Ketika kita mendengar istilah bengkel, yang terlintas di pikiran kita adalah bengkel motor, bengkel mobil dan sejenisnya. Secara umum, bengkel merupakan tempat untuk memperbaiki barang atau alat transportasi yang rusak dan membutuhkan perawatan. Namun, apakah selamanya bengkel hanya seputar dunia barang atau alat transportasi saja? Tentu tidak
Di Jawa Timur tepatnya di kota Madiun terselip sebuah bengkel yang didirikan bagi penyandang cacat dan alat terapi gangguan otot bagi penderita stroke yaitu Bengkel Kaki Palsu. Bengkel yang berada di jalan Kendalisodo 31, Kelurahan Josenan, Kecamatan Taman, Madiun, Jawa Timur ini akrab dikenal dengan JOP Solutions yang didirikan oleh seorang pria lulusan sarjana orthopedi bernama Ari Wicaksono.
Bengkel yang berdiri sejak tahun 2007 ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mengaplikasikan ilmu orthopedi yang dipelajarinya di Jogja. Ia prihatin dengan para penyandang cacat permanen dan stroke yang tidak bisa berjalan normal. Ari menguraikan, kaki palsu dibuat berdasarkan pesanan dari pasien. Bahan dasarnya berupa fiber yang didesain sedemikian rupa menyerupai kaki.
Peralatan pendukungnya adalah pemanas (oven), mesin bubut, dan kompresor. Pertimbangan utama dalam pembuatan kaki palsu ini adalah fungsi yang optimal dan kenyamanan ketika digunakan.
Setiap bulan bengkelnya melayani 20 hingga 30 pasien, sementara bengkelnya bisa menghasilkan 50 kaki palsu dan alat terapi gangguan otot per bulan. Pengguna produknya kebanyakan penyandang cacat di sekitar Madiun dan beberapa rumah sakit. Tidak hanya Madiun, bengkel ini juga melayani pasien dari berbagai daerah seperti Surabaya, Solo, Jakarta dan kota-kota lainnya yang ada di Indonesia.
Uniknya lagi, yang berada di luar kota Madiun dapat memesan kaki palsu ini via online dengan pengukuran yang dipandu oleh ahli prosthetic JOP Solutions. Ari mengaku tidak meminta bayaran dari para pasien yang tidak mampu. Syaratnya, pasien harus melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan tempat mereka tinggal. Dengan kaki palsu ini, para penyandang cacat merasa tertolong sehingga dapat berjalan kembali layaknya manusia normal pada umumnya.
Penulis :
Anggita Primartiwi
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H