Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Polemik Pilkada Gubernur Papua Barat Daya: Persimpangan Demokrasi dan Otonomi Khusus

23 November 2024   17:43 Diperbarui: 23 November 2024   20:34 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daftar Paslon Pilkada PBD_ Sumber gambar: tribun Makasar news.

Polemik Pilkada Gubernur Papua Barat Daya: Persimpangan Demokrasi dan Otonomi Khusus

1. Latar Belakang Konflik

Pemilihan Gubernur Papua Barat Daya tahun ini diwarnai dengan berbagai tantangan yang membayangi proses demokrasi. Polemik muncul sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Papua Barat Daya menetapkan pasangan calon yang statusnya bukan Orang Asli Papua (OAP). Hal ini menimbulkan protes keras dari Majelis Rakyat Papua (MRP), lembaga pelindung hak-hak OAP, yang mengklaim keputusan tersebut bertentangan dengan Undang-Undang Otonomi Khusus.

MRP menegaskan, status OAP adalah syarat utama yang harus dipenuhi setiap kandidat. Namun, KPU meloloskan pasangan Abdul Faris Umlati (AFU) dan Kasihiw, meskipun rekomendasi dari MRP menolak mereka sebagai OAP. Keputusan ini memicu gugatan hukum, termasuk ancaman melanjutkan kasus ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) di Jayapura.

2. Isu Pelanggaran dan Sengketa Hukum

Selain perdebatan mengenai status OAP, salah satu Paslon dituding melanggar aturan pemilu, seperti penyalahgunaan fasilitas negara dan praktik politik uang sebelum tahapan penetapan. Meskipun Bawaslu merekomendasikan agar KPU membatalkan pencalonan Paslon tersebut, KPU tetap melanjutkan proses pemilu tanpa mengindahkan rekomendasi.

Hal ini menimbulkan tudingan bahwa keputusan KPU tidak hanya cacat hukum, tetapi juga mengabaikan prinsip keadilan demokrasi di wilayah dengan kekhususan seperti Papua.

3. Dinamika di Lapangan: Demonstrasi dan Keamanan

Proses pilkada juga dipersulit oleh aksi demonstrasi yang dilakukan berbagai kelompok masyarakat. Para pendukung dan penentang pasangan calon tertentu turun ke jalan, menuntut pembatalan keputusan KPU atau mengkritisi keterlibatan MRP. Demonstrasi ini memicu kekhawatiran tentang keamanan, terutama di wilayah yang rentan terhadap konflik horizontal.

4. Tantangan Demokrasi di Papua Barat Daya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun