Mohon tunggu...
Romeo Saru
Romeo Saru Mohon Tunggu... Administrasi - ASN / Gemar literasi/ Kota Sorong Papua Barat Daya /

"Perbedaan antara sesuatu yang tidak mungkin dan yang mungkin, terletak pada cara berpikir seseorang" -Haryanto Kandani-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bagian 3: Rasa yang Muncul Perlahan

18 Oktober 2024   11:00 Diperbarui: 18 Oktober 2024   12:47 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, setelah pertemuan di kafe, Raka dan Lila berjalan berdampingan di bawah payung yang dibawa Lila. Hujan masih turun dengan tenang, menciptakan suara rintik yang mengiringi langkah mereka. Tidak ada kata-kata yang diucapkan selama beberapa menit, hanya keheningan yang terasa hangat.

"Aku tak pernah menyangka akan menulis surat untuk seseorang yang baru aku kenal," ujar Lila tiba-tiba, memecah keheningan dengan tawa kecil. "Tapi ada sesuatu tentangmu, Raka, yang membuatku ingin melakukannya."

Raka tersenyum, sedikit tersipu. "Aku juga merasakan hal yang sama. Rasanya aneh, ya? Seperti kita sudah saling kenal lebih lama dari yang sebenarnya."

Lila berhenti sejenak, memandang Raka dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Mungkin perasaan itu datang karena kita benar-benar terhubung, meski kita belum menyadarinya."

Mereka melanjutkan berjalan tanpa arah yang jelas, hanya mengikuti ke mana kaki membawa mereka. Raka, yang biasanya pendiam dan hati-hati, merasa nyaman berada di samping Lila. Ada sesuatu tentang kehadirannya yang membuatnya merasa lebih hidup, seolah Lila membawa warna baru ke dalam dunianya yang monoton.

"Aku jarang merasa terhubung dengan seseorang seperti ini," kata Raka, kali ini lebih serius. "Kamu membuatku ingin mengenalmu lebih dalam."

Lila menatap ke depan, kemudian berkata, "Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi kita juga harus hati-hati, Raka. Kita baru bertemu, dan mungkin ini semua hanya euforia sesaat."

Raka mengangguk pelan, meski hatinya berharap lebih dari sekadar pertemuan yang singkat. "Mungkin, tapi aku ingin tahu ke mana semua ini bisa berakhir. Tidak ada salahnya mencoba, kan?"

Lila tersenyum lembut. "Tidak ada. Aku juga ingin tahu."

Malam semakin larut, dan hujan mulai reda. Mereka akhirnya tiba di depan sebuah taman kecil yang sepi. Pepohonan basah karena hujan, menciptakan aroma tanah yang menyegarkan. Tanpa kata, mereka berdua duduk di sebuah bangku taman, merasakan suasana malam yang menenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun