Mohon tunggu...
REFLUSMEN R
REFLUSMEN R Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Merindukan Indonesia Makmur

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Uang Elektronik, Menguntungkan Semua Pihak dan Mencegah Korupsi

7 Desember 2014   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:52 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan teknologi saat ini yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, telah membuat perubahan signifikan dari semua pola kehidupan. Kebutuhan sekunder zaman doeloe, telah menjadi kebutuhan primer saat ini. Doeloe kita hanya mengenal telepon rumah yang sangat sulit untuk mendapatkannya karena dimonopoli oleh PT, Telekom. Tak jarang, untuk mendapatkan sambungan telepon harus menyogok karena jumlahnya yang terbatas dan sangat diperlukan.

Saat ini, telepon rumah sudah mulai ditinggalkan. Semua orang mulai dari anak Taman Kanak-Kanak sampai Kakek-Nenek sudah punya telepon genggam yang sangat membantu kehidupan karena mudah penggunaannya dan mudah pula mendapatkannya. Dijual dipinggir jalan, dalam gang sempit sampai dijual di Mall yang bergengsi.

Begitu juga dengan uang. Doeloe kita hanya mengenal uang kertas dan uang logam untuk bertransaksi (jual beli). Perlu usaha yang keras untuk membawanya, takut hilang atau dirampok. Kini, Uang kertas dan uang logam secara pelan-pelan sudah diganti oleh uang elektronik. Uang elektronik mudah penggunaannya dan dapat dibawah dalam jumlah yang tidak terbatas. Pemakaian uang elektronik ini semakin hari semakin bertambah.

Sebagai contoh adalah penggunaan uang elektronik untuk membayar ticket Busway. Beberapa koridor Busway yaitu : Pinang Ranti, Kalideres, Pluit, PGC, Kampung Rambutan dan Pulo Gadung sudah wajib mengggunakan uang elektronik atau Kartu Prabayar.

Mari kita coba menghitung untung rugi menggunakan uang elektronik dibanding penggunaan uang kertas atau uang logam. Untuk menyederhanakan, uang kertas dan uang logam diganti dengan Kas.

Kita coba melihat atau menghitung alur kerja transaksi Kas untuk Tiket Busway.

Pengguna jasa Busway harus membeli tiket yang dilayani oleh petugas. Di sini, terdapat transaksi jual beli antara dua pihak. Baik pengguna jasa Busway maupun penjual tiket akan memerlukan tenaga dan waktu yang tidak sedikit. Harus antri dan teliti menghitung uang kembalian. Bisa juga dapat merugikan salah satu pihak karena uang kembalian berbeda dari yang seharusnya.

Penjual tiket harus mempertanggungjawabkan uang hasil penjualan tiket kepada atasannya. Harus dipastikan bahwa uang yang disetorkan sama dengan jumlah tiket yang terjual. Bagaimana melakukan pengawasan agar tidak terjadi kebocoran ?.

Pada tahapan ini, terdapat kemungkinan terjadinya korupsi karena uang yang disetorkan lebih kecil dari tiket yang terjual. Atasan yang menerima uang dari penjual tiket juga harus menyetorkan uang tersebut kepada Bendahara atau Bagian Keuangan. Selanjutnya Bagian Keuangan akan menyetor hasil penjual tiket ke Bank. Tahapan-tahapan ini sangat rawan disalahgunakan atau DIKORUPSI.

Sekarang kita coba menghitung alur transaksi pada pembayaran tol memakai uang Kas.

Terdapat petugas di setiap gerbang Tol  melayani kendaraan yang masuk dan terjadi transaksi jual beli karcis Tol atau penyerahan Kartu tanda masuk Tol. Penjualan Karcis atau Kartu tanda masuk terdiri beberapa jenis, tergantung besar kecilnya (tonase) kendaraan. Semakin besar Tonasenya, semakin mahal biaya jasa Tolnya. Untuk penjualan karcis dimana saat masuk Tol langsung dibayar oleh pengemudi, petugas Tol harus mempertanggungjawabkan setiap uang yang diterima dari hasil penjualan karcis.

Bagaimana cara mempertanggungjawabkan karena begitu banyak jenis karcis yang dijual ?. Apakah sudah tersedia metode pengawasan yang dapat memastikan bahwa tidak terjadi kebocoran ?. Begitu juga dengan pembayaran di pintu Keluar untuk yang memakai kartu. Apakah bisa dipastikan bahwa jumlah uang yang diterima oleh petugas Tol sama dengan nilai Kartu yang diserahkan di pintu masuk ?. Dari alur atau tahapan-tahapan transaksi pembayaran Tol memakai uang Kas sangat terbuka kemungkinan penyalah gunaan. Dari obrolan kami dengan teman dimana keluarganya bekerja di Tol, teman itu menginformasikan bahwa penyelewengan sering terjadi. Bahkan pernah terjadi pemecatan semua pegawai suatu Gerbang Tol karena terjadi Korupsi berjamaah. Korupsi ini terjadi karena sistem yang digunakan tidak sempurna. Sangat terbuka peluang untuk diselewengkan.

Semua uang hasil penerimaan jasa Tol akan disetorkan ke Bank. Untuk membawa uang ke Bank perlu waktu, tenaga dan sarana lainnya seperti kendaraan. Karena uangnya cukup banyak diperlukan juga tenaga pengamanan oleh Polisi atau Sapam. Sampai di Bank terjadi aktivitas hitung menghitung uang antara petugas Tol dengan Teller Bank.

Dari uraian transaksi pembayaran jasa Tol dan pembayaran Ticket Busway memakai uang tunai dapat kita simpulkan bahwa begitu banyak orang yang terlibat, banyak sarana yang diperlukan dan sangat tidak efisien. Tidak hanya pemborosan waktu dan tenaga yang dikorbankan. Tapi juga sangat membuka peluang untuk KORUPSI.

Dimana letak keuntungan membayar dengan Uang Elektronik ?.

Untuk pembayaran ticket Busway tidak lagi memerlukan petugas penjual ticket. Uang elektronik dengan sekali sentuh sudah dapat membuka pintu. Uangnya akan langsung masuk ke dalam rekening TransJakarta di Bank.

Begitu juga dengan pembayaran jasa Tol, uang hasil pembayaran dengan Uang Elektronik juga langsung masuk ke rekening pengelola Tol di Bank.

Yang dapat dihemat adalah tidak ada lagi pembayaran gaji petugas di Gerbang Tol. Tidak ada lagi aktivitas mempertanggungjawabkan uang jasa Tol. Tidak ada lagi aktivitas antar mengantar uang ke Bank.

Sekarang kita coba menghitung gaji petugas di gerbang Tol yang bisa di hemat dengan asumsi sebagai berikut. Satu gerbang Tol dijaga oleh petugas 3 (tiga) shift per hari, masing-masing bekerja 8 (delapan) jam. Gaji per orang per bulan sebesar Rp 10 juta atau 3  orang Rp 30 juta. Gaji pertahun 12 x Rp. 30 juta  = Rp. 360 juta. Jika 100 gerbang Tol dialihkan menjadi pembayaran dengan uang elektronik, maka gaji yang dapat dihemat selama setahun adalah 100 x Rp 360 juta = Rp 36 miliar. Apabila umur ekonomis sebuah gerbang Tol elektronik selama 5 tahun, maka uang gaji yang bisa dihemat sebesar 5 x Rp 36 miliar = Rp. 180 miliar. Apabila biaya investasi atau biaya membuatnya sebuah gerbang Tol sama dengan Rp 500 juta. Untuk 100 gerbang sama dengan Rp 50 miliar. Maka, penghematan dari sisi gaji saja sebesar Rp. 150 miliar. Belum lagi kita hitung penghematan dari hilangnya pekerjaan lain-lain.

Satu lagi yang perlu dicatat bahwa KORUPSI dengan pembayaran secara elektronik menjadi NIHIL.

Apakah Anda sebagai pengguna jasa Tol atau pengguna Busway tetap akan membayar secara tunai ?.

Mari kita dukung pembayaran secara elektronik karena kita menjadi bagian orang yang ikut mencegah terjadinya KORUPSI.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun