Mohon tunggu...
Refi Amalia
Refi Amalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Etika Mencari Harta

19 September 2016   19:22 Diperbarui: 19 September 2016   19:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Majah, yaitu pada hadist ke 2227 dijelaskan bahwa etika mencari harta ialah :

Artinya : Dari Jabir bin Abdullah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Wahai manusia, bertaqwalah kepada Allah dan berbuatlah baik dalam mencari harta karena sesungguhnya jiwa manusia tidak akan puas / mati hingga terpenuhi rezeqinya walaupun ia telah mampu mengendalikannya (mengekangnya), maka bertaqwalah kepada Allah SWT dan berbuat baiklah dalam mencari harta, ambilah yang halal dan tinggalkan yang haram”. (HR Ibnu Majah).

Dan berdasarkan hadist yang telah terpaparkan di atas dapat saya jelaskan bahwa Sesungguhnya dalam pandangan islam sangatlah di anjurkan bagaimana seorang muslim mencari harta di dunia adalah suatu hal yang sangat lumrah, karna mencari harta adalah salah satu cara dari mereka untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Manusia dalam menjalankan sebuah pekerjaan memiliki suatu hubungan di dalamnya, baik hubungan kita terhadap Allah SWT dan hubungan kita terhadap sesama manusia dalam mencari rezeqi/harta. Oleh karena itu agama islam sangatlah membantu di dalamnya, sebagai ajaran yang menuntun kita dalam mencari harta, namun kebanyakan seorang muslim sebagian besar mengganggap jika kehidupannya selalu dipenuhi dengan pencarian harta mereka, sehingga seringkali banyak ditemukan dari beberapa seorang muslim sampai melalaikan kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah atau menjadikan ibadahnya sebagai kebutuhan selanjutnya. 

Pekerjaan yang di mulai dari pagi hari hingga bahkan sampai malam hari sangatlah banyak untuk menyita waktu kita, sehingga bisa saja dapat mengurangi ibadah dan tingkat kekhusukan ibadah kita di hadapan Allah, misalnya dalam melakukan ibadah sholat, kita terkadang tidak mampu menunaikannya dengan tepat waktu karna terlalu sibuk dan asiknya hanya karna sebuah pekerjaan  bahkan banyak yang kita jumpai sampai lalai dalam pengerjaannya hanya  krna pekerjaan yang kita kejar sampai kita lupa dengan sang pemberi rezeqi ialah Allah SWT, itulah salah satu hubungan kita terhadap Allah sedangkan hubungan kita terhadap manusia dalam mencari harta atau etika kita dalam menjalankan pekerjaan kepada sesame manusia ialah menghindari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan kita terjerumus dalam sifat yang merugikan seperti halnya rasa dengki, iri hati, saling bermusuhan, berprasangka buruk, sombong, mengadu domba, dan dendam kepada sesama teman pekerja. 

Itulah salah satu diantara hubungan atau etika kita dalam mencari harta, sebagai seorang muslim alangkah baiknya mencari dan memperolehnya dengan cara-cara yang halal dan menjauhkan dengan cara-cara yang haram. Insya Allah jika kedua hubungan saling terjalin dengan baik dan sejalan dengan ajaran syariah islam akan berdampak baik juga bagi kehidupan kita. Sebuah pekerjaan yang di dalamnya atas campur tangan Allah akan membawa keberkahan bagi yang mencarinya, namun sebaliknya jika pekerjaan itu terjauhkan dari Allah maka akan bernilai keburukan di dalamnya. 

Dapat kita sadari manusia oleh Allah diberikan sebuah nafsu, mengapa demikian agar kita mempunyai rasa ingin bekerja keras untuk memperolehnya namun bukan mengarah pada hal yang akan menjerumuskan kita seperti keduniawian atau tergila-gila dengan harta, itulah sebabnya manusia terkadang dikalahkan oleh nafsunya sendiri menganggap bahwa harta yang paling utama dari pada ibadah dan ketaqwaannya kepada sang maha pencipta. Manusia juga tergolong pada sifat yang tamak terlebih juga mereka merasa tidak pernah puas atas apa yang diperolehnya sampai terpenuhilah semua keinginannya. 

Maka dari itu islam mengajarkan terhadap kita untuk pandai-pandai menjaga hawa nafsunya, bagaimana tidak dapat dipungkiri sebagian besar kita menyadari bahwa kita seringkali merasa kurang atau tidak puas atas apa yang kita peroleh dari pemberian Allah, lantas apakah kita melupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk bersyukur atas segala  pemberian Allah kepada kita itulah salah satu cara untuk terhindar dari sifat buruk kita, karna dengan bersyukur apa yang dirasa kurang akan hilang, bersyukur juga dapat di ungkapkan  sebagai atas rasa rterima kasih kita kepada Allah, dan dengan bersyukur Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita.

Keberhasilan yang diperoleh atau rezeqi yang kita dapat akan menjadi sebuah pilihan bagi diri kita sendiri bagaimana kita bisa mengelola apa yang telah kita capai agar bermanfaat bagi  kehidupan kita  dan bermanfaat bagi orang lain. Dalam hal itu islam mengajarkan kita agar tidak untuk mempergunakan dalam hal yang sangat merugikan bagi kita, seperti menghambur hamburkan uang atau hanya untuk kesenangan sesaat saja, lebih-lebih kita dapat pergunakan dalam hal yang sangat dianjurkan oleh agama islam  yang penuh pemanfaatannya baik di dunia maupun di akhirat nanti contohnya dalam hal bersedekah dan berzakat, karena sebagian dari harta kita adalah hak dari orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun