Komunikasi merupakan kunci dalam interaksi yang dibangun oleh setiap manusia dengan manusia lain di lingkungannya. Komunikasi tidak hanya bersifat verbal, namun juga nonverbal sebagai pendukungnya, seperti senyum yang biasa diberikan oleh masyarakat Indonesia sebagai bentuk keramahan, atau secara tidak langsung menunjukkan bahwa ia menerima kehadiran orang lain, baik yang sudah dikenal maupun yang baru saja bertemu.
Survei The Smiling Report 2009 dari AB Better Business yang berbasis di Swedia menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling murah senyum di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa sifat keramahtamahan warga Indonesia sudah sangat melekat sebagai identitas, bahkan menjadi kebudayaan yang terus dilaksanakan. Namun, ternyata ada negara yang sangat bertolak belakang dengan kebiasaan warga Indonesia ini.
Negara Rusia akan menjadi bahasan kita kali ini. Rusia Beyond pernah membahas mengenai alasan di balik orang Rusia yang jarang menunjukkan senyumnya kepada orang lain. Psikolog Pavel Ponomaryov menjelaskan bahwa Rusia memiliki aturan budaya yang berbeda dengan masyarakat negara-negara Barat (dan sebagian negara-negara Timur).
Pavel Ponomaryov menyampaikan, "Kami memiliki persepsi yang berbeda tentang tersenyum. Di Barat, misalnya, sebuah senyuman adalah hal yang biasa untuk memulai percakapan dengan orang asing. Mereka tersenyum secara 'otomatis'. Reaksi orang Rusia terhadap orang asing adalah waspada: 'Saya tidak tahu Anda, perkenalkan diri dulu.' Jika sudah merasa nyaman saat berbicara, orang Rusia akan tersenyum."
Hal yang bisa kita lihat dari perbedaan Rusia dengan Indonesia adalah bagaimana masyarakatnya mempersepsikan sebuah komunikasi verbal berupa senyuman kepada orang -- orang di sekitarnya. Masyarakat di Rusia menganggap bahwa senyuman kepada orang asing adalah tindakan yang tidak sopan, bahkan dianggap sebagai suatu olokan atau ejekan. Orang -- orang yang bekerja di Rusia pun tidak terbiasa untuk tersenyum, karena mereka juga menjaga wibawa di atas seragam yang mereka kenakan. Selain itu, ketika orang yang berada di tempat umum tiba -- tiba tersenyum maka bisa saja dianggap tidak waras. Atau, bisa jadi orang lain merasa tersinggung karena senyuman bisa juga dianggap sebagai bentuk godaan.
Di Indonesia, senyum menjadi ciri khas terutama ketika bertemu dengan orang lain, baik hanya berpapasan ataupun ketika hendak memulai percakapan. Hal ini menjadi kebiasaan karena timbul persepsi bahwa senyum adalah cara paling ampuh untuk membangun komunikasi yang positif, karena tidak ada hal yang merugikan juga dari membagikan senyum kepada orang -- orang di sekitar.
Menurut Samovar (2010, h. 224) pola persepsi dapat dipelajari karena setiap orang lahir ke dunia tanpa suatu pemahaman, sehingga orang belajar untuk melihat dunia dengan cara tertentu yang berdasarkan pada latar belakang budaya. Hal tersebut kemudian membentuk persepsi yang disimpan oleh manusia dalam bentuk kepercayaan dan nilai.
Di beberapa tempat yang berbeda tentu saja akan ditemukan kebudayaan yang berbeda pula. Simbol dalam berkomunikasi bisa saja dipersepsikan dengan arti yang berbeda pula. Hal ini terjadi karena persepsi bisa dipelajari dan dipengaruhi oleh latar belakang budaya. Dengan adanya perbedaan ini, maka kita sebenarnya harus lebih memahami budaya masing -- masing tempat supaya bisa lebih berhati-hati dalam berbicara, berperilaku, dan juga menggunakan simbol supaya tidak ada perselisihan yang disebabkan oleh perbedaan persepsi.
Daftar Pustaka
Syurkani, Panca. "Menjunjung Langit Di Bumi Rusia: Syok Kultur Orang Indonesia Di Rusia." Russia Beyond, 11 Feb. 2019, id.rbth.com/discover-russia/81181-kultur-syok-di-rusia-gyx
Anonymous. "Indonesia Negara Paling Murah Senyum." Watyutink, 2 Dec. 2019, watyuting.com/topik/did-you-know/Indonesia-Negara-Paling-Murah-Senyum