Saat ini, masyarakat ditawarkan beragam gaya hidup yang membuat perubahan dalam kualitas kehidupan seseorang. Mulai dari memilih diet menu makanan, beragam kegiatan olah raga, pemanfaatan barang bekas menjadi barang yang digunakan kembali, mengurangi sampah anorganik, sampai kepada penggunaan perawatan kulit tubuh dengan bahan-bahan alami. Dan ini memerlukan konsistensi untuk dapat terus berlangsung dan bertahan.
Alam telah memberikan kepada manusia sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan kita sehati-hari. Namun ilmu pengetahuan dan teknologi menciptakan inovasi-inovasi yang tidak bersumber langsung dari alam atau sintetis. Seperti misalnya bahan pangan, bahan sandang atau pakaian, dan produk-produk kosmetika atau perawatan tubuh untuk semua kalangan usia dan jenis kelamin.Â
Produk yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan peliharaan dalam kehidupan sehari-hari adalah sabun. Salah satu jenisnya yaitu sabun mandi, termasuk kategori kosmetika. Sabun adalah produk yang dihasilkan dari proses safonifikasi dari bahan lemak baik itu dari nabati atau hewani dengan alkali. True soap atau sabun yang sesungguhnya tidak memerlukan bahan kimia tambahan, bahkan gliserin yang menjadi unsur yang mahal dalam kosmetika, diperoleh alami dari proses safonifikasi itu sendiri, tidak menjadi unsur tambahan. Â
Sejarah teknik membuat sabun awalnya ditemukan pada peradaban Babilonia 2000 tahun lebih sebelum Masehi. itu berarti termasuk salah satu budaya manusia yang tertua. Proses pembuatan sabun adalah menggunakan lemak hewani dan abu sisa pembakaran kayu (soda ash). Kebudayaan dan teknologi semakin berkembang, sekarang kita dapat membuat sabun dari minyak-minyak nabati yang termasuk pada carrier oils, Â juga menambahkan minyak atsiri sebagai zat aditif dalam safonifikasi.
Selain di Indonesia, seperti di Inggris atau di Amerika, true soap sudah lazim dibuat secara rumahan (home made). Mereka membuat untuk dikonsumsi sendiri atau untuk diberikan kerabat terdekat. Alasan membuat sabun sendiri adalah karena mereka menggunakan sabun berdasarkan kebutuhan kulit masing-masing. Mereka yakin bahwa yang mereka buat adalah bahan-bahan yang aman tidak ada bahan kimia keras yang membuat kulit kering atau iritasi. Sabun yang mereka gunakan tidak akan mencemari air dan tanah di lingkungan mereka. Hal tersebut adalah salah satu gaya hidup zero waste atau minim sampah yang dapat membantu keberlangsungan hidup (eco green).
Lain di Inggris atau Amerika. Di Korea atau Jepang bahkan sampai ke Thailand, para pembuat sabun yang disebut soap maker atau artisan soap, membuat sabun dengan penekanan pada artistik atau dari seni tampilan bentuk sabun tersebut. Teknik yang banyak digunakan adalah dengan melt and pour atau melelehkan dan menuangkan dalam cetakan-cetakan yang indah dan menggemaskan. Ada juga dengan teknik tuang yang lebih mahir seperti swirling, berlapis atau campur warna dan tekstur.Â
Lalu apa kabar di Indonesia? Ternyata sudah mulai marak bermunculan di platform media sosial seperti Youtube, Instagram dan Tiktok, para artisan soap memperlihatkan konten-konten pembuatan sabun home made. Bahkan beberapa komunitas yang mengusung pemanfaatan sampah rumah dengan minim sampah atau zero waste, penghobi yang mempunyai visi sustainability environment (menjaga keberlangsungan lingkungan hidup) kerap mengadakan pelatihan membuat sabun home made untuk para anggotanya, baik secara daring atau pun luring.
Uniknya di Indonesia, para artisan soap atau soap maker belum memperlihatkan kecenderungan gaya atau teknik membuat sabun yang mana, apakah mangadopsi gaya di Amerika yang lebih menekankan kepada penggunaan luxurious oils atau bahan organik sebagai zat aditif sabun, atau lebih kepada gaya nge-pop Jepang dan Korea. Sepertinya dua mahzab ini dapat ditemui di Indonesia yang pada akhirnya bermuara kepada makna edukasi dan kampanye gaya hidup zero waste atau minim sampah.
Nah, apakah anda tertarik untuk mencoba membuat sabun sendiri?Â