Mohon tunggu...
Regina Imma Nadya S.
Regina Imma Nadya S. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate in Public Health

A passionate public health student with expertise in event management, public relations, and team leadership.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mood Swing Alert! PMS dan Drama Hormon, Bikin Mental Ikut Roller Coaster?

20 Desember 2024   12:20 Diperbarui: 20 Desember 2024   12:20 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Premenstrual Syndrome (PMS) adalah fenomena kesehatan yang sangat akrab bagi perempuan usia reproduksi. PMS didefinisikan sebagai kumpulan gejala fisik, emosional, dan perilaku yang muncul secara berulang menjelang menstruasi (fase luteal) dan hilang beberapa hari setelah menstruasi dimulai. Pada spektrum yang lebih berat, dikenal istilah Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), sebuah kondisi serius yang dapat mengganggu hubungan personal maupun aktivitas profesional.  Namun, urgensi apa, sih, yang membuat PMS layak untuk dibahas? Faktanya, masalah ini tidak hanya soal "drama hormonal" seperti anggapan sebagian orang. PMS berdampak nyata pada kualitas hidup perempuan, termasuk penurunan konsentrasi, gangguan komunikasi, hingga perubahan mood yang signifikan. 

Berdasarkan data global, PMS dialami oleh 30–40% perempuan usia reproduksi, sementara PMDD memengaruhi sekitar 3–8% dari kelompok ini.

Lalu, bagaimana keadaan di Indonesia?

Di Indonesia sendiri, statistik menunjukkan angka yang mencemaskan. Sekitar 40% perempuan usia 14–50 tahun mengalami PMS, dengan 2–12% di antaranya merasakan gejala berat. Sebuah penelitian terhadap 259 perempuan menemukan bahwa 109 orang di antaranya mengalami PMS yang berdampak pada penurunan konsentrasi belajar dan komunikasi. Angka-angka ini menunjukkan bahwa PMS bukan sekadar masalah hormonal, melainkan isu kesehatan yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan perempuan. 

Sumber: Halodoc
Sumber: Halodoc

Little did we know, PMS ternyata bukan sekadar soal kram perut atau mood yang naik-turun, lho!

Kondisi ini punya dampak yang lebih besar, terutama pada kesehatan mental dan fisik perempuan. Memangnya, seberapa banyak perempuan yang mengalami PMS? Berdasarkan data, sekitar 50–80% perempuan usia reproduksi mengalami gejala premenstrual, meskipun sebagian besar hanya gejala ringan. Namun, sekitar 30–40% perempuan melaporkan gejala yang cukup berat hingga membutuhkan pengobatan, dan 3–8% lainnya menghadapi Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), kondisi yang jauh lebih serius dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Sayangnya, banyak perempuan memilih untuk menahan atau mengabaikan gejala PMS tanpa mencari bantuan medis. Padahal, gejala ini bisa sangat mengganggu! Biasanya, gejala PMS muncul selama seminggu terakhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan mereda beberapa hari setelah menstruasi dimulai. Apa saja gejalanya? Mulai dari suasana hati yang tertekan, kecemasan, mudah marah, hingga perubahan suasana hati yang ekstrem. Tidak sedikit juga yang merasa kehilangan minat terhadap aktivitas favoritnya, kesulitan berkonsentrasi, dan merasa sangat lelah.

Sumber: Desarajik.id
Sumber: Desarajik.id

Gejala fisiknya, ada, gak?

Nah, gejala fisiknya juga tidak kalah merepotkan. Ada yang mengalami insomnia atau tidur berlebihan, nafsu makan yang berubah drastis, atau rasa nyeri seperti perut kembung dan payudara yang sakit. Kalau dibiarkan, kombinasi gejala ini bisa memengaruhi banyak aspek kehidupan, mulai dari hubungan sosial hingga produktivitas. Bayangkan, perubahan mood yang tiba-tiba bisa merusak hubungan dengan teman atau keluarga, sementara kelelahan dan sulit fokus bikin pekerjaan atau belajar jadi terganggu. 

Jadi, jangan anggap remeh PMS, ya! 

Kondisi ini bukan sekadar “drama hormonal” seperti anggapan banyak orang. Memahami PMS dan dampaknya adalah langkah pertama untuk membantu perempuan menghadapi dan mengelola gejala dengan lebih baik. Dukungan dari lingkungan, baik keluarga, teman, atau rekan kerja, juga sangat penting agar perempuan tidak merasa sendirian dalam perjuangan ini. Dengan perhatian yang tepat, PMS bisa dikelola, dan kualitas hidup perempuan pun tetap terjaga.

Oke! Sekarang, bagaimana cara menghadapi PMS?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun