Demam berdarah dengue (DBD), penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk , merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah kasus DBD mengalami lonjakan setiap tahun, dengan lebih dari 120.000 kasus dilaporkan pada tahun 2023 dan ribuan kematian terkait penyakit ini (Kemenkes RI, 2024). Peningkatan kasus ini mencerminkan tantangan besar dalam pengendalian DBD yang memerlukan perhatian serius.
Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan DBD adalah variasi virus dengue yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa infeksi ulang dengan tipe virus yang berbeda dapat meningkatkan risiko terjadinya , yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti shock dan kematian (Wahyudi et al., 2022). Kerumitan ini menambah beban dalam manajemen DBD karena memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati dalam diagnosis dan vaksinasi untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.
Faktor yang kedua adalah lingkungan yang mendukung proliferasi nyamuk juga dapat  berkontribusi pada penyebaran DBD. Musim hujan di Indonesia meningkatkan jumlah tempat bertelur nyamuk, yang sering kali berakibat pada lonjakan kasus DBD. Oleh karena itu, upaya preventif seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan kampanye penggunaan kelambu atau obat anti-nyamuk sangat penting untuk mengurangi risiko penularan (Sari et al., 2023). Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari tempat-tempat berpotensi menjadi sarang nyamuk adalah bagian integral dari strategi pencegahan.
Peran kesehatan masyarakat dalam menghadapi tantangan DBD sangat strategis. Pemantauan dan penelitian yang berkelanjutan dapat membantu dalam mengidentifikasi hotspot atau daerah dengan risiko tinggi DBD, memungkinkan implementasi intervensi yang lebih efektif. Penelitian oleh Aditya dan kawan-kawan (2024) menunjukkan bahwa pemantauan berkala terhadap populasi nyamuk serta pemetaan daerah endemis dapat memandu perancangan program intervensi yang lebih efisien dan terarah. Strategi ini memungkinkan fokus yang lebih tepat pada area yang paling membutuhkan perhatian.
Selain itu, memperkuat kapasitas sistem kesehatan juga penting dalam penanganan DBD. Pelatihan bagi tenaga kesehatan mengenai diagnosis dan penanganan DBD, serta peningkatan fasilitas kesehatan untuk menangani kasus-kasus , merupakan langkah-langkah penting dalam pengendalian penyakit ini (Hidayat, 2024). Kolaborasi antara pemerintah, lembaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci dalam menciptakan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan untuk melawan DBD.
Secara keseluruhan, tantangan dalam penanganan DBD di Indonesia memerlukan pendekatan multidimensional. Meskipun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, seperti pemberantasan sarang nyamuk dan edukasi masyarakat, tantangan tetap ada karena faktor-faktor seperti varian virus dan kondisi lingkungan. Peran kesehatan masyarakat dalam pencegahan, pengendalian, dan penanganan kasus DBD sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mengurangi dampak penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, D., Utami, A., & Lestari, E. 2024. Pemetaan Risiko dan Strategi Intervensi Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 12(1), pp. 45-55.
Hidayat, A. 2024. Buku Panduan Kesehatan, Jakarta: Sehat.
Kemenkes RI. 2024. Statistik Kasus Demam Berdarah Dengue Tahun 2023. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Sari, N., Fitria, N., & Munir, A. 2023. Efektivitas Program Pemberantasan    Sarang Nyamuk dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Jurnal Epidemiologi, 8(2), pp. 78-86.