Mohon tunggu...
Re Elhamination
Re Elhamination Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

CR7 PLAYS BALL. HANNIBAL LECTER KILLS PEOPLE. I WRITE. EVERYONE HAS A TALENT\r\n#FIAT JUSTICIA RUAT CAELUM.....:-)#\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Okta, Dari Kursi Roda Persembahkan Emas tuk Bangsa!

25 Januari 2014   17:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Okta, Dari Kursi Roda Persembahkan Emas tuk Bangsa!

**Dwi Oktaviani, berhasil mengharumkan nama bangsa dari kursi roda~sumber gambar:tribunnews.com** Medio 1982, 2 tahun setelah kelahirannya pada 7 Oktober 1980, tubuh kecil Maria Magdalena Dwi Oktaviani menderita sakit panas. Sakit yang berkepanjangan kemudian menyebabkan kakinya mengecil&menderita kelumpuhan. Hinaan&cercaan sempat silih berganti diterimanya setiap hari, yang nyaris membuatnya putus asa atas keadaan fisiknya. Bersyukur orang tua&keluarganya selalu meberi support tiada henti sehingga membuatnya tak patah arang. Lambat laun ia mulai pelan2 sepenuh hati mengerti&menerima "ketaksempurnaannya". Keterpurukan yang hanya menjerumuskannya sebagai manusia tak berguna berhasil dilawannya tanpa kenal menyerah. Perlahan satu per satu orang yang mencercanya mulai memperhatikannya. Babak baru kehidupannya dimulai pada medio 2009, saat ia bertemu Ketua KONI Magelang, yang mengajaknya mengikuti olahraga Paralympics cabang lempar cakram. Diawali keisengan saja, satu persatu prestasi mulai dari tingkat daerah hingga tingga nasional mulai direngkuhnya, hal yang kemudian membawanya masuk skuad Indonesia di ASEAN Para Games 2011 diSolo. Sayang saat itu cuma medali perak yang didapatinya. Memasuki 2013, Okta kembali mendapat kehormatan tuk memperkuat kontingen Indonesia diASEAN Para Games 2014, Myanmar. Mulai Juni 2013 ia mulai pelan2 berlatih, mengasah kembali kemampuan ditraining centre. Pada September 2013, para atlet Para Games kemudian menjalani sentralisasi pemusatan latihan diSolo. Latihan keras menjadi santapannya sehari2 agar memenuhi harapan membuncahnya meraih prestasi terbaik diMyanmar. Namun segalanya tak selamanya lancer sesuai rencana. Suhu Myanmar yang sangat dingin ditambah aklimatisasi yang kurang dari atlet2 Para Games Indonesia, memakan korban. Okta kemudian sempat jatuh sakit' yang bahkan dialami hingga ia selesai bertanding. Namun kondisi sakitnya dapat ditutupi dengan semangat membara untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa&memenuhi janji pribadinya untuk berprestasi lebih baik lagi ketimbang yang diraihnya saat ASEAN Para Games digelar diSolo, 2011 lalu. Gadis yang mengisi hari2 senggangnya dengan menjaga toko kelontong milik keluarganya, membaca buku&membuat desain baju2 boneka ini kemudian berhasil memenuhi janjinya. Sekeping emas dari cabang lempar cakram pada event olahraga difabel se-Asia Tenggara, yang tak cuma sebagai pemenuhan ekspektasi pribadinya namun juga mengharumkan nama bangsa Indonesia dikancah regional. Emas yang menjadi bagian 99 keping emas, 69 perak, serta 49 perunggu yang menghantarkan Indonesia sebagai juara umum ASEAN Para Games 2014 Myanmar, 11-21/01/2014 lalu. Prestasi brilian Okta ini membuat saya pribadi malu. Dengan segala keterbatasannya baik dalam kondisi fisik maupun fasilitas pelatihan serta perhatian dari pemerintah, Okta&teman2 difabel lainnya mampu berbicara banyak dengan memberikan prestasi maksimal, sementara kita yang normal&sering mendapat fasilitas&perhatian lebih justru memble prestasinya. Betapa pula fasilitas2 umum yang sebenarnya diperuntukkan bagi saudara2 kita yang "kekurangan" ini kita terabas begitu saja menjadi lahan jualan pedagang kaki lima hingga jalan pintas para pengendara motor roda dua serta sepeda. Hal yang membuat saya berkaca betapa orang2 yang kita anggap tak berharga, sering kita padang sebelah mata, kini membuat bangsa ini berharga dengan prestasi yang membelalakkan mata. Hari ini Okta mungkin sedang menanti pembeli ditoko kelontong yang dijaganya, mungkin pula sedang menggambar pola terbaru bagi boneka2 miliknya, pun juga sedang "melahap" buku2 bacaan sehari2nya, sambil menanti cita2&harapannya yang lain, MENJADI SEORANG PNS, menjadi kenyataan, yang sayang hingga kini belum mendapat perhatian dari pihak pemerintah setempat. Saya pribadi berharap Okta takkan senasib Surya Lesmana, bintang TIMNAS PSSI yang menghabiskan penghujung hidupnya diatas lembaran kardus dikawasan Glodok, takkan sepahit Minto hadi, juara tinju yang menjadi tukang pijat setelah mengalami kebutaan, takkan seperti Budi Setiawan, juara taekwondo yang harus menggadaikan seluruh medali yang diperolehnya demi pengobatan sang anak, takkan separah Gurnam Singh, peraih emas di AG1962, yang harus tinggal dikuil karena tak memiliki rumah, pun seburuk Leli Hani, Peraih Emas dari perahu naga yang kini bekerja serabutan tuk menyambung hidup Semoga kita yang merasa SEMPURNA ini mendengar jerit hati mereka, mereka tak butuh dikasihani namun hanya butuh diberi kesempatan untuk bias berkarya&mengembangkan potensi diri agar berguna bagi diri sendiri, keluarga, lingkungan, bahkan bangswa&Negara. No Hurt Feelings R..E..S..P..E..C..T ***Maaf Sahabat Kompasianers semua, maaf dipenggalan akhir tulisan ini saya mencantumkan logo "Solidaritas untuk Udin" sebagai bentuk penghormatan terhadap Almarhum Fuad M. Syaifudin, wartawan Bernas, yang "dibunuh karena berita", serta bentuk keprihatinan atas penyelesaian kasusnya yang gelap hingga kini walau akan memasuki masa kadaluwarsa pada agustus 2014. Pun juga merupakan pernyataan sikap pribadi saya bahwa : semangat mewartakan tak bisa dibungkam dengan materi sekalipun~bahwa kejujuran memberi informasi tak bisa dibungkam oleh kematian sekalipun

1390646600221041413
1390646600221041413

***Sumber gambar : koleksi pribadi-antitank-solidaritas wartawan untuk udin***

****Sumber Selamat tambahan :

SKH Kedaulatan Rakyat-Harian Jogja-Tribun Jogja-SINDO Jateng-DIY-JawaPos Radar Jogja edisi 10/01/2014-25/01/2014****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun