Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kehidupan di Usia 35, antara Pencapaian dan Penyesalan

8 Desember 2024   19:37 Diperbarui: 8 Desember 2024   19:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pria Sedang Berpikir ( Sumber gambar: pixabay.com)

Usia 35 adalah persimpangan jalan: sebagian merasa sudah mencapai puncak, sebagian lagi masih mencari arah. Di titik ini, pria di berbagai belahan dunia memiliki cara unik untuk menghadapi tekanan hidup---mulai dari ritual santai di Jepang hingga tradisi refleksi diri di Skandinavia. Apakah kita sudah melakukan yang terbaik, atau hanya berjalan tanpa tujuan? Mari refleksikan bersama.

Usia 35 sering disebut sebagai "usia emas" bagi pria. Di titik ini, harapan hidup, pencapaian karier, dan kehidupan pribadi kerap menjadi sorotan. Namun, realitasnya, tak semua pria merasa sudah berada di puncak kehidupannya. Bagi sebagian orang, usia 35 justru membawa rasa penyesalan atas impian yang belum terwujud atau pilihan yang dirasa keliru. Ini adalah momen refleksi, di mana langkah selanjutnya akan menentukan arah hidup ke depan.

Mengapa Usia 35 Penting?

Menurut studi dari Harvard Health Publishing, di usia ini, pria cenderung lebih stabil secara mental dan emosional, meski tanggung jawab mereka terus bertambah. Banyak yang mulai mengevaluasi hidup, baik dari sisi karier, keluarga, hingga kebahagiaan pribadi. Sebagian besar mulai bertanya: "Apakah ini hidup yang saya inginkan?"

Kebiasaan Unik Pria Dewasa di Berbagai Negara

Dalam menghadapi tekanan dan tuntutan hidup, pria di berbagai negara memiliki cara unik untuk tetap bersemangat dan menjaga keseimbangan hidup:

1. Jepang -- Ikigai

Di Jepang, pria dewasa sering menerapkan konsep Ikigai, yaitu filosofi mencari "alasan untuk hidup". Mereka fokus pada hal kecil yang memberi makna setiap hari, seperti hobi, pekerjaan, atau waktu bersama keluarga. Prinsip ini membantu mereka tetap tenang dan produktif di tengah tekanan hidup.

2. Sweden -- Fika

Di Swedia, ada tradisi Fika yang populer. Bagi pria dewasa, Fika bukan sekadar minum kopi, melainkan momen untuk "berhenti sejenak" dari rutinitas. Mereka menggunakan waktu ini untuk merenung, bertemu teman, atau sekadar menikmati hidup---sebuah langkah kecil yang berdampak besar pada kebahagiaan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun