Kembalinya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada 2024 membawa potensi dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia. Trump, yang dikenal dengan kebijakan proteksionisnya, seperti perang dagang dengan China dan penarikan diri dari berbagai kesepakatan internasional, dapat menciptakan ketidakpastian dalam hubungan perdagangan global. Kebijakan "America First" yang mengutamakan kepentingan domestik AS sering kali berimbas pada negara-negara lain, termasuk Indonesia. Jika Trump kembali mengadopsi sikap yang lebih konfrontatif terhadap negara-negara besar, seperti China, Indonesia mungkin akan dihadapkan pada ketegangan dalam perdagangan dan aliran investasi, meskipun bisa jadi ada peluang untuk memindahkan sebagian pasokan ke Indonesia.
Salah satu dampak langsung yang mungkin terjadi adalah peningkatan ketegangan dalam perdagangan global, terutama dengan China, yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. Perang dagang yang sempat berlangsung pada masa pemerintahan Trump dapat kembali terulang, dengan Indonesia terjebak di antara dua ekonomi besar ini. Meskipun Indonesia tidak menjadi target utama kebijakan tarif tinggi, ketegangan yang lebih besar antara AS dan China dapat mempengaruhi stabilitas pasar global, berdampak pada fluktuasi harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia seperti kelapa sawit, batubara, dan produk manufaktur. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku usaha Indonesia, baik dalam hal permintaan ekspor maupun investasi asing.
Namun, kebijakan Trump juga membuka potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor di AS, terutama jika negara-negara pesaing utama seperti China atau Eropa menghadapi tarif yang lebih tinggi. Trump yang cenderung melindungi pasar domestiknya mungkin melihat Indonesia sebagai alternatif pemasok untuk produk-produk tertentu, yang dapat memberikan kesempatan bagi sektor-sektor tertentu di Indonesia, seperti manufaktur dan pertanian. Selain itu, jika hubungan perdagangan AS-China semakin tergerus, Indonesia bisa memanfaatkan posisi geografis dan ekonominya untuk mengisi kekosongan pasokan, dengan syarat pemerintah mampu memfasilitasi iklim investasi yang menarik dan stabil.
Di sisi lain, ketidakpastian yang ditimbulkan oleh kebijakan luar negeri Trump yang lebih agresif bisa mengganggu stabilitas ekonomi global, yang pada gilirannya mempengaruhi perekonomian Indonesia. Fluktuasi pasar keuangan, penurunan permintaan ekspor, atau penurunan aliran investasi asing langsung bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memperkuat ketahanan ekonomi melalui kebijakan yang adaptif dan fleksibel. Diplomasi ekonomi yang aktif dan diversifikasi hubungan perdagangan dengan negara-negara mitra lainnya akan menjadi kunci dalam mengatasi potensi dampak negatif dan memanfaatkan peluang yang mungkin muncul. Ke depannya, Indonesia harus siap dengan kebijakan yang responsif terhadap perubahan dinamika global yang mungkin dipicu oleh kepemimpinan Trump.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H