Pemerolehan Bahasa Anak Umur 3 Tahun dalam Tataran Fonologi
Fonologi merupakan salah satu bidang dalam ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi secara umum. Terdapat dua cabang fonologi yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan cabang studi fonologi yang mengkaji bunyi tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut memiliki fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak, sementara jika bunyi bahasa yang berfungsi membedakan makna kata disebut dengan fonemik (Abdul Chaer, Linguistik umum, (Jakarta: rineka cipta, 2003).
Mengacu hasil observasi anak usia tiga tahun mempunyai beberapa kesulitan pada mengucapkan fonem yg sesungguhnya atau fonem yg orisinil misalnya fonem /s/ sebagai fonem /t/, fonem /r/ sebagai fonem /l/. Hal itu masuk akal apabila dialami sang anak usia tiga tahun, lantaran indera ucap yg didapatkan belum paripurna, apabila masih berlanjut dalam usia dewasa maka bisa dikatakan anak tadi mempunyai gangguan pada mengucapkan fonem-fonem tadi. Gangguan-gangguan bisa terjadi dalam faktor medis & faktor sosial. Firmansyah (Dariah, dkk. 2018) menyebutkan bahwa Kesalahan-kesalahan berbicara dalam anak usia tiga tahun pada pengucapan fonem umumnya mencakup perubahan suara yg diucapkan, akan namun makna yg hingga merupakan makna yg anak maksud, ejaan dalam usia tiga tahun belum paripurna & terdapat fonem-fonem yg dihilangkan pada pengucapannya.
Kesalahan berbahasa terdapat dalam pengucapan suatu makna leksikal atau makna yang sesungguhnya. Apabila apabila diucapkan oleh anak usia 3 tahun akan menjadi bunyi atau makna yang berbeda karena anak usia 3 tahun belum tentu mengetahui arti yang sesungguhnya, akan tetapi tidak menutup kemungkinan yang diucapkan oleh anak usia 3 tahun tersebut memiliki makna yang sama dengan apa yang dimengerti oleh orang yang mendengarnya.
Berikut ini adalah contoh pemerolehan bahasa pada anak dalam kesalahan pengucapannya:
- Kata yang sebenarnya “ kakak” tetapi pada kata yang diujarkan Rahel adalah “tatak” yang dimana penggantian fonem /k/ menjadi fonem /t/ dan perubahan bunyi yang maknanya tetap sama hanya saja cara pengucapannya berbeda.
- Kata yang sebenarnya “ sepeda” tetapi pada kata yang diujarkan Rahel adalah “Cepeda” dimana terjadi penggantian fonem /s/ menjadi fonem /c/. ujaran yang disampaikan oleh rahel tersebut memiliki makna yang sama hanya saja pengucapannya berbeda.
- Kata yang sebenarnya “ pergi” tetapi pada kata yang dapat diucapkan Rahel tersebut adalah “ peldi” yang dimana kata tersebut memiliki makna pergi tetapi pengucapan nya berbeda. Hanya terdapat pergantian fonem /r/ dan /g/ menjadi fonem /l/ dan /d/.
- Kata yang sebenernya itu “ masak “ tetapi Rahel dapat mengucapkannya dengan kata “ macak “. Nah, disitu terdapat penggantian fonem / s/ menjadi /c/ yang dimana makna nya tidak akan berubah hanya saja pengucapan nya berbeda.
Contoh pemerolehan Bahasa diatas dapat kita simpulkan bahwa Bahasa pada tingkat fonologis yang bernama Rahel tersebut telah berhasil dengan baik pada tingkat . Itu didasarkan pada huruf yang bisa dia kuasai. Mengenai konsep universal perolehan fonologi yang dikemukakan oleh B. Jacobson, vokal pertama dikuasai sebanyak kali. Lebih tua (2), Dota (Dosa), ibu dan dia. [i] ja, ijuy (ijul), he, mobiy (mobil), biik (keras), beli, naji (shalat), dsb. [u] Sudah, mulut (pesanan), unya (memiliki), uit (uang), itut, nyamuk, yakult, selimut, sapu, sibu (seribu), bau, , tutu (jadi); [e] seperti es, enak, yeptop (leptop), gatey (gatel), oyeh (horeh), dayem (dalem, sedang), dede dan ketemu; [o] OK, ompoy (weed), ompat (melompat), owey (orai), toyong (tolong), nenong (bawa), epon (telepon), dan bobo. Perolehan huruf vokal ini Wilona dapat melafalkan dengan baik di awal kata, di tengah kata, dan di akhir kata.
Hal ini juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (Wulandari, 2018) yang menemukan bahwa anak usia 3 tahun mengalami perubahan bunyi /r/ berubah menjadi /l/, /s/ diucapkan menjadi /c/. Hal ini sesuai dengan pendapat Jacobson (Chaer, 2007) yang menyatakan bahwa pemerolehan kontras fonemik bersifat universal. Urutan pemerolehan konsonan adalah bilabial-dental (alveolar)- palatal-velar. Artinya, apabila anak-anak sudah mampu mengujarkan konsonan frikatif, anak-anak juga sudah mampu mengujarkan bunyi hambat. Apabila anak-anak sudah mengujarkan konsonan belakang, itu artinya mereka sudah menguasai konsonan depan.
SIMPULAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang diperoleh manusia sejak lahir. Fatmawati (2015) menjelaskan bahwa neonatus menunjukkan perbedaan yang sangat besar dibandingkan dengan orang dewasa. B. Berat otak mereka hanya sebagian kecil dari orang dewasa dan rongga mulutnya masih sangat sempit untuk mengucapkan kosa kata yang sama dengan orang dewasa Ya, anak menanggapi kata-kata orang di sekitarnya sesuai dengan kemampuannya.
Berdasarkan hasil data di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia 3 tahun masih kesulitan mengucapkan kosakata yang benar. Anak usia 3 tahun masih memiliki kosakata yang sedikit dan banyak gagap serta salah pengucapan. Peran orang tua dalam perkembangan bahasa anaknya sangat penting, karena sebagian besar anak usia 3 tahun masih kesulitan mengucapkan fonem /R/ dan /S/. Selain faktor lingkungan, faktor yang membantu perkembangan bahasa anak juga terdapat hambatan. Dengan kata lain, alat artikulasi belum lengkap. Hambatan dapat dipahami, makna dan tujuannya sama. Anak usia 3 tahun dapat belajar dan menggunakan bahasa lain, seperti bahasa Inggris, seperti yang diajarkan orang tua mereka. Seorang anak berusia 3 tahun dapat mengerti bahasa Inggris bahkan jika dia hanya tahu nama binatang, warna, dan angka. Namun, ingatan masa kanak-kanak lebih jelas daripada orang dewasa, jadi jika membiasakannya sejak usia dini, anak tersebut akan dapat berbicara bahasa asing dengan lebih baik.