Mohon tunggu...
Regina Chrysandra
Regina Chrysandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate students from Jember University majoring International Relations

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Dagang Amerika - China: Adanya Celah Pada Pasar Terbuka Amerika

4 Maret 2023   20:46 Diperbarui: 4 Maret 2023   20:55 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diketahui pada tahun 2018-2019 terjadi sebuah fenomena perang dagang yang melibatkan dua negara adidaya di dunia, yakni Amerika dan juga China. Perang dagang yang terjadi antar kedua negara ini dapat dikatakan secara garis besar sebagai peperangan pembebebanan tarif pada barang impor antar dua negara terkait. Hal ini dilakukan kedua negara tersebut guna memenuhi kepentingan negaranya masing-masing. Amerika sendiri merasakan adanya kecurangan akan praktik dagang China di pasar terbuka Amerika yang mana hal ini menyebabkan Amerika mengalami kerugian. Selain itu, Amerika juga memiliki maksud lain dalam perang dagang ini yakni berusaha untuk menghambat China dalam mendominasi dunia teknologi, mengingat perkembangan teknologi China yang begitu pesat.

Perang dagang antar Amerika dengan China sendiri bermula pada Januari 2018 yang mana Donald Trump, Presiden Amerika kala itu mengklaim China telah melakukan kecurangan dalam praktik dagangnya di pasar terbuka Amerika dan juga melakukan pencurian atas Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Kemudian mengikuti klaim yang digagas oleh Trump, pada akhir Januari 2018 Trump memberlakukan pembebanan tarif untuk panel surya sebesar 30% dan 20% untuk mesin cuci. Pembebanan tarif yang dilakukan Amerika ini menjadi tanda dimulainya perang dagang tersebut.

Pada Maret 2018, Amerika kembali menerapkan pembebanan tarif sebesar 25% untuk produk baja dan produk alumunium sebesar 10%, pembebanan ini disusul oleh pengumuman Trump atas hasil investigasinya terhadap China. Trump sendiri mengumumkan bahwa Amerika akan menyelesaikan masalah ini dengan China di World Trade Organization (WTO) dan Amerika akan membatasi pula investasi di China sebagai respon dari pernyataan transfer teknologi China. China sendiri kemudian mengambil langkah pada tanggal 23 Maret 2018 sebagai balasan atas pernyataan yang dilontarkan Amerika. China sendiri mengumumkan pembebanan tarif impor sebesar 3 miliar USD pada produk baja dan alumunium asal Amerika.

Pada April 2018, baik Amerika maupun China keduanya saling melontarkan pembebanan tarif pada lebih dari 120 jenis produk yang di impor. Selain itu, China juga melaporkan kepada WTO mengenai pembebanan tarif akan produk baja dan alumunium yang ditetapkan oleh Amerika sebelumnya. Di sisi lain, Departemen Perdagangan Amerika mengeluarkan pernyataan yang melarang China untuk membeli peralatan telekomunikasi dan komponen teknologi dari perusahaan Amerika selama tujuh tahun. Namun, akhirnya pada akhir April 2018 Steven Munchin selaku mentri keuangan Amerika serikat berangkat ke China guna membahas kesepakatan dagang untuk mengakhiri peperangan ini.

Pertemuan antar Amerika dengan China ini pada akhirnya terjadi di bulan Mei 2018, lebih tepatnya pada tanggal 3-7 Mei 2018 kedua negara adidaya ini melakukan pertemuan dagang di Beijing. Pada pertemuan ini, Amerika menuntut China agar mengurangi kesenjangan perdagangan sebesar 200 miliar USD dalam kurun waktu dua tahun. Sayangnya pertemuan pertama ini tidak menghasilkan solusi apapun. Kemudian, pertemuan kedua terjadi pada akhir Mei 2018 yang diwakilkan oleh Wilbur Ross selaku mentri perdagangan Amerika. Namun sayangnya lagi-lagi pertemuan kedua tersebut tidak menghasilkan solusi apapun untuk menghentikan perang dagang yang sedang terjadi.

Pada bulan Juni 2018, Amerika mengumumkan akan adanya biaya impor sebesar 25% atau senilai 34 miliar USD untuk 1.102 produk asal China dan 284 produk lainnya akan dikenakan biaya sebesar 16 miliar USD sebagai uji publik, hal ini akan mulai berlaku pada 6 Juli 2018. Menanggapi hal ini, Chinapun membebankan biaya sebesar 34 miliar USD untuk produk asal Amerika. Tidak sampai disana, Pada Agustus 2018 sendiri Trump memerintahkan perwakilan dagang Amerika untuk kembali menaikkan tarif impor barang dari China yang semula 10% menjadi 25%. Tarif yang ditetapkan kedua negara ini mulai efektif pada 23 Agustus 2018.

Pada Oktober 2018 China bersama dengan Uni Eropa sempat mengajukan keberatan atas pembebanan tarif yang dikeluarkan Amerika untuk produk baja, dan di sisi lain Amerika mengajukan permintaan kepada WTO untuk mengeluarkan penyelesaian atas sengketa China mengenai pelanggaran HAKI. Kemudian, pada akhir November 2018, baik Amerika dan China menyetujui untuk melakukan gencatan senjata atas pengenaan biaya tarif impor selama 90 hari terhitung dari Maret 2019.

Awal tahun 2019 sendiri diwarnai dengan pembebanan tarif secara bergantian baik dari pihak Amerika maupun China, hingga pada akhirnya memasuki bulan Juni di 2019 sendiri Xi Jin Ping selaku Presiden China dan Donald Trump sepakat untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 29 di bulan tersebut. Pertemuan tersebut diadakan di Osaka bertepatan dengan "G20 Summit". Hasil dari pertemuan tersebut menyatakan Trump sendiri sepakat untuk tidak mengeluarkan tarif baru terhadap China dan China sendiri setuju untuk membeli lebih banyak produk pertanian dari Amerika.

Sayangnya, hasil dari pertemuan tersebut hanya bertahan hingga Agustus 2019. Tepat pada tanggal 1 di bulan Agustus, Donald Trump kembali mengenakan tarif kepada produk impor China. Trump sendiri mengklaim hal ini disebabkan oleh China yang tidak menepati janjinya untuk membeli produk pertanian dari Amerika sebagaimana hasil dari pertemuan tersebut. Kemudian, selepas kejadian tersebut pembebanan tarif tersebut kembali berlangsung secara bergantian di bulan Agustus dan Semptember 2019.

Pada September 2019, untuk ketiga kalinya selama peperangan berlangsung, China mengajukan protes kepada WTO atas tarif yang dibebankan oleh Amerika terhadap barang impor. Sesuai dengan peraturan WTO maka Amerika memiliki waktu selama 60 hari untuk menyelesaikan permasalahan ini. Untuk mengatasi permasalahan ini Amerika dan China sepakat untuk mengadakan pertemuan di Washington. Pertemuan ini membuahkan hasil yang mana China sendiri membebaskan tarif impor 16 jenis produk Amerika selama satu tahun terhitung mulai 17 September 2019. 

Kemudian beberapa pertemuan pun diadakan kembali oleh kedua negara dengan hasil yang serupa yakni pembebasan tarif impor terhadap produk tertentu, hingga pada Akhir september 2019 tercatat ada sekitar 400 produk China yang dibebaskan tarif impornya. Pada Oktober 2019, diadakan pertemuan tingkat tinggi yang menghasilkan bahwa China akan membeli produk pertanian asal Amerika senilai 40-50 miliar USD setiap tahunnya dan memperkuat kebijakan mengenai kekayaan intelektual. Disisi lain, Amerika sendiri sepakat untuk menunda kenaikn tarif impor atas China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun