Sepuluh hari di bulan ramadhan telah kulalui dengan ibadah puasa. Dari petunjuk mbah google, kudapati bahwa puasa sebagai ibadah ternyata memiliki sejarah yang tua dan panjang. Singkat cerita, puasa yang kita jalani saat ini adalah karena kemurahan Nya semata.
Diawali dengan niat untuk menahan lapar dahaga karena Allah SWT, kemudian kita jalanilah kehidupan dari subuh sd maghrib (di Indonesia sekitar 13 jam) secara umum tanpa makan minum. Selama tiga belas jam kita LAPAR dan DAHAGA.
Dimanakah kebaikan Nya? simple, ya disitulah. Bahwa sepanjang 11 bulan penuh lainnya dan setengah bulan ramadan, kita dilimpahi segala makanan dan minuman oleh Allah SWT. Karena kelimpahan itu, alamiahnya manusia adalah LUPA. Boro-boro bersyukur, sekedar ingat kepada Yang Memberi saja mungkin tidak. Dan kalo aku skip tentang manfaat secara spiritual maupun fisikal yang bermuara pada konklusi kelimpahan hikmah bagi yang menjalani puasa.
Bahwa ketika kita merasakan "penderitaan", "kesengsaraan" ataupun "perjuangan" menahan lapar dahaga selama 13 jam................ sepertinya sayup-sayup kudengar suara desir jantungku sendiri. Berbahagialah, bersyukurlah, bersujudlah bahwa kau diperkenankan mendengar merasakan detak HIDUP.
Maha anugerah yang dikaruniakan Nya pada pribadi ini di bumi ini, di nusantara ini. Subhannallah, sesungguhnya Allah SWT Yaa Rahmaan Yaa Rahiiim......mewajibkan kita beribadah, berpuasa adalah untuk menuntun kita pada anugerah maha anugerah : HIDUP.... URIP. URIP iku URUP.
Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim.............hakikat hidup adalah anugerah, kesadaran atasnya adalah kemuliaan kemanusiaan kita. Dan, Allah SWT masih menjanjikan berbagai pahala dan ampunan. Bahkan Laillatul Qadar dianugerahkan pada umat manusia.
Semalam sambil merendah dalam isakku, samar-samar terbetik tanya adakah salat hidup mati puasa zakat dan sgala ibadah aku ini berguna bagi Mu ya Allah SWT...? Allah Maha Kuasa Semesta. Tanya yang ternyata tak perlu dijawab melainkan lebih utama untuk melafalkan:Â "Allahumma shalli 'alaa sayiidina muhammad, wa 'ala alii sayiidina muhammad".
Di timur monas, delapan juli 2014.
dg sgala kerendahan hati mohon dimaafkan bila ada salah dalam penulisannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H