Waktu terus berjalan setelah malam penganugerahan yang penuh kejutan itu. Lila dan Raka tetap bekerja sama, meskipun dengan ketegangan baru yang muncul di antara mereka. Perasaan yang telah diungkapkan Raka membuat hubungan mereka berubah---tidak ada lagi jarak profesional yang murni di antara mereka, tapi juga belum ada komitmen pasti.
Sementara itu, Adrian tidak pernah berhenti mencoba. Dia terus menawarkan kesempatan yang semakin sulit ditolak. Pada suatu hari, Adrian mendatangi Lila dengan tawaran terakhir yang tak terduga.
"Lila, aku ingin kamu mempertimbangkan ini baik-baik," kata Adrian dengan serius. "Ada proyek besar di luar negeri yang membutuhkan pemimpin kreatif seperti kamu. Gajinya lebih besar, dan kariermu bisa melonjak jauh. Jika kamu mau, aku akan mengatur semuanya. Kamu bisa menjadi salah satu penulis paling terkenal di dunia."
Lila terpaku. Kesempatan yang Adrian tawarkan adalah sesuatu yang luar biasa. Ini adalah mimpi yang pernah dia pikirkan, tapi tak pernah terpikir akan datang secepat ini. Namun, di dalam dirinya, Lila tahu bahwa keputusan ini bukan hanya tentang karier---ini juga tentang hubungan yang mulai tumbuh di hatinya untuk Raka.
Lila merasa berat. Malam itu, ia duduk bersama Raka di sebuah kafe kecil, tempat mereka biasa berbicara tentang kehidupan dan mimpi mereka. Namun, kali ini, percakapan terasa berbeda.
"Aku harus memberitahumu sesuatu, Raka," kata Lila pelan. "Adrian menawarkan aku sebuah proyek di luar negeri. Kesempatan besar yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup."
Raka terdiam, meskipun sudah menduga hal ini. Sejak Adrian terus mendekati Lila, ia tahu bahwa tawaran besar seperti ini pada akhirnya akan datang.
"Dan kamu ingin mengambilnya?" tanya Raka, suaranya penuh perhatian, meski ada rasa getir yang tak bisa ia sembunyikan.
Lila menggigit bibirnya, lalu menatap mata Raka. "Aku tidak tahu. Ini mimpi yang selalu aku kejar, tapi aku takut kehilangan apa yang baru saja kita mulai bangun. Aku tidak ingin meninggalkanmu."
Raka tersenyum lembut. "Lila, aku selalu tahu ambisimu. Dan aku tidak ingin menjadi alasan kamu menahan dirimu dari meraih mimpi. Kamu pantas mendapatkan semua itu."