Mohon tunggu...
Refita Masruroh
Refita Masruroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Kopi di Kalangan Penguasa Belanda

11 Juni 2022   09:25 Diperbarui: 11 Juni 2022   09:40 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti yang kita ketahui, sekarang banyak petani kopi yang menyebar hampir seluruh wilayah Indonesia, namun kopi bukanlah tanaman asli negara beriklim tropis ini. Abad 16 Indonesia di kenalkan kopi melalui Belanda yang di peroleh dari Sufi Baba Budan yang merupakan seorang pedagang dari Yaman. Kopi yang menjadi primadona Belanda waktu itu sejenis arabika. 

Pemerintah kolonial membudidayakan kopi pertama kali di sekitar Batavia (Jakarta) hingga ke daerah Sukabumi dan Bogor. Semakin tingginya permintaan pasar terhadap kopi, mulailah Belanda merintis perkebunan kopi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan beberapa daerah yang terletak di Sumatera dan Sulawesi. Perkembangan perkebunan kopi yang pesat mendorong adanya pembangunan infrastruktur pada abad 18. Pembangunan ini berupa jalan dan rel kereta api yang waktu itu sangat di butuhkan untuk memudahkan petani mengangkut kopi dari pedalaman pulau Jawa ke pelabuhan yang selanjutnya kopi tersebut di angkut kapal untuk di ekspor ke pasaran dunia.

Laju peningkatan produksi kopi terus berkembang pesat. Kenapa kopi sangat menarik bagi Belanda? Banyak faktor yang menjadikan kopi sebagai primadona Belanda diantaranya kopi merupakan tanaman hutan atau perkebunan sehingga tidak membutuhkan sistem irigasi yang merumitkan. Keinginan Belanda untuk memperoleh laba besar tapi cepat, penaman kopi ini lah yang menjadi solusinya. Perkebunan kopi menjadi lebih banyak karena kemudahan dalam proses penanaman di bandingkan tumbuhan komoditi lainnya. Budidaya kopi tidak banyak menimbulkan masalah bagi Belanda. Kopi merupakan tanaman yang memerlukan modal sedikit, peralatan yang tidak mahal, dan hanya membutuhkan sedikit pengetahuan untuk menanamnya. 

Di balik kesederhanaan tanaman tersebut, kopi memiliki daya jual tinggi di pasaran dunia, citarasa yang khas menggugah selera lidah Eropa. Eksistensi rempah rempah yang sebelumnya menjadi primadona satu satunya kini tergeser dengan tanaman kopi yang mampu memikat seluruh pedagang di pasar dunia. Peningkatan daya jual kopi yang begitu pesat, menggiurkan Belanda untuk semakin meningkatkan kuantitas persediaan kopi. Belanda berupaya untuk tetap menjaga popularitas kopi sebagai barang konsumsi baru di kalangan dunia.

Untuk memasok kebutuhan komoditi ekspor yang semakin meningkat terhadap kopi, maka Belanda berupaya untuk memperluas perkebunan kopi di seluruh wilayah Nusantara terutama daerah daerah yang cocok dengan tanaman ini. Di Jawa perkebunan kopi bermula di daerah Jawa Barat yang nantinya menyebar ke Jawa Timur dengan pemusatan di beberapa wilayah termasuk Banyuwangi. 

Semakin eksisnya kopi di kalangan dunia, Belanda akhirnya membawa bibit kopi ke daerah Sumatera dan Sulawesi yang nantinya disana juga berdiri perkebunan kopi untuk pemasok tambahan komoditi ekspor Belanda, karena permintaan pasar atas kopi terus meningkat kuantitasnya. Jawa merupakan tempat pertama perkebunan kopi sekaligus produksi terbesar berpusat di daerah Priangan, Cirebon, Jawa Barat. Ketika kopi baru dikenalkan di Indonesia, Priangan lah yang menjadi ujicoba tanaman kopi. 

Dalam pelaksanaan tanaman kopi, Priangan melibatkan tenaga kerja yang produktif serta lahan yang ekstensif. Sehingga kopi dari Priangan selalu paling tinggi hasilnya di bandingkan daerah Jawa lainnya. Motivasi menanam Kopi bagi kolonial berkaitan dengan kompetisi pasar kopi dunia. Setelah sukses perkebunan kopi di Priangan, selanjutnya Belanda menyebar ke seluruh Jawa hingga sampailah di Keresidenan Besuki. Disana Belanda memulai uji coba untuk pemilihan daerah mana yang cocok dibudidayakan tanaman Kopi. Akhirnya kota Banyuwangi tepatnya Sukaraja di pilih oleh Belanda sebagai pemasok tambahan komoditi ekspor Kopi. Sukaraja menghasilkan Kopi dengan kualitas bagus.

Seperti yang sudah di paparkan, bahwasannya kopi memiliki eksistensi yang tinggi di kalangan penguasa Belanda. Permintaan pasar dunia terhadap kopi semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Sehingga mendorong Belanda harus memasok kopi dengan kuantitas yang cukup banyak, yang awalnya pusat tanaman kopi di daerah Priangan, Jawa Barat akhirnya Belanda memperluas penerapan tanam paksa Kopi di seluruh daerah Jawa bahkan hingga luar Jawa termasuk Sumatera dan Sulawesi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun