Mohon tunggu...
Muhammad Alberian Reformansyah
Muhammad Alberian Reformansyah Mohon Tunggu... -

Siswa ASBI Bogor

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Realita Kehidupan Sosial di Film “Tanda Tanya”

18 Mei 2015   20:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:51 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Tanda Tanya”, film yang didireksi oleh Hanung Bramantyo yang membawa tema kehidupan sosial dan agama di Indonesia tentunya sudah terkenal. Film ini begitu banyak menyorot hal-hal yang menyimpang di kehidupan sehari-hari. Film ini juga membawa 3 agama yang diakui di Indonesia yakni Buddha, Katolik, dan Islam. Karena hal itu pula ada beberapa penonton yang tidak suka dengan konten yang diperlihatkan di film ini. Menurut saya sendiri, film ini berupaya untuk mengkritik kehidupan sosial yang ada di Indonesia terutama dalam segi perbedaan agama. Bagi, saya film ini adalah  upaya untuk meningkatkan toleransi antaragama di Indonesia agar tidak terjadi konflik seperti yang terjadi di beberapa tahun silam.

Kali ini saya akan menganalisis film ini dalam segi hiburan, estetika, serta pendidikan yang ada di film “Tanda Tanya”. Tetapi, sebelumnya saya akan menceritakan sedikit isi dari film tersebut agar dapat dipahami dan saya juga menyarankan untuk menonton filmnya terlebih dahulu.

Cerita dimulai denganmenyoroti kegiatan 3 agama tersebut dan menyelipkan satu adegan pembunuhan seorangpendeta. Kemudian, film ini menyoroti kegiatan 3 agama tersebut yang diangkat di dalam film dan menceritakan beberapa tokoh  yang akan berkaitan. Hal-hal yang berkaitan inilah yang menimbulkan konflik di dalam cerita.

Film yang berjudul “Tanda Tanya” ini mempunyai dominasi di dalam segi pendidikan dan sangat minim di segi hiburan. Hal tersebut terjadi karena konten yang diangkat di dalam film ini sangat serius.

Dari segi pendidikan, “Tanda Tanya” sangat menggambarkan kehidupan sosial di Indonesia dengan tidak adanya toleransi antaragama sehingga membuka mata penonton agar meningkatkan toleransi antaragama yang dimana hal itu sangat sensitive di kalangan masyarakat. Di film ini juga mengangkat konflik antara orangtua dan anak serta beberapa pengetahuan umum seputar agama yang diangkat yang juga dapat dicerna pesan moralnya.

Dari segi estetika, “Tanda Tanya” memunculkan keseniannya dalam segi penyorotan video dan adanya plot twist di beberapa adegan. Di bagian rumah makan Cina, kamera menyoroti kegiatan seorang juru masak memotong selada dan menuang minyak goring di sebuah wajan dengan metode close-up. Jujur saja, hal ini yang saya sukai karena seakan-akan kita dibawa masuk kedalam suasana rumah makan tersebut.

Kemudian, plot twist muncul ketika seorang anak pemilik rumah makan seakan-akan diceritakan durhaka dengan memunculkan adegan si anak berfoya-foya di luar ketika bapaknya berkerja keras mencari nafkah dan merendahkan rumah makan bapaknya. Plot twist muncul ketika si anak ternyata sudah mempunyai rumah makan sendiri dan berbicara kepada temannya tentang kebingungan si anak memilih rumah makannya sendiri atau melanjutkan rumah makan bapaknya.

Di segi hiburan, “Tanda Tanya” memiliki segi hiburan yang tidak biasa. Walaupun konten yang diangkat sangat serius, tetapi penonton dapat menikmati jalannya alur tersebut. Walaupun ada juga yang tidak suka dengan konten yang disajikan dengan gambling di film tersebut.

Demikian analisis saya terhadap film karya Hanung Bramantyo yang berjudul “TandaTanya”. Semoga dapat membantu membaca dan memberi manfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun