waktu senja akan tiba. Bakul yang ia jinjing setiap harinya, dan berangkat menuju tempat ia berjualan dengan diantarkan becak dari tempat ia menetap di area keratonan menuju lokasi ia berjualan yang tepat di depan Soto Hj. Fatimah. 

Setiap harinya ia duduk berjualan seorang diri beriringan dengan ramainya pengunjung yang berlalu lalang mendatangi Soto Hj. Fatimah bisa tergambarkan melalui sorot matanya yang terlihat sayu namun sarat akan makna sederhana kehidupan yang ia jalani. 

Tak hanya menjual opak angin dan mainan anak, Sayem juga menjual gulali yang ia olah sendiri. Baginya, dengan menjual gulali dapat menarik perhatian anak-anak karena dapat diolah menjadi berbagai macam karakter lucu dan bisa diolah menjadi rambut nenek. Perilakunya yang ramah selalu menarik perhatian anak-anak. 

Sayem selalu menyambut pelanggan yang mendatanginya dengan senyuman yang tulus yang dapat terlihat dari sorot matanya. Ia tidak mempermasalahkan jika anak-anak hanya tertarik dengan mainan yang ia jual dan membawanya bermain namun tidak dibeli. Sayem merasa senang hanya dengan melihat tawa bahagia anak-anak yang bisa bermain dengan dagangannya. 

Berjualan dengan pendapatan yang tak pasti tidak membuatnya menyerah dan memilih untuk beralih mencari pekerjaan lainnya. Kesetiaan yang ia miliki dalam berjualan menunjukkan rasa semangat yang ada dalam dirinya untuk bisa melanjutkan kehidupannya. Terus mengolah opak angin yang berbahan dasar ketan dan gulali yang berbahan dasarkan gula adalah hal sederhana yang ditunjukkannya. 

Walaupun saat ini minat masyarakat dengan opak angin sangat sedikit, ia masih yakin dan berpegang teguh bahwa dengan opak angin, mainan anak, dan juga gulali bisa menjadi ladang rezeki untuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun