Mohon tunggu...
Regina Tyestapiana Timmerman
Regina Tyestapiana Timmerman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Demure and Mindful.

Selanjutnya

Tutup

Film

Adaptasi Film Galaksi: Antara Ekspektasi Penggemar dan Realitas Produksi

11 Desember 2024   21:34 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:44 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRWjIdADhRPlL8SQvc7IUCEUzFr4H3csoqF7w&s

Film adaptasi merupakan salah satu bentuk karya sinematik yang dihasilkan dari transformasi media lain, seperti novel, komik, video games, atau bahkan karya film yang sudah pernah diproduksi sebelumnya. Proses adaptasi ini melibatkan pengangkatan elemen-elemen utama dari karya asli untuk ditransformasikan menjadi cerita yang relevan dan menarik di media yang baru. Dalam dunia perfilman, karya adaptasi memiliki potensi besar untuk menarik perhatian audiens, terutama jika karya asli telah memiliki penggemar yang banyak dan menarik antusiasme masyarakat.

Menurut Hutcheon (dalam Fakhrurozi & Adrian, 2020) dalam bukunya A Theory of Adaptation, adaptasi adalah proses kreatif untuk menyajikan kembali sebuah cerita yang serupa namun dengan perspektif yang berbeda. Dengan demikian, sebuah adaptasi yang berhasil tidak hanya bergantung pada kemiripan terhadap karya asli, tetapi juga pada kemampuannya untuk memberikan pengalaman baru bagi audiens.

Menurut Wibowo (dalam Wibowo, 2019) teori adaptasi merupakan upaya menciptakan sebuah karya baru yang diambil dari sumber tertentu atau dipindahkan dari satu media ke media lainnya, dengan tetap mempertahankan atau memvariasikan alur cerita, karakter, serta gaya dan nada asli karya tersebut. Teori ini menjadi landasan dalam memahami bagaimana proses adaptasi dapat menjadi media untuk menjembatani ide kreatif antara pencipta karya asli dan audiens dalam format yang berbeda.

Adaptasi di dunia perfilman telah lama menjadi trend yang mendominasi industri film, termasuk Indonesia. Tidak hanya adaptasi novel yang populer, seperti Harry Potter atau The Chronicles of Narnia di kancah global, tetapi juga adaptasi dari budaya lokal Indonesia, seperti Laskar Pelangi, 5 CM, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang sukses diangkat dari novel.

Selain itu, adaptasi dari komik dan video games juga memiliki pangsa pasar yang besar, contohnya film-film Marvel seperti The Avengers, yang merupakan adaptasi dari komik superhero populer, serta Mortal Kombat, yang diadaptasi dari video games ikonik dengan penggemar yang luas.

Adaptasi tidak hanya memperkenalkan cerita kepada audiens baru, tetapi juga memberikan peluang untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan visual dan naratif. Namun, tidak semua film adaptasi meraih kesuksesan. Keberhasilan film adaptasi bergantung pada beberapa faktor, seperti interpretasi sutradara, eksekusi teknis, serta penerimaan masyarakat terhadap perbedaan antara karya asli dan adaptasi.

Salah satu film adaptasi Indonesia yang diangkat dari novel remaja populer adalah Galaksi karya Poppi Pertiwi. Film ini mengangkat cerita seputar kehidupan Galaksi, seorang pemuda dengan masa lalu kelam yang harus menghadapi berbagai konflik keluarga, percintaan, dan pencarian jati diri. Novel Galaksi sendiri telah memiliki penggemar yang besar di kalangan pembaca muda Indonesia. Sebelum diterbitkan menjadi novel, Galaksi telah mendapat 37,6 juta pembaca di Wattpad, sehingga adaptasi ini hadir dengan ekspektasi tinggi.

Popularitas film ini tidak hanya terletak pada novel, tetapi juga pada upaya sutradara Kuntz Agus dalam menginterpretasi ulang cerita dengan cara yang relevan untuk layar lebar. Penambahan unsur visual, seperti sinematografi yang menggambarkan kehidupan urban, serta akting aktor dan aktris papan atas, menjadi faktor utama yang membuat film ini diterima dengan baik oleh audiens.

Namun, di balik popularitas film ini terdapat pengurangan, penambahan, dan perubahan yang berdampak pada ekspektasi penggemar. Penciutan, penambahan, serta perubahan pada visual tokoh, latar, serta alur menyebabkan hilangnya unsur-unsur penting dalam cerita, sehingga mengurangi kedalaman dan kualitasnya (Sari et al., 2024).

Penggemar novel menyadari adanya perubahan pada alur cerita sehingga dianggap jauh dari karya asli. Perubahan tersebut dilakukan untuk menyesuaikan durasi film dan cerita. Kritik lainnya juga datang dari sisi produksi, seperti dialog yang dianggap kurang natural di beberapa bagian. Akibatnya, proses ekranisasi yang kurang berhasil tersebut berpengaruh pada jumlah penonton film yang tidak sebanyak pembaca novelnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun