menonton hebohnya Mesir membuat ingatan ke beberapa tahun lalu di Indonesia, ketika pemerintahan orde baru digulingkan dengan kekuatan rakyat (perlu diteliti lagi, apakah betul kekuatan rakyat atau kekuatan para pendemo yang mayoritas mahasiswa?apakah betul keinginan rakyat, soalnya sampai sekarang pun rakyat masih banyak yang mengeluh, betapa percumanya gerakan reformasi, betapa indahnya masa orde baru, walau 'katanya' rakyat buta politik)..Kejadiannya hampir mirip. Lengsernya penguasa lama yang berkuasa begitu lama, disambut sorak sorai seakan kemerdekaan baru saja dinikmati. Gaung reformasi terus dikumandangkan, makin lama makin sumbang dan makin tidak jelas.
Sosok sosok pemimpin yang waktu jaman orde baru terlihat bagi kerbau menganggukan kepala mulai menengadah dengan wajah siaga. Belakangan mulai jelas, bukan siaga karena ingin membela kesatuan bangsa, tapi siaga untuk berebut kekuasaan yang runtuh. Muka-muka lama dengan slogan baru rajin reuni untuk menyatukan pendapat cara berbagi kursi. Jika tidak ada kata sepakat, mari saling menjelekkan untuk berebut kursi.
Gerakan yang saat itu dimotori mahasiswa dengan bangganya bersorak-sorai. Masihkah mereka sekarang bangga ketika pengangguran semakin menumpuk, ketika nilai uang makin terpuruk, ketika keamanan sampai batas terburuk. Masihkah mereka bangga dengan berbagai kasus korupsi yang terus mewabah, kewibawaan pemerintah yang dinilai nol di mata rakyat ataupun di mata negara lain.
Betulkah waktu itu rakyat menderita di bawah rezim orde baru? Betulkah waktu itu rakyat meminta penggantian presiden? Keinginan siapakah adanya reformasi yang malah menyengsarakan rakyat? Perlukah melek politik dibayar dengan kelaparan dan pengangguran? Apa untungnya rakyat melek politik, jika hanya untuk melihat betapa busuknya para pemimpin negri ini?
Para pencetus reformasi membawa bangsa ini lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau.
Kita lihat sebentar lagi, apakah Mesir akan bernasib sama dengan Indonesia? Sediktator apakah Mubarak? Sekejam apakah Soeharto? Berapa banyak rakyat yang sampai sekarang masih menyesalkan adanya reformasi.
Untuk para pejuang reformasi yang dulu berkumpul di gedung dpr, ayo berkumpul lagi. Kemana kalian? Menganggurkah setelah lulus kuliah? Atau malah tidak lulus? Ayo, d lagi....Kalau perlu sebulan dua kali diadakan reformasi baru, reformasi, terus reformasi......Karena, sejujurnya, siapa sih yang bsa memimpin bangsa ini? kalau yang mampu berkicau sih banyak....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H