Ree mendengarkan dengan seksama, meskipun kasus cinta hilang sudah terlalu sering ia temui. Meski begitu, ada sesuatu dalam suara Noi yang membuatnya merasa bahwa ini bukan sekadar kasus cinta biasa. Ree merasakan ketegangan dalam setiap kata Noi, seperti ada rahasia yang lebih gelap di baliknya.
Ree: "Bisa jelaskan lebih lanjut? Apa ada alasan kuat Anda berpikir dia benar-benar menghilang?"
Noi terlihat tersinggung oleh pertanyaan Ree, dan dengan nada sedikit marah, ia menatap Ree tajam.
Noi: "Dia tidak mungkin meninggalkan saya begitu saja! Kami memiliki rencana bersama. Lalu, beberapa hari sebelum dia hilang, dia mulai menerima pesan misterius dari seseorang yang mengklaim tahu masa lalunya."
Kening Ree berkerut. Pesan anonim seringkali menjadi petunjuk penting dalam kasus-kasus yang lebih gelap. Detektif Ree membuka buku catatannya, menuliskan poin-poin yang menurutnya penting, sambil tetap mempertahankan ekspresi tanpa emosi di wajahnya.
Ree: "Apa Anda tahu siapa yang mengirim pesan itu?"
Noi: (frustrasi) "Itu masalahnya! Pesan itu anonim, hanya nomor yang tidak saya kenal. Saya sudah mencoba melacaknya, tapi tidak berhasil."
Detektif Ree menatapnya sesaat, merenungkan kalimat Noi. Dia telah bertemu dengan banyak orang yang mencoba meraih kembali sesuatu yang hilang, entah itu cinta atau harta. Namun, tatapan mata Noi menunjukkan kesedihan yang lebih dalam, mungkin karena rasa cinta yang begitu kuat. Ree mengambil napas dalam, mencoba untuk tidak terlibat emosional. Dia tidak ingin mengulang kesalahan masa lalunya, yang membuatnya harus memulai hidup baru di kota ini.
Ree: "Apa yang Anda inginkan, Nona Tanabe? Menemukan siapa pengirim pesan itu atau mencari keberadaan pacar Anda?"
Noi terdiam, memandang Ree dengan tatapan yang sulit diartikan. Tangannya menggenggam erat, sementara matanya tampak berkaca-kaca, namun ia berusaha tetap terlihat tegar.
Noi: (lirih) "Saya ingin keduanya, Detektif. Saya ingin tahu siapa yang mengganggu kami... dan di mana dia sekarang."