Mohon tunggu...
Suseno Widodo
Suseno Widodo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

suka membaca dan sedikit menulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Pengurus Sepak Bola Hands Up, Pemain Tetap Jadi Korban

21 Juni 2013   11:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:39 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Nasib sebelas pemain PSMS DU PT LI tetap tidak jelas hingga saat ini mengenai penyelesaian gajinya selama 10 bulan. Posisi mereka benar-benar sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan para penguasa bola. Mari kita telisik fakta yang ada.

Pengurus klub seperti tidak peduli, nyatanya bisa hadir di kongres tahunan beberapa hari lalu, meski para pemainnya mengeluh. Ketika para pemain ketemu Hinca (Komdis) di kantor PSSI, malah hampir ribut karena Hinca bilang soal gaji pemain bukan urusan kami. Lantas bagaimana pulak respon Jodri selaku pimpinan operator liga PT LI dan sekaligus Sekjen PSSI ini? Sudah banyak dituliskan, rupanya PT LI enggan tampung pemain dan juga tak mau bayar gaji pemain. Secara tegas Jodri bilang PT LI menolak bertanggungjawab terkait gaji pemain. Malah Jodri berpendapat tunggakan gaji itu hal yang biasaaaaaaa.... haduuuh.

Berikutnya adalah tanggapan boss PSSI yang sudah ber'wajah' lain, beliau bilang bahwa bila klub tak punya uang tak usah lah ikut kompetisi. Itu benar kalau kompetisi belum berjalan, tapi kalau sudah berjalan dan gaji pemain 10 bulan belum dibayar apakah cukup dengan mengatakan begitu? Bagaimana dengan Menpora? Seperti biasanya, menpora berjanji membantu nasib 11 pemain PSMS dan menyatakan juga bahwa soal gaji adalah urusan klub dan bukan urusan PSSI. "Saya kasihan melihatnya. Saya tak ingin lihat mereka tidur di depan kantor PSSI. Ini sebenarnya tanggung jawab klub yang bersangkutan, bukan jadi tanggung jawab PSSI. Tapi kami akan segera membantu cari solusinya," tutur Roy.

Kalau semua menyatakan hands up, lantas bagaimana penyelesaiannya? Apakah harus dibawa ke ranah hukum tapi dari mana biayanya, untuk hidup sehari-hari saja sudah menderita dan terlunta-lunta di Jakarta. Siapa yang bisa bantuin nasib mereka? Kalau pihak yang ingin membantu mereka pulang ke Medan memang sudah ada, tapi bagaimana dengan tunggakan gaji?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun