Mohon tunggu...
Refina eka Septiani
Refina eka Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Refina eka septiani, biasa di panggil refina, fina, pina. Jika teman-teman punya panggilan lain buat saya juga boleh. Saya mahasiswa semestre 2 dari prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Saya suka jalan-jalan, bermain, saya suka memasa dan makan. Senang Bisa bergabung dan menulis di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Game Online terhadap siswa

19 Juli 2024   07:26 Diperbarui: 19 Juli 2024   07:26 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Refina eka septiani dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD)

Universitas Ahmad Dahlan

 

Smartphone saat ini bukan merupakan sebuah barang mewah namun sudah menjadi sebuah barang kebutuhan. Bahkan dalam kegiatan belajar mengajar siswa saat ini wajib memiliki smartphone. Kenyataannya adalah sebuah perangkat canggih yang membawa banyak manfaat namun jangan lupa bahwa smartphone juga dapat memberikan dampak negative, salah satunya termasuk game online. Diambil dari situs lokadata, tahun 2018, jumlah pemain di Indonesia menurut Pokkt, Decision Lab dan Mobile Marketing Association (MMA) mencapai 60 juta.

Berdasarkan data yang dirilis Sukirno (2020) melalui Aline.id, jumlah pemain game online tahun 2020 diprediksi naik dari 23,7 juta orang pada tahun 2019 menjadi 28,1 juta orang pada tahun 2020. Sementara data yang ditulis oleh Vika Azkiya Dihni (Januari 2022) melalui We Are Social, Filipina berada pada urutan pertama di dunia dengan persentase pengguna internet bermain video game sebesar 96,4% atau 964.000.000 orang. Indonesia menjadi urutan ke-tiga didunia dengan peresentase pengguna internet bermain video game sebesar 94,5% atau 263.420.981 orang. Di Indonesia remaja usia 15-18 tahun yang mengalami kecanduan game online sebesar 77,5% atau 887.003 remaja putra dan 22,5% atau 241.989 remaja putri (Gurusinga, 2021). Sementara menurut data yang diungkapkan Michael (2021) melalui merdeka.com, dilihat dari esport (sebuah kompetisi game), sekitar 58% atau 12.876.174 orang berasal dari anak muda berusia dibawah 18 tahun.

Game online ialah permainan melalui jaringan, yaitu sebuah interaksi diantara seseorang dengan orang lainnya, dengan maksud untuk menggapai tujuan, menjalankan misi, serta mendapatkan kemenangan terbaik. Sedangkan menurut beberapa ahli lainya menyebutkan bahwa, Game online ialah permainan yang mampu diakses banyak pemain dimana mesin yang dipergunakan pemainnya dihubungkan lewat satu jaringan (Adams & Rollings, 2010). Dipaparkan Eddy Liem, Direktur Indonesia Gamer, internet game ialah satu permainan yang dimainkan secara online lewat internet, mampu lewat PC (personal computer), ataupun konsol game sederhana (Kompas cyber media, 2003).

Pada dasarnya, dipercayai bahwa game online selalu memberikan dampak yang negatif pada pemainnya. Umumnya di karenaan kebanyakan permainan, baik yang adiktif maupun harfiah, mengandung unsur kekerasan, pertempuran, dan perkelahian. Mayoritas orang Orangtua dan media akan mengklaim bahwa permainan merusak otak anak-anak dan mempromosikan kekerasan di antara mereka. Namun, sejumlah psikolog, pakar anak, dan cendekiawan percaya bahwa permainan sebenarnya membantu perkembangan anak. Jadi dapat dikatakan bahwa bermain game online memiliki efek positif dan negatif.

Dikutip dari Muslimah Travelers ada 7 dampak positif dari bermain game online. Yaitu, Meningkatkan kemampan bahasa Inggris. Meningkatkan koordinasi antara tangan dan mata. Mendapat teman baru tanpa membedakan usia. Sebagai tempat atau sarana untuk menghilangkan kejenuhan. Mengembangkan kemampuan visual spesial. Mampu menganalisa suatu kasus. Dan Mengoptimalkan abilitas beranalisis, keputusan yang sigap, serta berpikir secara mendetail.

Selain dampak positif, game online juga memiliki dampak negative yang sangat besar, yaitu sebanyak 89%. Dampak negative yang terjadi akibat game online dapat membuat siswa malas untuk belajar dan cenderung lebih memilih bermain game online. Konsentrasi dalam kegiatan belajar menjadi terganggu dan siswa cenderung memikirkan permainan game online. Menggunakan jam belajar untuk pengganti jam tidur. Senantiasa lalai akan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Menurunnya prestasi di sekolah. Berbohong mengenai durasi yang telah dihabiskan teruntuk bermain game online. Cenderung memilih bermain game dibanding bermain dengan teman. Mengasingkan diri dari kelompok sosialnya. Merasakan kecemasan serta mudah marah jikalau tak bermain game online.

 Dalam kehidupan sehari-hari, pasti seorang anak yang sudah kecanduan bermain game online akan memainkan gamenya secara terus menerus. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mengawasi, memperhatikan dan membatasi kegiatan anaknya. Ada beberapa hal yang bisa di lakukan orang tua untuk mencegah anak kecanduan game online. membatasi anak dalam bermain game online, seperti memberikan batasan akses dan waktu dalam bermain game. Menetapkan rutinitas sehat, mengisi waktu luang untuk aktivitas fisik seperti merapikan kamar, olahraga ringan dan membaca buku. Melakukan terapi perilaku kognitif guna mengatasi perilaku adiktif pada anak untuk membantu mengatasi anak yang kecanduan game online cukup parah. Dan apabila orang tua sudah merasa kesulitan ataupun tingkat kecanduan game online yang dialami anak terbilang parah, ada baiknya untuk membicarakan kepada psikolog.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun