Budidaya merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memelihara suatu tanaman agar bisa tumbuh dan memproduksi hasil. Hasil dari indukan yang dipelihara disebut sebagai tanaman hasil budidaya bukan lagi varietas. Pilihan untuk membudidaya suatu tanaman dikarenakan kepeduliaan orang-orang disekitar agar tidak bergantung pada barang impor, padahal untuk produksi padi sendiri kita mampu hanya saja untuk jumlahnya belum mencukupi. Tetapi kalau semua mempunyai persepsi yang sama untuk mengimpor barang, alhasil budidaya tidak akan berhasil secara merata di Indonesia. Hanya didaerah tertentu saja yang mampu berkembang.
Keberhasilan budidaya padi biasanya mampu meningkatkan tingkat produktivitas tanaman. Budidaya pertanian kini mulai berkembang terutama pertanian organik. Pertanian organik merupakan pertanian yang memadukan aspek positif teknologi pertanian konvensional dan organik untuk menghasilkan produk organik yang terjamin keamanannya.
Upaya pengaplikasian pertanian organik adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keanekaragaman hayati, dan siklus biologi tanah. Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip “feedng the soil that feeds the plants” yang artinya memberi makanan pada tanah selanjutnya tanah yang menyediakan makanan untuk tanaman. Didalam prakteknya, proses pertanian organic lebih menekankan untuk menggunakan masukan setemat (internal input) seperti penggunaan pupuk organic dan dekomposer.
Cara ini dipilih karena pupuk organik dapat menghasilkan kebutuhan pangan yang berkesinambungan dan tidak merusak tanah serta menyediakan bahan organik tanah agar kadar nutrien yang dibutuhkan tanaman tetap terpenuhi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik beragam yaitu mulai dari kotoran hewan, gambut, rumput laut dan guano. Selain berbahan padat, pupuk organik juga bisa berbahan cair, misalnya urin sapi. Ada pula yang menggunakan sistem kombinasi macam-macam pupuk. Penggunaan macam-macam pupuk organik diharapkan lebih optimal dalam proses penyimpanan unsur hara yang tertinggal dalam tanah sehingga bisa digunakan untuk musim tanam selanjutnya (Isroi, 2009 ; Susanti et al., 2013)
Selain pupuk organic ada komponen lain juga yang mulai dikembangkan untuk mendukung pertanian organic yaitu penggunaan dekomposer. Pemakaian dekomposer secara tradisional telah diaplikasikan melalui penggunaan jerami yang dibakar setelah masa panen. Degradasi jerami menghasilkan beberapa asam organik yang bersifat hormon bagi tanaman sehingga kualitas hasil lebih baik. Selain itu pengelolaan jerami dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan, selanjutnya jerami juga mampu meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efisiensi penyerapan hara (Dalimunte et al., 2010). Tetapi aplikasi jerami secara tradisional membutuhkan waktu yang lama sehingga diberikan solusi lain yaitu dengan menambahkan mikrobia pendekomposisi.
Tidak hanya bersandar pada komponen internal yang digunakan tetapi juga pada sistem pertanaman padi. Cara tradisional yang digunakan oleh petani biasanya menggunakan sistem petak yang artinya jarak tanaman satu dengan yang lainnya berjarak pada kotakan 20 x 20 cm. Tetapi saat ini juga sedang berkembang sistem jajar legowo.
Sistem tanam jajar legowo ini merupakan salah satu sistem tanam yang mengatur barisan tanaman padi saat penanaman, yaitu dengan menyelingi satu barisan dengan lahan yang kosong atau legowo. Tujuan dari pegunaan sistem tanam jajar legowo (Jarwo) diantaranya meningkatkan populasi tanaman per satuan luas sehingga produktivitas padi juga meningkat; meningkatkan CO2 dan proses fotosintesis; memanfaatkan radiasi tanaman untuk menyinari tanaman didaerah pinggiran sehingga semua tanaman mempunyai hasil penyinar yang baik ; dan memanfaatkan efek turbulensi dengan sistem pengairan basah-kering berselang sehingga mampu mengangkat asam organik yang ada dibawah tanah hingga kebagian atas lalu menguap (Bobihoe, 2011). Pola tanam dari sistem Jarwo dapat dibagi tiga berdasarkan kesuburan tanah dan ketinggian tempat :
Sistem jajar legowo 2 : 1 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm, maka jumlah populasi yang dihasilkan adalah 210.000 rumpun perhektar.
o Sistem jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 35 x 15 x 40 cm, maka jumlah populasi yang dihasilkan 300.000 perhektar.
o Sistem jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 20 x 10 x 40 cm, maka populasi yang dihasilkan adalah 330.000 perhektar.
(BPTP, 2013 ; Nugroho dan Pertama, 2015)
Selanjutnya dalam pertanian organic kita juga belajar trik dan tipsnya untuk merawat tanaman. Sebelum melangkah jauh ayuk coba kita belajar dan praktik langsung aplikasi pertanian organic di Desa Kebon Agung, Imogiri bersama pelaku pertanian organic tersertifikasi “Mbah Blondo”.
Sumber:
Bobihoe, J.. 2011. Keuntungan Tanam Padi Jajar Legowo. Badan Pengkajian Teknologi Pertanian. Jambi. Halaman : 1-2
BPTP. 2013. Teknologi Tanam Padi Jajar Legowo Di Lahan Sawah. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarmasin
Dalimunte,M., T.Sabrina, dan L.A.M.Siregar. 2010. Applications of Paddy Straw and Fertilizer Package on Rice Growth and Production in the Intensive Rice Planting Pattern. Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR 4 (2) : 79-86
Isroi, 2009, Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia, Blog: Isroi, berbagi tak pernah rugi, diterima 4 April 2009, dari http : //www.blog-Isroi.com.
Nugroho, T., dan W. Pertama. 2015. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Balai Besar Pelatihan Pertanian. Binuang. Halaman : 1
Susanti, R.A., T.Sumarni, dan E.Widaryanto. 2013. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13 Sistem Tanam Jajar Legowo. Jurnal Produksi Tanaman 1 (5) : 456-463.