Aurel Hermansyah merupakan seorang tokoh publik yang sering menjadi sorotan media dan masyarakat. Aurel lahir dari pasangan Anang Hermansyah dan Krisdayanti yang sama-sama bekerja di dunia hiburan Indonesia. Sejak kecil, Aurel telah terbiasa dengan sorotan publik, maka tak heran jika popularitasnya terus meningkat, apalagi setelah menikah dengan Atta Halilintar yang juga merupakan sosok terkenal di dunia hiburan. Seiring dengan meningkatnya popularitas tersebut, sorotan publik terhadap Aurel semakin tajam.Â
Di tengah popularitas itu, Aurel harus menerima komentar-komentar yang menyudutkan fisiknya terutama setelah melahirkan anak pertamanya. Banyak yang mengaitkan perubahan tubuh Aurel setelah melahirkan dengan kenaikan berat badan, padahal perubahan fisik pasca melahirkan adalah hal yang alami. Dokter Theresia Rina Yunita menyatakan bahwa setelah melahirkan kondisi badan tidak akan normal seperti semula, karena akan ada perubahan fisik lainnya seperti perubahan payudara, perut membuncit, muncul selulit, dan lain-lain (2020). Jadi, wajar saja jika kondisi tubuh Aurel pasca melahirkan itu berbeda dari sebelumnya.Â
Namun, netizen banyak yang memberikan komentar negatif kepada Aurel di postingan Instagramnya dengan sebagian besar komentar menyebutnya "gendut"atau "kulitnya gelap". Beberapa diantaranya bahkan menulis "Mama Nur kok gendut banget ya" atau "Tangannya kok  burik gitu si". Komentar-komentar seperti itu secara tidak langsung menegaskan bahwa sempitnya definisi kecantikan yang sering dipaksakan oleh masyarakat. Dari komentar itu kita juga tau bahwa penampilan fisik seseorang memang selalu menjadi pembicaraan di media sosial.
Menurut saya, penggunaan kata "gendut" yang di tuliskan pada kolom komentar postingan Aurel, terasa sangat sarkastis. Hal ini disebabkan karena kata itu bukan hanya sekedar mengkritik penampilan, tetapi juga mengandung unsur merendahkan. Sehingga seolah-olah bentuk tubuh Aurel itu berbeda dari standar kecantikan pada umumnya dan kemudian mengubah pandangan masyarakat mengenai standar kecantikan. Â Komentar seperti itu menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain, bahkan dapat merusak mental seseorang.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan kepada beberapa mahasiswa dengan pertanyaan "Menurut Anda, bagaimana komentar-komentar tersebut mempengaruhi Aurel Hermansyah?" Sebanyak 56,4% dari responden menjawab "Membuat Aurel merasa tertekan".
Hal ini berarti komentar negatif yang ditujukan kepada Aurel itu dapat mengganggu kepercayaan dirinya dan juga bisa memberikan dampak pada psikologis. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Aning Jati yaitu ujaran kebencian adalah bentuk komunikasi yang merendahkan, mengintimidasi, atau menghasut kebencian terhadap individu atau kelompok berdasarkan karakteristik tertentu seperti ras, agama, etnis, gender, atau orientasi seksual (2024).
Selain itu, saat survei juga diajukan pertanyaan mengenai solusi dari ujaran kebencian. "Menurut Anda, apa yang seharusnya dilakukan oleh platform media sosial untuk mengatasi ujaran kebencian dengan sarkasme terhadap figur publik seperti Aurel Hermansyah?"Â Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 43,6% dari responden menginginkan agar ditingkatkannya edukasi tentang dampak ujaran kebencian ini dan juga perlunya kesadaran akan bahaya ujaran kebencian.
Walaupun Aurel mampu menghadapi komentar buruk itu dengan bijak, tetapi banyak orang di luar sana yang mugkin merasa terpuruk dengan komentar-komentar yang tidak membangun itu. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam berbicara, terutama di media sosial. Mari kita berhenti menghakimi orang hanya karena penampilan fisiknya dan mulailah untuk menghargai keberagaman itu. Ujaran kebencian hanya memperburuk keadaan, sementara saling mendukung dan menghargai dapat menciptakan kehidupan yang lebih positif dan penuh kasih sayang.
Hal ini dipertegas lagi dengan dalil Al-Qur'an yang menjelaskan mengenai akhlak dan adab berbicara. Adapun dalil Al-Qur'an tersebut terdapat dalam Q.S Al-Hujurat [49]: 11-12 yang menyatakan larangan mencela orang lain, memanggil orang lain dengan sebutan yang menyakitkan, menggunjing, su'udzan serta prasangka buruk.
Semoga artikel ini dapat menambah pemahaman mengenai ujaran kebencian dan pentingnya untuk menghargai setiap keberagaman yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H