Mohon tunggu...
Regi Pratama
Regi Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Educator and Writeprenuer

Hanya orang biasa yang miskin ilmu dan ingin memperkaya ilmu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ojo Kepaten Obor: Menjaga Tali Silaturahmi agar tetap Menyala

31 Maret 2024   16:33 Diperbarui: 31 Maret 2024   16:35 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://pontianak.go.id/pontianak-hari-ini/berita/Ribuan-Peserta-Pawai-Obor-Terangi-Jalan-Sambut-Ramadan

Ojo Kepaten Obor adalah sebuah filosofi luhur yang berasal dari Jawa. Filosofi yang terkandung di dalamnya adalah bagaimana kita menjaga tali silaturahmi dengan sesama saudara, agar tetap menyala seperti obor yang terang. Jika sudah tidak sambung atau putus silaturahmi maka bisa disebut kepaten obor.

Bagi orang Jawa, menjaga tali silaturahmi merupakan hal yang sangat penting. Silaturahmi adalah ikatan emosional dan spiritual antara anggota keluarga, kerabat, dan tetangga. Hal ini merupakan bagian integral dari budaya Jawa yang sangat dihormati dan dijunjung tinggi.

Dalam filosofi ini, "penyalaan" dan "pemeliharaan" obor menjadi simbol dari pentingnya menjaga tali silaturahmi. Obor yang terang melambangkan semangat hidup dan kebersamaan dalam lingkungan yang hangat dan saling mendukung. Ketika obor padam atau kepaten, artinya ada sesuatu yang telah memutuskan tali silaturahmi.

Melalui filosofi ini, kita diajak untuk merenungkan dan menyadari pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama. Ibarat dalam sebuah tarian berkelompok, para penari bergerak secara kompak dan saling bergantung satu sama lain, mencerminkan pentingnya kolaborasi dan persatuan dalam menjaga tali silaturahmi.

Ojo Kepaten Obor juga mengingatkan kita bahwa menjaga tali silaturahmi bukanlah hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi harus dilakukan oleh semua orang. Setiap individu memiliki peran penting dalam memelihara tali silaturahmi dengan keluarga dan komunitasnya. Dalam filosofi ini, obor yang menyala menciptakan cahaya yang bersama-sama terus menyinari jalan kita.

Hal tersebut tergambar dalam pawai tahunan menjelang lebaran. Di desa-desa, masih lazim ditemui pawai obor pada saat malam takbir. Obor yang telah dinyalakan pada sebuah bambu, diarak keliling desa oleh anak-anak bahkan dewasa sambil menggemakan Takbir. Jika kita telaah, mungkin ulama-ulama kita mengajari filosofi ini kepada kita sejak dini.

Ojo Kepaten Obor juga menunjukkan pentingnya menghargai dan merawat hubungan yang telah terjalin. Tali silaturahmi yang dijaga dengan baik akan membantu kita dalam menghadapi kesulitan hidup dan mencapai kesuksesan. Dalam situasi sulit, kerjasama dan dukungan dari orang-orang di sekitar kita akan menjadi sumber kekuatan dan motivasi.

Selain itu, filosofi ini juga mengajarkan kita untuk tidak terlalu memperhatikan perbedaan dan konflik yang mungkin timbul dalam hubungan sosial. Obor yang terang tidak hanya menyinari yang dekat, tetapi juga menciptakan cahaya yang mencapai jauh. Ini menunjukkan pentingnya menjalin hubungan yang harmonis meskipun ada perbedaan dalam agama, budaya, dan latar belakang sosial.

Dalam dunia yang semakin modern dan sibuk ini, seringkali tali silaturahmi terabaikan. Kehidupan yang sibuk dan terjebak dalam rutinitas sehari-hari sering membuat kita lupa untuk menciptakan dan memelihara hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Namun, melalui filosofi ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga tali silaturahmi agar tetap terang dan hangat.

Untuk itu, mari kita ambil hikmah dari filosofi Ojo Kepaten Obor dan berupaya menjaga tali silaturahmi kita agar tetap menyala. Di momen menjelang hari raya Idul Fitri ini yang akan datang beberapa hari lagi, mari berkomitmen untuk meluangkan waktu dan energi dalam memperkuat hubungan kita dengan keluarga, kerabat, dan komunitas. Dengan demikian, kita akan mampu menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan harmonis, serta melestarikan tradisi dan budaya yang berharga.

Salam persaudaraan, Rahayu!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun