Tragis Masjid Tertua di Jawa Tapi Sultan HB X Hapus Khalifah
Orang Jawa sejak dulu dikenal religius. Sebelum tahun 1500 saat orang Jawa masih menganut Hindu Buddha, orang Jawa banyak mendirikan candi Hindu Buddha seperti Prambanan dan Borobudur. Orang Jawa juga yang diduga pertama kali memeluk Islam dibuktikan dengan adanya makam Islam di Gresik bertahun 1000 Masehi. Masjid tertua di Indonesia dibangun tahun 1200-1600 Masehi didominasi masjid di Jawa. Yaitu Masjid Saka Tunggal Banyumas (berdiri tahun 1228), Masjid Ampel Surabaya (tahun 1421), Masjid Sekayu Semarang (1467), Masjid Agung Demak (1474), Masjid Menara Kudus (1549), Masjid Mantingan Jepara (1559), Masjid Sendang Duwur Lamongan (1561), Masjid Kotagede Yogyakarta (1640). Pondok Pesantren tertua juga di Jawa yaitu Ponpes Sidogiri Pasuruan (berdiri tahun 1718), Ponpes Jamsaren Solo (1750), Ponnpes Miftahul Huda (PPMH) Malang (1768), Ponpes Tremas Pacitan (1830), Ponpes Langitan Tuban (1850), Ponpes Tebuireng Jombang (1899), Ponpes Al-Munawwir Krapyak Jogjakarta (1911).
Hal ini juga ditunjang oleh Kesultanan Demak Islam dan Kesultanan Mataram Islam yang turut membiayai penyebaran agama Islam di tanah Jawa menurut Kitab Babad Tanah Jawi. Bahkan budaya Jawa banyak dilahirkan tahun 1500-1800 era Kesultanan Demak Islam dan Kesultanan Mataram Islam yaitu kebaya, blangkon, beskap, wayang, tembang Jawa, batik dan aneka masakan Jawa. Saat itu orang Jawa yang belum masuk Islam masih telanjang dan orang Jawa yang sudah masuk Islam memakai beskap dan kebaya.
Jaman Mataram Islam dipimpin Sultan Agung juga tercatat sukses memakmurkan rakyat berkat swasembada beras dan menciptakan kalender Jawa seperti Suro yang berbasis kalender Islam Hijriyah. Namun sejak tahun 1700 karena Belanda menekan Sundan Amangkurat untuk menjauhkan Islam dari Jawa sehingga terjadi kemerosotan di berbagai bidang dan kriminalitas meningkat. Tahun 1800-1900 Pangeran Puger, Pangeran Diponegoro, KH. Hasyim Asyari, Kh Ahmad Dahlan dan HOS Cokroaminoto mencoba mengembalikan Islam ke orang Jawa.
Ironisnya Sultan Hamengkubuwono X malah mencabut sistem Khalifah di Kesultanan Yogyakarta. Padahal tahun 1989 Sultan Hamengkubuwono X bisa menjadi raja karena sistem Khalifah. Saat itu Sultan HB X bukan anak pertama dan terlahir dari istri ke 2 Sultan Hamengkubuwono IX. Namun semua kakaknya adalah wanita. Karena Sultan atau raja harus bisa menjadi panglima perang dan Imam. Sekarang Sultan HB X mencabut sistem Khalifah agar putri kesayangannya bisa bertahta.
Agama Islam memang tidak mengenal sistem kerajaan. Tetapi kerajaan adalah hasil kebudayaan. Para Ulama Islam lah yang berhasil mengislamkan sistem kerajaan agar sesuai dengan hukum Islam. Yaitu sistem Khalifah. Kerajaan Arab Saudi menerapkan pewarisnya harus lelaki dan bisa adik raja. Karena Islam tidak ada pembedaan anak sulung dan anak berikutnya. Semua anak raja berhak menjadi raja. Tetapi dipilih yang paling mumpuni.
Sumber :
http://www.tribunnews.com/ramadan/2010/08/13/ini-10-masjid-tertua-di-indonesia
https://darunuralmusthafa.wordpress.com/2014/09/21/daftar-pondok-pesantren-tertua-di-indonesia/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H