Mohon tunggu...
Masrinto Pongrambu
Masrinto Pongrambu Mohon Tunggu... wiraswasta -

A traveler yet an explorer, a dreamer yet a doers.\r\n- Let's make another friendship in twitter.com/reento & facebook.com/reento \r\n- Semua tulisan adalah pemikiran pribadi. Tidak mewakili kepentingan institusi apapun tempat penulis bekerja dan berusaha.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Journalist & The Man Behind The Screen

2 Desember 2012   10:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:18 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Namaku - E -

"Kamu tidak pernah nonton film koboi yah...???" kata Basso.

"Film koboi?? Kenapa?? Apa hubungannya???" sambung Clarita.

"Kamu pernah lihat tidak, adegan film koboi, dimana ketika ia hendak pergi ia selalu menghapus jejaknya...???"

"Iya... Tapi di jaman ini memangnya masih ada koboi?? Lagian khan ada banyak teknologi canggih untuk menelusuri jejak..."

"Okey... Aku setuju... Tapi sepertinya ada yang tidak kamu pahami di sini..."

"Apa..??"

"Kamu seperti belum sadar, bahwa kamu sedang berurusan dengan maestro teknologi komputer dan informasi."

"Maksudnya??"

"Yah begitu maksudku..."

"Masa sih???" kata Clarita sambil terbingung-bingung.

"Percayalah..." Basso tetap berkata dengan serius.

"Tapi sepertinya dia cuma laki-laki biasa yang menyukai sastra..., puisi..., dan hal-hal kreatif lainnya..."

"Yup... Dan itu mungkin yang membuatnya istimewa. Hacker yang kreatif...Hmm... Aku suka menggunakan istilah itu..." katanya sambil bergumam.

"Hmm... Berarti sekarang aku benar-benar harus semakin mengandalkan kamu donk..." Katanya sambil tersenyum...

"Maksudnya???" Sekarang ia yang balik bertanya...

"Kamu khan jago komputer, pasti kamu bisa menelusuri jejaknya."

"Hahaha... Aku tahu komputer, tapi aku bukan maestro cybernet..."

"Aku tahu kamu bisa..." Katanya sambil menepuk pundak...

Clarita pun pergi meninggalkan Basso yang hanya geleng-geleng kepala...

"Kau selalu seperti itu, Ta... Seenaknya saja memberi pekerjaan dan pergi..." kata Basso dalam hatinya.

Dua hari kemudian....

"Gimana, Sso?? Dah ketemu??" tanya Clarita.

"Belum..." jawab Basso.

"Hmm... Gimana yah...?? Aku merasa berhutang sekali padanya... Aku sudah memakai banyak sekali karya dan idenya tanpa sedikit pun memberi balas padanya... Ucapan terima kasih pun belum..."

"Lah... Khan tinggal kasih comment saja..." kata Basso.

"Aku gak enak... Ntar dia pikir macam-macam... Dan lebih parah, tar aku dituduh plagiator..."

"You are indeed..."

"No, I'm not..." Katanya sambil membesarkan matanya...

"Tadi kamu sendiri mengakui..."

"Dia tidak pernah menuntutku..."

"Mungkin dia kasihan padamu..."

"Ha?? Kasihan...???"

"Bisa saja khan??"

"Yah, bisa saja... Tapi bagaimana dia bisa tahu bahwa aku suka idenya?? Bahwa aku perlu idenya??"

"Hahaha... Dasar bodoh..."

"Apa??!!!"

"Coba kamu perhatiin rating acara kamu beberapa minggu sebelum kamu pakai idenya... Hancur khan..???"

"Iya... Hmm... Tapi bagaimana bisa yah???"

"Sederhana saja... Dia mungkin pernah melihat acaramu, dan ia rasa membosankan dan garing... Selanjutnya dia pun menghamburkan idenya di dunia maya..."

"Masa sih..???"

"Selanjutnya sederhana, ketika ia tahu kamu sudah mulai memakai idenya, ia mengarahkan kamu menuju tempat-tempat standar untuk kamu mengambilnya..."

"Ha... Koq bisa begitu yah..."

"Itu teknik dasar fishing di internet... Untung dia makenya untuk hal-hal yang baik."

"Aku sepertinya pernah dengar..."

"Yah, lupakan saja teknisnya... Sekarang apa yang kamu harapkan??"

"Bisa bertemu dengan orangnya secara langsung..."

"Hmm... Kupikir sulit... Kamu akan bertemu dengannya bila waktunya sudah tiba..."

Clarita hanya tersenyum kecut.

"Percayalah... Aku sangat paham... Kejadian-kejadian seperti ini butuh campur tangan Tuhan Yang Mahakuasa... Bukan cuma otak dan kepintaran manusia..."

"Sok tua ah..." ketus Clarita.

"Yah... Dibilangin juga..."

"Oke deh... Aku pulang..." kata Basso sambil berlalu

Clarita terdiam... ia hanya bisa bertanya dalam hatinya sendiri.

“Benarkah begitu??? Benarkah engkau kasihan padaku?? Tapi kenapa?? Engkau tidak mengenal aku... Tunggu dulu... “

”Benarkah engkau tidak mengenal aku??? Hmm... Jangan-jangan ini ulah anak-anak redaksi... Tapi untuk apa??? “

”Tidak mungkin... Ini sudah berbulan-bulan... Bahkan sudah tahunan....”

Clarita pulang dan beristirahat sejenak di rumahnya...

"Besok ada liputan panjang... Aku harus beristirahat...”

120 jam kemudian...

"Basso... Sini..." panggil Clarita.

"Kenapa...???"

"Aku sepertinya melihat dia di acara liputan kemarin..."

"Terus... Kamu sudah ngomong sama dia???"

"Sial banget... Gue baru nyadar pas lihat video rekaman tadi..."

"Ha..???"

"Iya... Duh... Koq, bego banget sih gue..."

Basso hanya menggeleng-gelengkan kepalanya...

"Kenapa...???" tanya Clarita.

"Aku sudah pernah bilang khan?? Kalau sudah waktunya, kalian pasti akan dipertemukan..."

"Tapi percuma... Aku gak ngomong sama dia..."

"Itu karena kamu cuma pake otakmu yang kaya Einstein itu... Coba sekali-kali berpikirlah seperti Da Vinci..."

"Da Vinci?? Emangnya gimana sih cara berpikir Da Vinci...???"

"Cari tahu sendiri..."

"Ah ah... Basso, tolongin donk..."

"Aku minta maaf, aku lagi gak bisa..."

"Temani gue makan donk... Gue pengen ngobrol banyak nih..."

"Yaelah... Kalo mo makan, makan aja kali... Gue belum lapar..."

"Tapi gak enak kalau makan sendiri..."

"Aku lagi dipanggil sama big bos.."

"Ha?? Big boss?? Buat apa..??"

"Gak tau..." Katanya Basso sambil mengangkat bahu...

"Mau dipindahin kali..." Lanjut Basso dengan enteng...

"Terus, siapa donk yang bantuin gue nanti..." timpal Clarita.

"Gak tau... Tapi sepertinya, kamu sudah bisa soal IT sendiri..."

"Iya, tapi khan tetep gak bisa seperti kamu..."

"Percaya deh... Cuma kamu yang bisa menemukan dia... Aku cuma mengandalkan akalku untuk mencari dia... Kamu...?? Kamu bisa menggunakan hatimu... Ingat hatimu..." kata Basso sambil menunjuk dadanya.

"Oke deh... Makasih deh Basso... Good luck yah..."

Seminggu kemudian, Clarita baru menyadari bahwa Basso benar-benar sudah tidak bertugas satu kantor dengannya lagi.

"Basso... Coba ada kamu di sini... Pasti kerja gue lebih gampang..." Clarita tiba-tiba menyadari ucapannya sendiri...

"Omong apa sih gue... Koq egois banget... Basso pasti sudah senang di tempat tugas barunya..."

Clarita kembali ke tempat tugasnya... Ia melihat tumpukan buku di atas mejanya...

"Loh... Ini khan buku-bukunya Basso..."

Met Belajar yah Calon Miss Hacker...

Clarita hanya tersenyum geli...

Clarita melihat sejenak tumpukkan buku-buku itu... Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya...

“Kenapa Basso bisa suka buku-buku seperti ini?? Apa sih enaknya jadi kutu buku IT...”

Clarita membawa buku-buku itu kembali ke meja yang dulu ditempati Basso...

Ia duduk sejenak di sana sambil melihat-lihat barang-barang yang biasa digunakan Basso...

Ia pun tertarik melihat gambar-gambar komik di atas meja...

"Tunggu dulu... Koq, gue gak tahu yah kalo si Basso bisa ngegambar komik... Hmm... Jangan-jangan..." katanya dalam hati sambil mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuknya.

Clarita pun menyalakan komputer yang bisa dipakai Basso...

“Dasar bodoh... Kamu benar-benar bodoh Clarita...E itu gabungan C dan L...”

Clarita pun tertawa menangis menyadari kebodohannya...

Di tempat lain.

Basso melepas kacamatanya dan mengambil headset dari tasnya... Ia pun mendengar lagu yang sudah sering ia dengarkan...

Drive - Akulah Dia...


Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun