Mohon tunggu...
REFFI NUR HAYATI
REFFI NUR HAYATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar sekarang, nanti bangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

FOMO dan Pancasila: Bagaimana Rasa Takut Ketinggalan Dapat Mempengaruhi Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Muda

12 Januari 2024   16:54 Diperbarui: 12 Januari 2024   16:54 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada kehidupan sehari-hari kita sering kali mendengar istilah kata 'FOMO' . Sebagai generasi muda tentunya tidak asing dengan kata tersebut, yang mana FOMO singkatan dari Fear Of Missing Out memiliki arti sebuah kejadian seseorang merasakan rasa takut tertinggal akan suatu hal tertentu seperti sesuatu yang sedang viral atau banyak dibicarakan oleh orang-orang dari semua kalangan. Rasa takut ketinggalan yang muncul akan suatu hal yang baru dalam diri. Rasa ini mengacu pada perasaan dalam menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. FOMO pada dasarnya adalah rasa takut dan cemas yang dirasakan oleh seseorang, yang merasa bahwa ada suatu peristiwa yang menarik dan menyenangkan yang akan berlangsung di suatu tempat. Hal ini menciptakan dorongan yang kuat pada individu tersebut untuk harus berada di lokasi tersebut dan ikut serta dalam peristiwa tersebut.

Sebagai dasar negara, Pancasila adalah panduan utama yang harus diterapkan oleh semua penduduk, termasuk generasi muda. FOMO bisa berdampak pada nilai-nilai Pancasila, khususnya bagi generasi muda. FOMO bisa mendorong perilaku konsumtif dan hedonis, yang bisa merusak nilai-nilai Pancasila, terutama sila kelima, yaitu "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seharusnya berfungsi sebagai penentu apa yang harus diikuti dan apa yang harus dihindari. Sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada setiap individu sejak usia dini. Sehingga setiap individu dapat mencerminkan Pancasila dengan cara yang kritis dan analitis, dan benar-benar mampu mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dampak yang diberikan dari FOMO yaitu membuat orang selalu haus akan aktivitas   memantau semua kegiatan yang orang lain lakukan. Sehingga membuat orang-orang mempunyai kebiasaan melihat media sosial yang dimiliki. Semakin banyak orang menggunakan media sosial di ponselnya, semakin besar juga risiko mereka untuk mengalami FOMO yang berlebihan, yang bisa berpotensi merugikan diri mereka sendiri atau orang lain. Apabila seseorang telah terjebak dalam FOMO dan kebiasaan buruk tergantung pada ponsel, mereka dapat kehilangan kesadaran diri dan tampaknya hidup dalam dunia mereka sendiri, sebab mereka selalu terpaku pada ponsel mereka, tidak peduli waktu dan tempat.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi FOMO:

  • Mengurangi penggunaan handphone
  • Mengembangkan hobi
  • Berpikir positif dan selalu bersyukur
  • Quality time bersama keluarga atau teman

Pesatnya sebuah perkembangan teknologi yang menjadikan seseorang terobsesi pada sesuatu, yang tidak selalu positif, dan saat ini sebagian besar generasi muda Indonesia bisa dikatakan mengalami sindrom FOMO. Penggunaan media sosial yang berlebihan setiap hari menjadi faktor yang membuat mereka selalu terobsesi dengan sesuatu yang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun