Konsumerisme, sebuah istilah yang erat kaitannya dengan sikap pemborosan atau berlebihan. Sebuah istilah yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan gaya hidup seseorang yang diluar batas wajar orang pada umumnya.
Menurut KBBI pun konsumerisme merujuk pada sebuah ideologi atau pemahaman bahwa barang mewah merupakan sumber dari kebahagiaan.
Apabila digali lebih dalam, sikap konsumerisme tidak hanya berpusat pada barang mewah atau barang “branded”.
Saat seseorang membeli suatu barang secara berlebih diluar kebutuhannya dan hanya untuk memuaskan kesenangan pribadi, itu juga disebut sebagai sikap konsumerisme.
Bahkan menurut ahli Collin Campbell pun, sikap konsumerisme merupakan tujuan hidup yang berfokus pada kata “konsumsi”.
Tidak benar adanya apabila seseorang mengatakan bahwa sikap konsumerisme hanya dapat terjadi di kalangan orang dewasa. Anak-anak remaja zaman sekarang pun tidak lepas dari adanya sikap konsumerisme.
Terlebih pada zaman sekarang, betapa mudahnya bagi kita untuk top up saldo dan membeli suatu barang di pusat e-commerce atau kerap disebut online shop.
Hanya dengan satu genggaman tangan, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit untuk melakukannya. Satu barang…Dua barang….
Dan seterusnya akan begitu. Sebuah perbuatan yang berulang ulang tentu lama lama akan menjadi suatu kebiasaan. Yang lebih parahnya lagi, kita akan menganggap bahwa kebiasaan itu merupakan kebiasaan yang wajar.
Selain mudahnya akses untuk membeli suatu barang, tren di sosial media juga merupakan salah satu faktor terjadinya sikap konsumerisme di kalangan remaja.