Dunia keuangan telah mengalami evolusi yang cepat dan transformatif selama beberapa dekade terakhir, berkat kemajuan teknologi yang berkelanjutan. Salah satu inovasi paling menonjol di sektor ini adalah munculnya bank digital, yang menantang model perbankan tradisional. Telah kita ketahui bahwa, sebagian bank tradisional telah memulai transformasi menjadi bank digital. Mereka tetap mempertahankan operasi konvensional, tetapi juga mengembangkan layanan perbankan digital sebagai manfaat tambahan bagi nasabah mereka. Apakah hal ini menjadi bukti bahwa revolusi ini benar-benar membawa Digital Bank, "Beyond" Tradisional Banking?
Dengan rata-rata usia di atas 35 tahun, banya orang masih cenderung menggunakan bank tradisional, yaitu dengan menggunakan bank fisik sebagai proses transaksinya. Namun, di kalangan Gen Z dan Milenial yang berusia di bawah 35 tahun, bank digital telah menjadi pilihan utama. Mereka lebih memilih mengelola keuangan dan bertransaksi melalui aplikasi perbankan digital daripada mengunjungi bank fisik. Hal ini mencerminkan pergeseran besar dalam preferensi konsumen dan menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda lebih terbuka terhadap tekonologi.
Namun, entah itu melalui bank digital atau tradisional, satu hal yang diutamakan oleh para nasabah adalah kenyamanan. Mereka menginginkan bank yang dapat membantu mereka dengan cepat dan efisien. Bank tradisional mungkin memberikan rasa keamanan dan kepercayaan, tetapi bank digital menawarkan kemudahan akses dan transaksi cepat. Kedua jenis bank ini bersaing untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan ini.
Tidak hanya generasi yang lebih muda yang memilih bank berdasarkan kenyamanan. Keseluruhan nasabah, tidak peduli usia, sekarang lebih memprioritaskan fitur dan kualitas operasional daripada tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank. Mereka ingin solusi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka, dan bank digital sering kali unggul dalam hal ini dengan berbagai fitur dan kemudahan penggunaan yang mereka tawarkan. Produk dan solusi manajemen keuangan, serta program reward, saat ini lebih menarik bagi nasabah daripada tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank. Ini menekankan pentingnya bank untuk berinovasi dan mengembangkan layanan yang memenuhi kebutuhan dan preferensi nasabah mereka.
Bank digital mengalami pertumbuhan seiring dengan peningkatan transaksi digital, terutama selama masa pandemi. Penggunaan bank digital meningkat secara signifikan sejak tahun 2019, dan proses transformasi bank tradisional menjadi bank digital semakin berkembang. Faktor yang mendorong pertumbuhan bank digital termasuk kepuasan nasabah, percepatan produk dan layanan digital, inovasi proses, peningkatan pemasaran dan penjualan, efisiensi operasional, transformasi model bank, pengelolaan risiko, serta pengurangan biaya dan waktu dalam hal kepatuhan. Bank digital adalah pionir dalam mencapai banyak dari tujuan ini, membuka jalan bagi perubahan positif dalam industri perbankan
Menurut Bank Indonesia, nilai transaksi bank digital pada tahun 2022 tembus hingga Rp 52,245 Triliun. Pada tahun ini, Bank Indonesia memproyeksikan transaksi bank digital tumbuh hingga 22%. Hal ini membuktikan bahwa bank digital semakin diminati masyarakat Indonesia sebagai keikutsertaan perkembangan teknologi yang pesat.
Meskipun bank digital memiliki potensi besar, keamanan tetap menjadi tantangan yang perlu diatasi. Keamanan data dan transaksi menjadi fokus utama dalam pengembangan bank digital, karena kepercayaan pelanggan adalah hal yang sangat penting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H