Konferensi Asia-Afrika atau yang disingkat KAA pertama kali dicetuskan oleh Perdana Menteri RI Ali Sastroamijoyo dengan tujuan untuk meningkatkan kerjasama negara-negara Asia dan Afrika. Ide Ali Sastroamijoyo tersebut disambut baik oleh beberapa negara di Asia antara lain India, Pakistan, Sri Lanka, dan Burma (Myanmar). Dalam mewujudkan ide tersebut, dilakukan beberapa konferensi pendahuluan antara lain Konferensi Colombo dan Konferensi Bogor. Setelah melakukan konferensi pendahuluan tersebut, maka dilanjutkan dengan Konferensi Asia-Afrika untuk pertama kalinya di Bandung pada tanggal 18-24 April 1955.
Kini pada tahun 2015, setelah 60 tahun berlalu Indonesia kembali menjadi tuan rumah peringatan KAA di Bandung dengan mengundang 109 Negara yang rencananya akan dilaksanakan selama 5 hari untuk membahas beberapa masalah terkait kepentingan negara-negara Asia-Afrika.
Jika kita kembali melihat pada masa lalu, tujuan pelaksanaan KAA pertama kali sangat bersifat positif dan membangun terhadap negara-negara yang sebelumnya menjadi negara jajahan khususnya di kawasan Asia-Afrika.
Namun, apakah tujuan yang telah dirumuskan pada 60 tahun lalu telah tercapai pada saat ini? Menurut beberapa ahli hal tersebut masih belum tercapai. Dalam seminar yang dilaksanakan di Universitas Gajah Mada (UGM) pada 8 April 2015, dengan mengangkat tema Bandung Conference and Beyond 2015, Rektor UGM, Prof. Dwikorita berpendapat bahwa masih banyak program-program global yang berdasar pada sudut pandang negara-negara maju. Negara maju menjadi kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara-negara di Asia dan Afrika masih mengikuti alur pengembangan pendidikan tinggi oleh negara-negara maju. Padahal, negara-negara di Asia dan Afrika memiliki akademisi yang tidak kalah cemerlang. Hanya saja kesempatan bagi mereka relatif terbatas terutama oleh dana (http://fisipol.ugm.ac.id/news/seminar-dan-diskusi-internasional-jelang-peringatan-kaa/id/).
Dalam peringatan KAA ke-60 di Bandung nanti akan ada tiga agenda yang menjadi pembahasan, yaitu, Bandung Message, Kerjasama Strategis negara Asia-Afrika, dan Deklarasi Dukungan Kemerdekaan bagi Negara Palestina sebagai negara berdaulat.
Sesungguhnya, ketiga pokok bahasan tersebut telah tercantum dalam beberapa poin Dasasila Bandung, namun hingga saat ini belum dapat dilakukan secara maksimal.
Oleh karena itu, peringatan KAA yang ke-60, diharapkan dapat menjadi momentum bagi negara-negara berkembang khususnya di kawasan Asia-Afrika untuk saling bertukar pikiran dan kembali menyusun tujuan-tujuan yang bersifat strategis dengan mengacu pada Dasasila Bandung yang pernah dirumuskan pada Konferensi Asia Afrika pertama kali.
Selain itu, dengan adanya KAA ini diharapkan juga dapat memicu dan memacu solidaritas antar negara khususnya kawasan Asia-Afrika untuk saling mendukung dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama, baik bilateral, regional maupun multilateral terhadap keadaan negara-negara yang hingga saat ini masih terus terjadi konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H