Mohon tunggu...
Regan Setiawan
Regan Setiawan Mohon Tunggu... -

WNI yang kecewa dengan sistem politik Indonesia yang belum dewasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gejolak-Geliat Liar Nafsu Membara KMP

12 Oktober 2014   16:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:22 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilpres 2014 telah berakhir dengan hasil kemenangan Jokowi-JK sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Pilpres tahun ini bisa dikatakan menjadi pilpres paling menarik diantara pilpres lainnya dengan banyaknya kejadian serta drama unik yang ikut berperan dalam memeriahkan pesta rakyat 5 tahun sekali ini.

Kita masih ingat akan hasil polling quick count pesanan yang dibuat oleh lembaga survei yang kredibilitasnya dipertanyakan. Hal ini membuat kebingunan di tengah masyarakat dengan adanya dua versi berbeda hasil quick count sementara, walaupun dengan akal sehat kita dapat menilai mana yang benar.

[caption id="attachment_365844" align="aligncenter" width="300" caption="masshar2000.com"][/caption]

Setelahnya dilanjutkan dengan drama penolakan hasil pilpres dengan bukti dan saksi yang terkesan dipaksakan dan dibuat-buat yang telah menjadi lelucon di dunia maya. Bahkan ada kejadian unik dengan nazar beberapa orang seperti Amien Rais dengan nazar jalan kaki Jogja-Jakarta pulang-pergi, anak Rhoma Irama dengan nazar pindah kewarganegaraan, serta yang paling heboh adalah nazar potong kemaluan milik Ahmad Dhani. Semua ini akan mereka lakukan jika Jokowi-JK menang pilpres 2014, dan semuanya belum dipenuhi mereka, atau memang telah dilupakan ???

[caption id="attachment_365845" align="aligncenter" width="300" caption="www.siagaindonesia.com"]

1413080778792971228
1413080778792971228
[/caption]

Dari pilpres 2014 ini jugalah terbentuk kubu KMP, yang sudah menarik sejak awal dengan berkumpulnya partai dengan track record kurang baik karena keberadaan kader dan pimpinan di dalamnya yang sering memberikan pernyataan kontroversial dan juga tersandung berbagai kasus korupsi. Ada hal menarik juga dengan dijanjikannya posisi kunci menteri utama kepada ARB untuk bergabung dengan KMP, padahal selama ini di Indonesia tidak pernah dikenal posisi menteri utama ini, jadi apa sebenarnya peran dari menteri utama itu ? Perlu ditanyakan lebih lanjut pada yang bersangkutan.

Selain itu KMP terlihat paling bernafsu dengan kekuasaan, hal ini terlihat semenjak kegagalan mereka dalam mengantarkan Pra-Hara menjadi pemenang pilpres 2014. Mereka mulai melaksanakan berbagai manuver mulai dari dibuatnya UU MD3 dan pilkada melalui DPRD yang notabene mengingatkan kita akan masa orde baru, yang mungkin nanti tujuan akhirnya adalah di terbitkannya UU baru yang mengatur pemilihan presiden melalui MPR.

Kita berharap nantinya KMP ini bukan menjadi penghalang besar bagi pemerintahan mendatang dalam melaksanakan program untuk kepentingan rakyat, tetapi mereka dapat menjadi penyeimbang yang bertindak untuk kepentingan rakyat juga, bukan untuk kepentingan mereka.

[caption id="attachment_365846" align="aligncenter" width="300" caption="www.economist.com"]

1413080856292089716
1413080856292089716
[/caption]

Karena kita sebagai rakyat sekarang ini telah cerdas dalam menilai mana yang benar dan mana kepentingan politik belaka. Rakyat akan bergerak jika hak mereka tertindas, karena di negara demokrasi ini penguasa bekerja untuk rakyat dan rakyat adalah penguasa sebenarnya !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun