Buku karya Brianna Wiest yang berjudul "When You're Ready This is How You Heal" adalah salah satu dari beberapa buku favorit yang pernah saya baca di perpustakaan UMY. Buku ini berisi kumpulan esai terbaik penulis yang disatukan menjadi sebuah buku.
Buku ini memiliki pendekatan serupa dengan buku yang biasanya berisi esai, yang terasa seperti buku catatan berisi ringkasan poin utama dari semua buku self-help yang pernah ditulis. Ini menggugah pikiran, menarik dan ditulis dengan indah.
Terdapat 101 bab dalam buku ini yang isinya mencakup berbagai pokok bahasan, mulai dari perilaku bawah sadar, hingga rutinitas sehari-hari, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial, bias kognitif, perlawanan, hingga istilah asing yang belum pernah saya baca sebelumnya merupakan pengalaman si penulis.
Buku ini menganalisis dan membahas beberapa perasaan dan situasi sulit, seperti bagaimana orang-orang dekat kita atau orang-orang yang pernah kita cintai bisa menjadi asing.Â
Bagaimana mengidentifikasi perasaan tidak nyaman yang sebenarnya menunjukkan bahwa kamu berada di jalan yang benar. Bagaimana orang menahan diri dari kebahagiaannya. Mengapa kita secara tidak sadar suka menciptakan masalah bagi diri kita sendiri.Â
Pikiran dan ide yang kita simpan tentang hidup yang hanya menghambat, dan apa yang harus dilakukan ketika tidak melakukan. Hingga perasaan bingung apa yang harus dilakukan dengan hidup.
Ini memberikan beberapa perspektif, pandangan dan inspirasi bagi saya. Saya jadi merasa bahwa saya melakukan lebih baik dari yang saya kira, begitu juga dengan kamu yang mungkin ingin membaca buku ini. Setelah saya baca buku ini jadi lebih paham tentang emosi.Â
Dalam buku ini juga ada jawaban dari bagaimana orang yang termotivasi secara intrinsik menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, bagaimana emosi yang tertekan muncul dalam hidup, atau bahkan alasan mengapa patah hati seringkali penting untuk kemajuan diri (grow up).
Buku ini mengajarkan seni psikologis pula. Seperti bagaimana tidak membiarkan pikiran irasional menghancurkan hidup, mengapa tidak perlu mencari kenyamanan sesaat, mengapa harus berterima kasih kepada orang yang pernah menyakitimu atau bullying, juga hal-hal yang perlu diketahui tentang diri sendiri sebelum akan memiliki hidup yang diinginkan. Terdapat cara-cara untuk menjalin koneksi baik dengan seseorang.
Sejatinya tidak ada yang namanya melepaskan hanya saja kita harus menerima apa yang sudah dilakukan. Maka mengikhlaskan adalah yang terbaik.