Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ketika Kesepian Menjadi Bahasa Baru dalam Pernikahan: Sebuah Perspektif Romantis

12 November 2024   05:38 Diperbarui: 12 November 2024   07:45 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan Romantis, sumber gambar : Pixabay.com

Dalam riuh rendah dunia ini, adakah yang lebih menyakitkan dari pada sunyi yang datang dari seseorang yang kita cintai? Di balik senyuman yang tak pernah hilang, kadang tersembunyi keheningan yang tak terucap, perasaan yang menggantung di antara kata-kata yang tak sempat tersampaikan. Inilah tentang cinta yang hidup dalam diam, tentang ikatan yang kuat namun samar, dan tentang kesunyian yang, mungkin, adalah cara cinta berbicara tanpa suara.

"Ketika Kesepian Menjadi Bahasa Baru dalam Pernikahan: Sebuah Perspektif Romantis"

Cinta dalam pernikahan adalah sesuatu yang tumbuh, bukan sekadar tumbuh dalam kehangatan, tapi juga di dalam hening. Barangkali, kita terlalu terbiasa berpikir bahwa pernikahan yang ideal adalah pernikahan penuh tawa, percakapan mendalam, dan sentuhan yang mesra. Namun, bagaimana jika kesepian itu bukan akhir dari cinta, melainkan bentuk cinta itu sendiri yang belum kita pahami?

Di balik pernikahan yang sunyi, mungkin ada bahasa yang tak kasat mata, sebuah perasaan yang berbicara lebih dari kata-kata. Kesepian ini adalah ruang yang memungkinkan kita memahami pasangan dengan cara yang berbeda, merasakan cintanya bukan dalam suara, tapi dalam kehadiran yang diam. Cinta yang hadir di antara dua orang yang tidak lagi membutuhkan kata untuk mengungkapkan isi hati. Mereka duduk berdua dalam kesunyian, namun dalam sunyi itu, ada kehadiran yang jauh lebih dalam.

Mungkin, ketika kita merasakan jarak dalam hubungan, itu bukanlah tanda kehampaan. Jarak itu bisa jadi ruang yang diciptakan untuk merasakan kehadiran satu sama lain dari jauh, seperti sepasang bintang yang terpisah namun masih bersinar di langit yang sama. Kesepian, dalam bentuk ini, menjadi cara bagi cinta untuk tumbuh dalam bentuknya yang tak terucap, memberi kita waktu untuk merenungi dan merindukan apa yang sudah kita miliki.

Pernikahan yang terasa sunyi mengajarkan bahwa cinta tak selalu perlu diteriakkan; ia bisa dibisikkan dalam sentuhan ringan, dalam tatapan yang tak lama, atau bahkan dalam keheningan panjang yang menggema di antara dua jiwa. Dan mungkin, di sinilah letak kekuatan cinta yang sejati: cinta yang mengerti bahwa meski sunyi, kita tetap bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun